Warning typo bertebaran 👀👀👀
Pukul 23.00 Waktu Kota Seoul.
Shin Hye berbenah membersihkan dapur, menyusun piring yang telah ia cuci sebelumnya untuk diletakkan di rak lemari piring. Setelahnya ia memeriksa kembali setiap jendela dan pintu untuk memastikan apakah sudah terkunci dengan baik. Mematikan lampu ruang tengah dan hanya menyisakan lampu penerang di ruang belakang. Ia melirik jam dinding, sudah tengah malam tapi suaminya belum juga kembali.
Park Jimin sebelumnya mengirim pesan singkat padanya jika akan telat pulang karena suatu hal. Shin Hye berjalan menuju ke kamar pribadi kedua putranya, membuka sedikit pintu kamar Park Ji Hoon, anak sulungnya itu sudah tertidur pulas, ia menutup kembali dan menuju ke kamar si bungsu Park Woo Jin.
Ia membuka sedikit daun pintu dan melihat ke dalam, Woo Jin masih duduk di kursi meja belajar dan terdengar isakan tangis yang cukup pelan dari bibirnya. Shin Hye terkejut dan cemas, ada apa dengan Woo Jin? Tumben sekali ia belum tidur dan ia sedang menangis?
"Woo Jin-ah..." Tegur Shin Hye masuk ke dalam kamar dan mendekati Woo Jin.
Dengan gerakan cepat Woo Jin menghapus air matanya, ada satu sisi dewasa yang ia miliki meski ia seorang anak bungsu. Jika mengalami suatu masalah yang berat, ia sebisa mungkin menyembunyikan air matanya, tapi tidak untuk kali ini ia telah ketahuan oleh ibunya.
Shin Hye menarik kursi lainnya untuk duduk di sebelah Woo Jin, meraih kedua tangan anaknya yang masih menghapus air mata di wajahnya. Sorot mata Woo Jin memerah disana, entah sudah berapa lama ia menangis. Bahkan kantung matanya terlihat membengkak.
"Wae?" Tanya Shin Hye pelan.
"Ani, aku hanya..." Elak Woo Jin dengan suara bergetar.
"Apa karena kejadian siang tadi? Woo Jin masih memikirkan mainan itu, Woo Jin marah pada eomma? Sungguh, eomma tidak punya niat apapun untuk melukai perasaan Woo Jin. Hanya saja ada satu hal yang tidak bisa eomma katakan alasannya."
"Eomma..." Woo Jin menggelengkan kepalanya masih menyisakan sedikit tangisan.
"Eomma janji jika tabungan sudah cukup akan eomma beli mainan seperti itu untuk Woo Jin, bisakah Woo Jin bersabar dulu? Eomma akan berusaha" Shin Hye menggenggam tangan anaknya, hatinya juga terasa sakit melihat anaknya menangis. Ia merasa bersalah karena telah merusak kebahagiaan anaknya.
"Tidak eomma, bukan begitu. Aku- aku yang seharusnya meminta maaf, hanya karena keegoisanku eomma menangis, itu adalah pertama kalinya aku melihat eomma menangis, aku- aku minta maaf...hiks..." Ungkap Woo Jin
"Mwo...jadi, kau melihatnya tadi?" Shin Hye tidak tahu jika anaknya melihat kejadian di dapur sebelumnya.
"Nee, a- aku menangis bukan karena kehilangan mainan itu tapi karena sedih mendengar tangisan eomma. Aku seperti anak yang sangat jahat, aku sangat menyesal."
Tess// air mata Shin Hye menetes perlahan, ada rasa haru menyelinap hatinya melihat ketulusan hati Woo Jin
"Eomma, jangan menangis lagi. Aku tak suka..." Jemari Woo Jin bergerak di udara dan mendarat di pipi ibunya, menghapus air mata yang jatuh tersebut.
"Bibi Soo Bin tadi sudah menjelaskan padaku, ia mengatakan jika eomma melakukannya karena menyayangi ku, paman yang beri mainan itu adalah orang yang pernah membuat eomma sedih di masa lalu, seperti seorang penjahat di sebuah kartun? Iyakan eomma?"
Shin Hye tertawa kecil, Chae Soo Bin memiliki berbagai cara menyampaikan sesuatu hal dengan baik di depan anak seumuran Woo Jin.
"Untuk itu, aku tidak menginginkan mainannya, tapi saat aku hendak menemui eomma untuk minta maaf, aku malah mendengar halmeoni marah pada eomma dan eomma menangis. Aku- aku merasa telah menjadi orang jahat membuat eomma dimarahi halmeoni"
KAMU SEDANG MEMBACA
Park Family (The End)
General FictionPark Jimin dan Park Shin Hye, pasangan suami istri yang sudah menikah selama 10 tahun dan dikaruniai dua anak lelaki yang tampan dan imut. Park Jimin yang merupakan seorang pengusaha di bidang jasa kontraktor, terancam gulung tikar karena suatu hal...