Episode 15

111 29 22
                                    

Warning typo bertebaran 👀👀👀










Sirine Ambulans menghiasi jalanan kota mengantarkan Park Jimin menuju ke rumah sakit terdekat dari stadion Olahraga selepas kejadian jatuhnya kabel dan lampu korsleting yang menimpa tubuhnya. Park Shin Hye dan Ny.Sun Cheon juga mengawal dari belakang dengan kendaraan pribadi.

Tangis Shin Hye tidak reda sejak kejadian itu sampai ia berada di dalam mobil ibunya.

"Berhentilah menangis" ucap Ny.Sun Cheon yang sejujurnya khawatir akan kesehatan Shin Hye.

"Hiks... aku cemas, eomma. Bagaimana jika--- terjadi sesuatu yang buruk" balas Shin Hye terbata bata

"Lalu jika kau menangis apa semua akan baik baik saja?!" Ucap ibunya tegas

"Eomma mengatakannya karena tidak menyukai suamiku, tidak bisakah sehari ini saja eomma simpati padanya?"

Ny. Sun Cheon menghela nafas.

"Pikirkan kesehatan janinmu juga, apa menurutmu calon bayimu tidak terkena dampaknya jika kau mengalami stress berlebihan?! Aigoo, susah menjelaskannya." Jauh di dalam lubuk hati Ny. Sun Cheon sejujurnya ia juga mencemaskan keadaan Park Jimin dan bukankah ini pertama kalinya ia juga peduli pada dua hal yang ia benci, yaitu menantu lelakinya dan calon cucunya yang kini ada di rahim Shin Hye.

Shin Hye menyadari sesuatu dari kalimat ibunya, ada rasa peduli disana.

"Eomma...."

Kendaraan mereka tiba di rumah Sakit begitu juga dengan mobil Ambulance yang membawa Park Jimin. Para petugas medis UGD berlari mengejar waktu dengan mendorong brankar untuk dibawa ke dalam ruang UGD.

Shin Hye dan ibunya mengikuti dari belakang dan langkah mereka dihentikan oleh salah satu perawat pria.

"Tolong ditunggu di luar saja, Nyonya."

Ny. Sun Cheon menuntun Shin Hye untuk duduk di ruang tunggu di depan UGD. Tidak berapa lama Chan Hwan dan kedua anak lelaki Shin Hye tiba di rumah sakit begitu mendapatkan kabar dari Ny. Sun Cheon sebelumnya.

"Yeobo, bagaimana dengan Park Jimin? Apa ia sudah mendapatkan perawatan?" Tanya Chan Hwan

"Masih di UGD" balas Ny. Sun Cheon pada suaminya

"Hiks....hiks... abeoji-" tangis si bungsu Woo Jin pecah.

Chan Hwan memeluk erat sang cucu dan menenangkannya.

"Semua akan baik-baik saja" ujar Chan Hwan

Si sulung Ji Hoon terlihat diam saja, meski begitu ia juga sangat cemas, ia typikal orang yang tidak mudah menunjukkan rasa khawatirnya di depan banyak orang dan lebih cenderung menahan sedihnya sendiri. Mendengar tangis sang adik, ia hampir tak kuasa menahan air mata yang lolos perlahan lalu dengan cepat ia seka kembali

"Hei, abeoji pasti akan sembuh" bujuk Ji Hoon pada adiknya.

"Nee...hiks .." Woo Jin melepas pelukannya dengan sang kakek dan beralih memeluk kakaknya.

Manik mata Ji Hoon tertuju pada ibunya yang masih terisak meski pelan.

"Eomma, all is well...." Ujar Ji Hoon berusaha menguatkan ibunya.

"Yaa, eomma percaya..." Balas Shin Hye memaksa senyumnya meski air mata terus mengalir.

Cukup lama Keluarga besar Park itu menunggu di luar sampai tiba waktunya pintu UGD terbuka dan dokter yang menangani Park Jimin memberi keterangan.

"Masa darurat pasien sudah usai, meski begitu kami harus memberi penanganan lain untuk mencegah pasien mengalami kelumpuhan syaraf otak disebabkan oleh aliran listrik yang masih tersisa di tubuhnya"

Park Family (The End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang