Warning typo bertebaran 👀👀👀
Menjelang Sore hari, pukul 18.00 kst.
Mansion Park Family.
Hanya kesunyian di area sekitar rumah, kedua bocah lelaki tampan anak dari Park couple sedang sibuk dengan aktivitasnya sendiri. Si sulung Park Ji Hoon belum juga pulang dari latihan basket di stadion olahraga khusus pelajar, sedangkan si bungsu Park Woo Jin sekitar sejam lalu berpakaian rapi dibawa jalan-jalan oleh paman Yi Kyung dengan mobil pribadinya.
Menyisakan harabeoji gendut (In Hwan), dan Park Couple yang berada saling jaga jarak sejak pulang dari rumah sakit beberapa jam lalu.
"Ekhem, Jimin-ah." Tegur sang ayah (In Hwan)
"Nee abeoji" Park Jimin menghentikan ketikan di keyboard laptop, ia tengah bekerja menyelesaikan dokumen kantor di ruang tengah, biasanya ia bekerja di dalam kamar pribadi tapi dikarenakan ada Shin Hye di dalam kamar sedari tadi, ia mendadak malas. Hatinya belum berdamai dengan kejadian pagi hari di rumah sakit.
"Apa kau ada masalah dengan istrimu, abeoji merasa ada sesuatu yang tidak beres" tebak In Hwan
"Tidak apa. Hanya saja- aku tengah banyak pekerjaan." Jawab Jimin berbohong menutupi kekisruhan rumah tangganya.
"Jika begitu, panggil Shin Hye untuk keluar, sejak ia pulang dari rumah sakit ia tidak keluar dari kamar. Mungkin dia belum makan sama sekali. Abeoji jadi cemas"
"Dia bisa melakukannya sendiri, bahkan pergi dipagi buta hanya untuk ke rumah sakit menjenguk si brengsek itu bisa ia lakukan" Park Jimin memelankan penekanan pada sepatah kata " brengsek" agar tidak terdengar di telinga ayahnya
"Alasan apa itu, pergi panggil dia. Jika kau tidak melakukannya, maka dugaan abeoji benar jika kalian ada masalah."
"Aku sedang sibuk" elak Park Jimin
"Astaga, terserahmu saja. Terkadang kau juga keras kepala. Oh yaa, pesankan tiket kereta untuk besok"
"Abeoji mau balik ke kampung? Mengapa terburu buru"
"Sudah ada dua bulan abeoji disini, dan ini juga demi kebaikanmu, abeoji tidak mau keluarga mertuamu menganggap jika abeoji menjadi beban bagi kalian."
"Tapi, disana abeoji juga akan sendirian. Yi Kyung Hyung juga berniat mau buka usaha herbal disini. Ayolah abeoji, atau jika berkenan akan kucari rumah kontrakan khusus untuk abeoji dan Hyung"
"Itu hanya buang uang saja, lagipula di kampung abeoji bisa merawat kebun dan makam mendiang ibumu. Kasihan ibumu jika abeoji tinggalkan sendiri di kampung"
Park Jimin hanya bisa menghela nafas, jika alasan makam mendiang ibunya ia pun tak bisa membantah. Ayahnya itu tipe lelaki yang sangat mencintai pasangannya dan setia hingga akhir usia.
"Itu sebabnya, abeoji tak suka kau dan Shin Hye punya masalah, jika itu masih skala kecil kalian harus menyelesaikannya dengan baik agar tidak membesar. Jangan sampai kau mendapatkan penyesalan di akhirnya. Apa kau paham" nasehat sang ayah.
"Iya" balas Park Jimin menghentikan pekerjaannya, merenung sesaat. Ia menoleh ke lantai atas, tepat pada daun pintu kamar pribadi milik Park Couple.
Skip
Setelah hampir setengah jam Park Jimin menyelesaikan pekerjaannya, ia berjalan menaiki anak tangga menuju lantai atas, membuka knop pintu dengan pelan. Ia melihat istrinya tengah berbaring di kasur dan berselimut.
"Ekhemm, apa kau- sudah makan? Abeoji mencemaskan dirimu" ucap Park Jimin memakai embel nama sang ayah padahal ia juga mengkhawatirkan Shin Hye hanya merasa gengsi untuk mengalah dari perdebatan mereka sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Park Family (The End)
General FictionPark Jimin dan Park Shin Hye, pasangan suami istri yang sudah menikah selama 10 tahun dan dikaruniai dua anak lelaki yang tampan dan imut. Park Jimin yang merupakan seorang pengusaha di bidang jasa kontraktor, terancam gulung tikar karena suatu hal...