Warning typo bertebaran 👀👀👀❗❗❗
Pagi Hari, pukul 07.00 kst
Kediaman Park Couple.
Park Jimin turun dari mobil pribadinya dan berjalan masuk ke rumah. Terlihat begitu sepi, ia teringat masa masa yang lalu ketika pagi hari kediamannya akan dipenuhi suara keributan kecil dua putra tampannya yang sedang bersiap hendak berangkat ke sekolah, disusul oleh suara sang istri yang berteriak dari arah dapur mencoba untuk membuat kedua anak lelaki marga Park itu agar berhenti ribut.
"Appa,...." Si bungsu Woo Jin berlari kencang ke arah ayahnya yang baru saja turun dari lantai atas, memeluk erat sang ayah meminta pertolongan sebab Park Ji Hoon tengah mengejarnya dari belakang.
"Ji Hoon, jangan ganggu adikmu" tegur Park Jimin
"Bukan aku yang memulai, tapi Woo Jin. Aishh dasar" rungut Park Ji Hoon yang terpaksa mengalah dan dibalas oleh ejekan dari lidah Woo Jin yang menjulur.
"Ayo kita sarapan sebelum berangkat"
"Sayang, aromanya harum sekali, masak apa sih istriku tercinta ini" goda Park Jimin sambil menarik kursi makan untuk kedua putra tampannya duduk
"Ciee cieee...." Ledek kedua bocah marga Park pada kedua orang tuanya yang terlihat salah tingkah terutama Shin Hye yang merona di pipinya.
Shin Hye meletakkan mangkuk berisi soup ke atas meja makan dan menarik kursinya lalu duduk.
"Ayo kita makan...." Ucap Shin Hye lalu mengambil mangkuk berisi nasi untuk suaminya terlebih dahulu.
Park Jimin meneteskan air mata begitu semua memori itu terlintas di matanya. Suasana sekarang terlihat berbeda, tiada lagi keriuhan seperti dulu, bahkan Woo Jin yang biasanya suka berisik, pagi ini tidak terdengar suaranya, mungkin ia juga masih sedih sebab merindukan hyungnya yang masih belum sadarkan diri.
"Sa--yang..." Tegur Shin Hye dari arah dapur, ia menyeka air matanya dengan cepat. Sepertinya ia baru saja menangis.
Shin Hye kembali ke dapur dan bersuara, " aku tengah persiapkan sarapan pagi, kamu mandilah dulu."
Park Jimin berjalan ke arah dapur dan memandang punggung istrinya yang kembali sibuk memasak, memperhatikan gerakan tangan Shin Hye lainnya yang mengelus perutnya yang semakin membesar.
Shin Hye terlihat kesusahan saat hendak mengangkat panci berisi soup sebab terhalang oleh perutnya lalu dari arah belakangnya Park Jimin mengambil alih pegangan panci dengan sigap dan meletakkan di sisi lain.
Terlihat keduanya begitu canggung dan Shin Hye tidak berani memandang lama wajah suaminya.
"Aku---.....minta maaf" ucap Park Jimin
"....." Shin Hye menahan isakan tangisnya yang hendak pecah, tidak menduga jika suaminya akan mengatakan hal itu terlebih dahulu.
"Kemarin, aku lepas kendali marah padamu karena aku tidak suka melihatmu bersama pria lain terutama bersama Kim Taehyung. Tapi, aku tidak berniat untuk menyakiti hatimu dan kemarin juga, aku sibuk bekerja dan tidak bisa membalas pesan dan panggilanku" ucap Park Jimin menjelaskan
Seperti nasehat ayahnya, ia akan memperbaiki hubungannya dengan Shin Hye.
"Aku mengerti, aku juga bersalah dalam hal ini" Shin Hye tidak bisa menjelaskan lebih lagi, sebuah kejujuran masih sulit ia katakan, hal yang menjadi pemicu kesalahpahaman kemarin, tentang mengapa ia di rumah sakit untuk melakukan therapi mengatasi penyakit berbahaya yang akan mengancam nyawanya dan nyawa janin di dalam rahimnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Park Family (The End)
General FictionPark Jimin dan Park Shin Hye, pasangan suami istri yang sudah menikah selama 10 tahun dan dikaruniai dua anak lelaki yang tampan dan imut. Park Jimin yang merupakan seorang pengusaha di bidang jasa kontraktor, terancam gulung tikar karena suatu hal...