(Sintia Side)
Entah sudah hari keberapa semenjak peristiwa surat tes kehamilan itu, dan semenjak hari itupun, aku tidak pernah melihat batang hidung Nino. Aku tidak tahu jika doa seperti ini (hanya sesekali berharap pada Tuhan agar tidak menemui Nino selama beberapa waktu) akan langsung terkabul, dan semenjak saat itu pula perasaanku begitu mengapung dan ngambang. Aku tidak tahu haruskah aku berbahagia ataukah harus bersedih? Semua itu disebabkan satu hal yang sama, yaitu tidak meunculnya Nino akhir-akhir ini.
Brak, suara pintu menghantam tembok dengan keras mengejutkanku dan beberapa murid-murid di kelas, yang sedang duduk-duduk santai menikmati waktu sebelum pelajaran pertama dimuali. Seorang gadis agak berisi memasuki kelas kami, ia menghentakkan kakinya dengan kasar. Semua orang sekarang tertuju padanya, termasuk aku. Matanya yang berkilat penuh amarah, menatap kami satu persatu, seakan-akan ingin melihat bagaimana detail wajah kami saat ini. Beberapa saat tatapannya terhenti padaku, dan kemudian dia menghampiriku.
Plak, tamparan keras mendarat di pipiku. Saking terkejutnya aku tidak sempat menghindar, begitu pula yang lainnya. Mataku menatap gadis itu dengan terbelalak.
"Balikin Nino! Balikin Dia!!!" Teriak gadis itu membuatku membisu di tempat, aku menatap gadis itu dengan tidak mengerti, ingin sekali kubalas gamparan gadis itu, kalau tidak ingat aku butuh informasi yang jelas darinya
"Kamu gila ya Dit?" Seru Vina dan Andro nyaris bersamaan.
"Aku? Aku Gila?" Pekiknya sambil menggeleng-geleng pelan, salah satu bibirnya ditarik dengan kasar, sehingga menyunggingkan senyuman sinis, membuat sebagian orang yang melihatnya begidik ngeri dan takjub, tidak menyangka Vina ratu sekolah bisa tersenyum seperti itu. "Tanya sama ni orang satu! Dimana Nino sekarang!" Bentak Dita tepat didepan wajahku. Aku hanya diam tidak bergeming, yang aku tahu saat ini, Dita sedang kalut, dan biasanya saat menghadapi orang marah yang kalut, lebih baik kita diam saja.
"Ga tau kan? HAH! NINO PERGI KE AMRIK!!!!" Pekik Dita dengan suaranya yang begitu keras, nyaris menulikanku. Kulirik orang-orang yang membisu dan ada yang membekap mulut mereka keterkejutan terbaca dengan jelas dari raut wajah mereka, yang terlihat tidak tahu menahu mengenai informasi yang baru saja Dita berikan. Aku merasakan nyeri di dadaku saat mengingat Nino telah pergi, dan hatiku menjadi hancur karenanya. Setelah sekian lama perasaanku mengapung, kini perasaanku kembali dengan luka yang dalam.
"Kenapa? Bisu? Udah ga bisa jawab kamu?" Desis Dita pelan. Semua orang sekarang menatap Dita dan aku sarat simpati dan agak tidak mengerti. Aku sebenarnya juga kurang paham, emangnya kenapa Dita marah-marah ke aku? Emangnya aku sudah ngelakuin apa? Justru aku lebih layak untuk marah.
"Terus apa urusannya sama aku? APA!!" Bentakku enggak kalah keras, membuat semua orang menatap kami dengan ngeri, takut jika keributan semakin memparah. Sekilas aku dapat menangkap raut wajah Vina dan Andro, yang terlihat kawatir pada kondisiku saat ini, tepatnya mereka takut bila kondisiku kembali seperti saat pertama kali aku mengetahui rahasia antara Nino dan Dita.
"KAMU! KAMU ALASAN DIA PERGI!! KAMU!!" Tuduh Dita dengan jeritannya yang berang, aku kaku terprangah mendengar ucapan Dita, otakku sibuk memfikirkan alasan yang patut untuk mengiyakan tuduhan yang Dita berikan. Setelah Dita menjerit, tepatnya saat otakku masih sibuk berfikir, tiba-tiba Dita menerjangku. Ia mejambak rambutku dengan keras, dan kakinya nyaris menendang tulang keringku.
Semua orang dikelas riuh, berisi pekikan anak-anak perempuan dan anak-anak lelaki yang berusaha melerai kami. Aku nyaris saja tidak mau mengalah dan membalas perbuatan Dita, sampai mataku menangkap sosok Vina berdiri diantara aku dan Dita. Bisa saja pukulan, tonjokan, jambakan, cakaran, atau jurus apapun yang akan kutujukan pada Dita malah mengenai sahabatku ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Menanti Cinta Sejati
Lãng mạnHatiku terlalu hancur dan remuk terlalu pedih untuk di untai dan disatukan kembali. semua tentang mu dan tentangnya terlalu menghancurkanku. Akankah kali ini kau datang untuk memperbaiki dan mempertahankan sisa-sisa sakit hatiku? __________________...