BAB 15

167 6 0
                                    

(POV Andro)

Aku mengrenyit heran menerima pesan dari Ayah, tumben pagi-pagi gini Ayah menyuruhku untuk ke ruang kerjanya di rumah utama. Mungkin saja untuk membahas info yang lebih lengkap tentang putrinya, aku perlahan merenggankan tubuh dan sambil menatap sebuah foto gadis cantik yang tergantung dengan jelas dihadapanku.

"Pagi Sin. Setelah aku dapet harta 50%, tunggu lamaranku ya?" Bisikku kepada foto gadis itu, entah kenapa melihat fotonya saja seakan melihat Sintia dari dekat. Namun begitu mengingat pristiwa semalam, hatiku menjadi terkoyak kembali. Apa Sintia akan kembali pada Nino? Segera kuenyahkan pikiran burukku. Aku yakin Sintia adalah gadis yang baik, dia pasti memilih setia padaku. Tapi apa benar itu yang kuharapkan darinya? Apa benar aku berharap dia di sisiku meski hatinya tidak untukku? Dering telepon mengejutkanku dari lamunan pahitku. Aku menghela nafas, dan segera berjalan kerumah utama tanpa mengangkat telepon kabel yang masih berdering. Toh aku yakin Ayah yang meneleponku kembali.

Aku memasuki bangunan besar rumah utama dengan malas-malasan. Aku agak terkejut saat menemukan Ayah sedang duduk dengan seorang pria yang seumuran dengannya, berhadap-hadapan di meja kerjanya. Wajah mereka terlihat susah dan sedih, aku mengrenyit bingung, tumben sekali pagi-pagi begini ada tamu datang? Aku melirik jam yang tergantung di dinding, jarumnya menunjuk angka 6. Ini terlalu pagi! Aku merasa ada yang tidak beres.

Tiba-tiba dadaku berdebar dengan keras, entah kenapa aku tidak ingin ikut dalam pembicaraan mereka. Segera aku berusaha menutup pintu kembali sebelum mereka menyadari keberadaanku, tetapi deritan pintu mengejutkan mereka berdua, dan membuat mereka langsung menatap kearahku dengan wajah yang getir. Aku mendesah frustasi. Ada apa denganku? Atau mungkin yang benar adalah ada Apa dengan mereka!? "Ada apa yah?" Tanyaku dingin, aku berusaha menenangkan jantungku.

"Ndro." Bisik Ayah dengan suaranya yang lemah dan tidak berdaya. Ia mengurut dahinya, seakan beban pikirannya saat ini sangat banyak. Biasanya aku tidak peduli akan hal seperti ini, tapi entah kenapa aku merasa ingin segera mengetahui permasalahan sesungguhnya. Kulirik pria berjas coklat terang yang duduk dihadapan Ayah, keadaannya juga tidak beda jauh dengan Ayah. "Ros, tolong berikan berkas itu pada Andro." Pinta Ayah dengan suaranya yang getir, membuatku melirik wajahnya yang tertekan dengan sekilas. Kemudian pria berjas coklat terang itu menarik map coklat dari atas meja dan mengulurkannya padaku.

Tubuhku terasa membatu menatap map coklat itu, seakan menolak untuk memegang maupun membukanya. "Apa itu?" Tanyaku dengan suara yang terdengar was-was, bahkan bagi diriku sendiri. Orang yang dipanggil Ros, melirik Ayah sesaat. Setelah melihat anggukan pelan dari Ayah, dia menatapku kembali.

"Data dari Kakak perempuanmu." Terangnya membuat kerutan didahiku bertambah. Aku masih belum menerima uluran berkas itu, dan menatap Ayah hendak memprotes. Ayah menatapku dengan tatapan yang bersalah.

"Apa ini? Bukannya Ayah memintaku untuk mencarinya? Kenapa Ayah sudah mencarinya terlebih dahulu?" Desisku dengan suara yang dingin. Ayah mengurut dadanya, dan menghelakan nafas dengan berat.

"Lebih baik kamu lihat isinya dulu Ndro, kamu akan tahu alasannya setelah melihat isi map itu" Jawab Ayahku dengan suaranya yang berbisik, bahkan suaranya terasa akan habis , tertelan suasana ruangan yang begitu sunyi. Ragu-ragu aku menerima map coklat itu dan membukanya.

Mataku terbelalak dengan besar begitu melihat foto Sintia didalam map itu, tanganku yang bergetar hebat membolak-balik kertas yang tersisa, mataku bergerak dengan liar berusaha memindai berkas itu denga cepat. Berharap dengan demikian, aku menemukan kesalahan dari berkas itu. Seakan kurang menguatkan pikiranku, lampiran terakhir berisi tes Gen yang menunjukkan hasil 99%. Aku membanting berkas itu pernuh amarah.

Menanti Cinta SejatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang