Part 30

1K 47 0
                                    

Hari kelulusan adalah momen yang paling di nantikan semua murid. Momen bahagia itu pasti akan selalu dikenang. Setelah, mereka melalui beberapa ujian dan praktek di sekolah, mereka sibuk menyiapkan untuk hari kelulusan.

Naomi terdiam murung ketika teman-temannya menyiapkan semua itu. Dia sudah beberapa hari tidak bersama dengan Pak Leo, pemuda itu mempersiapkan untuk kelulusan yang akan di adakan berbeda dari kelulusan tahun lalu. Pak Leo menjadi ketua panitia pelaksana membuat waktunya tersita, sampai Naomi tidak bisa mengatakan keinginannya saat hari kelulusan nanti.

"Ada apa?" tanya Sherin menatap sahabatnya yang terus menghela nafas berat.

"Gue hanya merasa iri pada mereka yang sibuk mempersiapkan untuk kelulusan. Sedangkan, gue gak punya bayangan sama sekali," jawab Naomi menundukkan kepalanya sedih.

"Pasti karena Pak Leo tidak peka. Lo bisa lihat Pak Leo sibuk mana ada waktu buat mendengarkan kelulusan impian lo." Ungkap Sherin dengan tertawa kecil Naomi semakin sedih mendengar ucapan Sherin yang benar.

Tidak mungkin Pak Leo melakukan sesuatu yang Naomi harapkan, melihat sikapnya yang dingin sekali membuat Naomi semakin putus harapan. Dia tidak bisa berbuat apapun ketika Pak Leo bahkan tidak membalas pesannya dan saat di rumah dia sibuk di kamarnya.

"Tapi, sih gue berharap ada keajaiban Pak Leo bisa peka, tanpa lo bilang dia tahu apa yang lo inginkan," ucap Sherin mencoba menenangkan Naomi yang sudah seperti putus asa itu.

"Apa yang gue harapkan dari pemuda sedingin itu? Bahkan beberapa bulan ini dia tidak memperhatikan gue dan hanya sibuk dengan pekerjaan dia. Gue tahu dia sibuk karena tanggung jawab, tapi setidaknya dia balas pesan gue. Yaa, masih mending kalo pesan itu belum dia baca, lebih ngenes lagi kalo dia baca lalu tidak dia balas." Jelas Naomi menceritakan kekesalannya terhadap Pak Leo yang tidak bisa di ganggu saat sibuk bekerja.

"Gue kira cuman dia yang begitu, ternyata ada cowok lain juga yang seperti itu. Mungkin benar cowok semua sama bisa nyakitin doang." Ungkap Sherin dengan raut wajah kesal.

"Dia?" tanya Naomi mulai penasaran dia menatap sahabatnya.

Sherin menghela nafas sekarang gadis itu yang mulai kesal, sepasang matanya melihat ke arah seseorang yang duduk dengan menggunakan earphone di telinganya. Kelas yang gaduh tidak membuat dia menghentikannya dan membiarkannya ricuh. Naomi langsung menutup mulutnya sendiri terkejut menatap Sherin.

"Naufal? Lo-"

"Syutt." Sherin mengisyaratkan Naomi untuk tidak bicara nada tinggi dengan menempelkan satu jari di bibirnya.

"S-sejak kapan kalian dekat. Gue masih gak percaya lo dekat dengannya, dia seperti orang yang sulit untuk di dekati." Ungkap Naomi menatap ke arah pemuda yang pernah duduk bersama di Bis.

"Jika gue di beri pilihan lebih baik gue gak pernah kenal dengannya. Lo tahu Mi gue nungguin balasan chat dia berhari-hari, gue senang dong akhirnya dia balas pesan gue. Tapi, apa lo tahu apa isi pesan itu? Cuman iya hehe, wkwkw, hahaha, iya iya. Setelah, berhari-hari gue nungguin balasan chat dari dia, hanya itu yang gue dapetin. Ada yang lebih ngenes lagi dia online tapi gak bales chat gue." Jelas Sherin dengan frustasi dia memegang kepalanya merasa sakit kepala jika harus mengingat sikap cuek Naufal.

"Gue rasa masalah lo lebih berat dari gue. Pak Leo meski gak bales chat gue, tapi dia milik gue. Nah, Lo cuman jadi bahan ghosting si Naufal dan mungkin bukan hanya lo aja yang chattan sama dia kemungkinan ada cewek lain," ucap Naomi menatap sahabatnya membuat wajah Sherin langsung memerah.

Sherin langsung menatap ke arah Naufal yang memainkan ponselnya di bangkunya. Perasaan Sherin mulai tidak enak dengan ucapan Naomi, ada benarnya dia tidak tahu Naufal memiliki gebetan atau tidak. Mungkin benar juga jika Naufal memiliki banyak cewek dan dia di jadikan bahan hiburannya.

GURU ITU SUAMIKU (END) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang