(Gracia-Shani) Tak Boleh Pelukan

2.7K 166 8
                                    

Gracia menuntun sepedanya dengan langkah kaki yang sejajar dengan Shani. Sengaja berjalan pelan untuk menikmati susana pulang sekolah terakhir mereka di masa SMA. Langit mulai menjadi jingga, matahari pun perlahan mulai kembali ke peradaban.

"Gre abis ini mau lanjut kemana?" Tanya Shani.

Gracia menoleh, lalu meletakkan tangannya di dagu tampak berpikir, "Aku belum tau. Kata Mama sih gak boleh jauh jauh. Tapi Papa malah minta sekolah fotografi gitu di Jerman," Jawabnya.

"Bingung ya?"

Gracia mengangguk, "Iya bingung," Katanya, "Kalau Kamu mau kemana, Shan?"

"Belum tau sih. Mungkin cari cari kampus atau beasiswa di kota ini aja, gak mau jauh jauh," Jawab Shani.

"Bunda?" Tebak Gracia.

Shani mengangguk menanggapi. Ia memang tidak bisa untuk pergi sekolah atau kuliah jauh dari rumah. Bundanya tidak mengizinkan, terutama sejak ayah pergi. Takut kesepian katanya.

"Mau ambil jurusan apa emangnya?" Tanya Gracia lagi.

"Gak tau. Rencananya sih ilmu komunikasi atau radio," Jawab Shani.

"Emang bisa? Kamu kan pemalu."

"Bukan gitu konsepnya, Shania Gracia."

Keduanya tertawa. Kemudian terjadi keheningan yang cukup panjang disana. Keduanya sibuk dengan pikiran masing masing. Sampai kemudian jembatan terlihat dari kejauhan.

Shani menggigit bibir bawahnya. Otaknya berputar cepat mencari topik apalagi yang akan ia bahas dengan Gracia. Topik terakhir sebelum keduanya benar benar berpisah karena berbeda jalan pulang. Sekaligus topik terakhir di masa SMA mereka.

"Kamu inget gak sih, Gre?" Shani membuka suaranya, Gracia menoleh, "Waktu pertama kali kita pulang barengan?"

Gracia mengangguk, "Iya inget. Inget banget. Kelas 10 kan?"

Shani tersenyum. Ingatannya kembali ke kejadian 2 tahun lalu itu. Kejadian yang cukup lucu untuk diingat.



*~"~*



Gracia berjongkok untuk membetulkan rantai sepedanya yang rusak. Tidak biasanya rantai sepedanya ini kendor atau lepas.

"Kok kendor ya? Apa karena olinya kebanyakan? Ah Aten nih pasti ngasih olinya kebanyakan," Gumam Gracia yang sebenarnya agak tidak masuk akal. Lagipula sejak kapan adiknya itu memakai sepeda warna ungu milik Gracia?

Dengan telaten, tangan Gracia membetulkan rantai sepedanya. Jari jari lentiknya dengan hati hati mengembalikan posisi rantai ke gerigi pedal. Kemudian Gracia memutar pedalnya pelan untuk memastikan apakah rantainya sudah betul.

"Nah udah!"

Gracia tersenyum sumringah. Tapi kemudian senyumnya luntur ketika melihat lagi jari jarinya yang hitam karena dipenuhi oli. Dan bodohnya, ia lupa membawa sapu tangan atau tisu hari ini. Ia bingung harus membersihkan jarinya bagaimana, sedangkan ia berada di pinggir jalan. Sudah pasti tidak ada air keran dekat sini. Kepalanya menoleh ke kanan kiri, mencari sesuatu untuk bisa dijadikannya sebagai pembersih, namun nihil.

"Kamu cari ini?"

Sebuah suara mengagetkan Gracia. Ia menoleh dan mendapati gadis yang sedikit lebih tinggi darinya dengan lesung pipi dalam yang sangat manis sedang berdiri sambil menyodorkan sapu tangan padanya. Gracia malah terdiam, tidak tau harus apa.

JKT48 Oneshoot StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang