Jam tidur Ariel sudah lewat dari satu jam yang lalu. Tapi matanya belum juga terpejam. Sulit sekali rasanya. Padahal Ariel sudah mencoba berbagai cara, mulai dari meminum susu sampai dengan menghitung domba. Tapi bukannya tertidur, Ariel malah memikirkan rumus apa yang dipakai untuk menghitung seberapa tinggi dombanya harus melompati palang. Konyol sekali.
Ariel memutar tubuhnya ke kiri dan ke kanan. Merasa sangat gelisah karena belum bisa tidur. Besok memang tidak ada kegiatan, tapi Ariel bukanlah tipe orang yang suka begadang kecuali alasan mendesak.
Tak!
Suara itu terdengar dari kaca jendela kamar Ariel. Ariel awalnya tidak peduli, ia berpikir itu mungkin hanya ranting yang tertiup angin. Tapi suara itu terdengar lagi untuk kedua kalinya.
Tak!
Ariel akhirnya penasaran sendiri. Ia berjalan ke arah jendela kamarnya, berusaha mencari tau apa yang baru saja dilemparkan. Atau siapa yang melemparnya. Ia melongok ke luar jendela dan terkejut saat melihat seseorang berdiri di bawah sana.
Dengan cepat Ariel membuka jendela kamarnya. Sosok itu sadar dan segera melambaikan tangan. Itu Oniel. Ariel mengambil handphonenya dan mengirimkan chat pada Oniel karena tidak mungkin bersuara. Percuma, tidak akan terdengar.
Oniel
Lo ngapain?
Ayo sini turun, cepetan
Dahi Ariel berkerut. Oniel ini kenapa? Mau apa malam malam begini? Ariel yang pada dasarnya memang kepo, akhirnya menuruti perintah Oniel untuk keluar. Dengan langkah perlahan agar tidak menimbulkan suara apapun, berjalan ke pintu depan dan menemui Oniel.
Oniel masih berdiri disana, dengan teleskop di tangan kirinya. Gadis bergigi kelinci itu menunjukkan cengiran yang khas saat menyadari Ariel sudah turun untuk mendatanginya.
Ariel mendekat dan memukul bahu Oniel dengan kencang, "Lo ngapain sih anjir tengah malem gini?!" Bisiknya dengan kesal.
Oniel mengusap bahunya yang baru saja dipukul, meringis sambil tertawa pelan, "Gue tadi liat di kalender bintang di kamarnya Lulu, katanya tengah malem ini bintangnya lagi bagus."
"Trus?" Tanya Ariel heran.
"Ini Gue bawa teleskop." Oniel menunjukkan teleskop yang ia bawa tepat di depan wajah Ariel.
Ariel menyinkirkan benda itu dari pandangannya, "Ya trus kenapa? Apa hubungannya sama Gue?"
"Ayo kita liat bareng bareng!" Seru Oniel girang. Ariel sampai harus menutup mulut gadis itu agar suaranya tidak terdengar orang rumah.
"Jangan keras keras!" Bisik Ariel geram, lalu menarik tangannya dari mulut Oniel, "Lo gila ya? Ini udah malem!"
"Kan bintang adanya emang malem."
"Ya tapi kenapa harus sama Gue?"
"Ya karena Lo pacar Gue."
Blush! Pipi Ariel memanas seketika mendengar perkataan Oniel. Bisa bisanya hanya dengan seperti itu saja membuat hatinya jadi luluh. Oniel yang sadar akan hal itu memanfaatkan kesempatan untuk menggodanya.
"Mau kan, pacarnya Oniel?" Tanya Oniel menggenggam tangan Ariel, cengiran khasnya kembali muncul.
Entah hipnotis seperti apa yang mucul dari dalam diri Oniel barusan, tapi itu cukup untuk membuat Ariel mengangguk menyetujui ajakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
JKT48 Oneshoot Stories
FanfictionCerita Oneshoot (Bisa lebih) Sesekali ada chat editon Bisa berdasarkan refrensi kisah nyata kehidupan di teater lalu dikarang lagi atau ngarang betulan full