Jam di dinding menunjukkan pukul 4 sore. Oniel baru saja membuka matanya, masih terdiam di ranjang, setelah bergelung dengan selimut dan tidur sepanjang hari.
Sejak bangun tidur pagi tadi Oniel sudah merasakan suhu tubuhnya meningkat, kepalanya terasa berat, matanya berair lengkap dengan hidung yang merah dan tersumbat. Ia terserang flu dan demam.
Semalam adalah jadwalnya untuk lembur di kantor. Tidak sampai tengah malam sebenarnya. Tapi hujan deras turun tepat saat beberapa langkah ia keluar dari kantor. Belum lagi bus pulangnya yang terlambat datang. Membuatnya makin basah kuyup dan kedinginan sepanjang malam.
Kesadarannya kembali sepenuhnya saat ia mendengar handphonenya berdering. Tanda ada panggilan masuk. Tangannya kemudian bergerak untuk mencari benda itu dan mengecek siapa yang menelponnya. Nama Mira terpampang disana.
"Halo, Niel," Suara Mira terdengar.
"Halo, Kak, kenapa?" Tanya Oniel.
"Dih, jelek banget suara lo. Baru bangun lo ya?"
Oniel berdecak, bisa bisanya Mira meledeknya di saat seperti ini, "Lo kenapa nelpon gue?" Tanya Oniel sekali lagi.
"Gue cuma pengen tau aja keadaan lo." Jawab Mira, "Bubur ayam yang tadi pagi gue kirim udah lo makan kan?"
"Iya gue makan setengah."
"Kok setengah sih? Kenapa gak diabisin? Mual?"
"Iya. Buburnya lo aduk."
"Dih, anjir, gue kira apaan." Nada bicara Mira yang tadinya terdengar lembut dan khawatir sekarang berubah kesal, "Lo udah minum obat kan?"
"Udah."
"Yaudah, baguslah. Gue otw kesana nih, baru beres kerjaan kantor. Ada yang mau dititip gak?"
Oniel nampak berpikir sejenak, "Apa ya? Gue bingung. Apa aja deh yang bisa ilangin rasa pahit di mulut gue. Tapi kayaknya gue lagi pengen soto sih,"
"Yaudah nanti gue cari di tengah jalan."
"Awas ketabrak nyarinya di tengah jalan,"
"Gue tepak ya pala lo nanti, sempet sempetnya ngejokes,"
Oniel tertawa, "Iya iya."
"Yaudah, gue tutup ya telponnya?"
"Iya."
"Oke. Bye."
Telepon langsung terputus. Oniel baru merasakan bahwa tenggorokannya terasa kering. Ia putuskan turun dari ranjang dan menuju dapur untuk minum. Helaan nafas lega terdengar saat setelah air itu membasuh tenggorokannya yang kering.
Oniel duduk di meja makan. Menumpu kepalanya yang kembali terasa sakit dengan kedua tangannya. Ia memejamkan mata dan menggeleng pelan, berusaha mengusir rasa sakitnya.
Handphonenya tiba tiba berbunyi lagi. Membuatnya mengangkat kepala dan menjawab panggilan itu. Tanpa mengeceknya, tapi ia menduga itu Mira.
"Kenapa lagi sih Kak?" Tanya Oniel.
"Halo, Niel,"
Oniel mengernyit. Ini bukan suara Mira. Lantas ia mengecek siapa yang menelponnya, dan benar saja bukan Mira. Ia langsung gugup dan panik, "Ah iya, Ci. Maaf, aku kira Kak Mira."
Suara kekehan terdengar dari ujung sana, "Lucu banget sih,"
Oniel menghela nafasnya, merasa bersalah, "Maaf ya, aku gak ngecek dulu tadi."
"Iya, gakpapa."
Oniel menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi, "Kenapa nelpon?"
"Emang gak boleh nelpon pacar sendiri?"
KAMU SEDANG MEMBACA
JKT48 Oneshoot Stories
Fiksi PenggemarCerita Oneshoot (Bisa lebih) Sesekali ada chat editon Bisa berdasarkan refrensi kisah nyata kehidupan di teater lalu dikarang lagi atau ngarang betulan full