Siang ini matahari tidak bersahabat, langit terlihat mendung dengan awan gelap di sekitarnya. Tapi Fiony masih betah untuk terus duduk di box pasir di taman dekat rumahnya.
Gadis kecil berumur 9 tahun dengan wajah oriental itu masih sibuk menyendokan pasir dan memasukannya ke dalam ember kecil yang ia bawa. Masih tidak menyadari bahwa hujan akan segera turun.
Saat setetes air mengenai tangannya dan perlahan mulai banyak, barulah Fiony menyadari itu. Ia bangkit, menoleh dengan panik, tidak tau harus berlindung dimana. Ia hampir menangis, namun sebuah tangan menarik tangannya.
Seorang gadis, rambutnya sebahu, sepertinya seumuran dengan Fiony. Gadis itu menariknya menjauh dari box pasir, sambil berlari ke arah salah satu rumah rumahan kecil disana, berusaha berlindung dari hujan.
Ketika masuk, gadis itu melepaskan genggaman tangan Fiony. Lalu menepuk nepuk pakaiannya yang basah terkena tetesan hujan. Fiony melakukan hal yang sama.
"Makasih ya," Ucap Fiony pada gadis itu.
Gadis itu menoleh dan tersenyum, terlihat manis di mata Fiony, "Iya sama sama. Aku tadi lihat kamu panik, makanya aku bawa kesini."
Fiony hanya mangut mangut, "Iya. Tadinya aku mau buat istana pasir, eh malah hujan."
"Istana pasir kan bagusnya dibuat di pantai."
"Memang. Tapi Mama Papa aku gak pernah ngizinin aku ke pantai."
"Kenapa gitu? Pantai kan seru, ada lautnya, pasirnya banyak, ada kepiting,"
Fiony mengedikkan bahu, "Aku gak tau."
Gadis itu mangut mangut, lalu mengulurkan tangannya, "Nama aku Lulu. Kamu siapa?"
Fiony menerima uluran tangannya, "Aku Fiony."
"Waah nama kamu cantik ya, kayak orangnya."
Fiony tersipu akan pujian tersebut, "Makasih. Kamu juga manis."
"Fiony, kamu mau jadi temen aku gak?"
Mata Fiony berbinar mendengar itu, mengangguk senang. Karena sebelumnya tidak pernah ada yang mengajaknya berteman seperti ini. Semua orang selalu menganggapnya aneh.
Lulu tersenyum lebar hingga gigi giginya terlihat, "Mulai sekarang kita temenan ya, oke?" Ia mengulurkan jari kelingkingnya pada Fiony.
Fiony mengaitkan jari kelingkingnya disana, ikut tersenyum, "Iya. Makasih ya, Lulu."
*~"~*
Fiony melangkahkan kakinya dengan cepat menyusuri area belakang rumah. Begitu menemukan seseorang yang ia cari, gadis yang kini berumur 17 tahun itu langsung menghambur memeluk tubuhnya dari belakang.
Orang itu langsung tersentak, berbalik karena terkejut. Lebih terkejut lagi saat menyadari Fiony sudah melepas pelukannya dengan ekspresi sedih. Bibirnya mengerucut ke bawah, dengan mata yang berkaca kaca.
"Lulu..." Rengeknya.
"Kamu kenapa Fiony?" Tanya Lulu.
Fiony mengeluarkan selembar kertas yang sedari tadi ia genggam, menunjukannya di depan Lulu, "Liat. Gurunya jahat ih!"
Lulu mengamati lamat lamat kertas itu, yang menampilkan soal soal pelajaran Biologi beserta dengan angka 13 yang dibulatkan tinta warna merah. "Ini nilai kamu?" Tanya Lulu.
Fiony mengangguk, "Iya." Jawabnya, "Gurunya jahat, Lulu. Dia gak mau diajak berpikir lebih rasional, lebih panjang, dan cuma berpatokan sama buku."
KAMU SEDANG MEMBACA
JKT48 Oneshoot Stories
FanfictionCerita Oneshoot (Bisa lebih) Sesekali ada chat editon Bisa berdasarkan refrensi kisah nyata kehidupan di teater lalu dikarang lagi atau ngarang betulan full