Story by: Taeri04
Suci dan bersih seperti Lily, kamu tau itu.
***
Anggreo berlari di lorong rumah sakit tanpa peduli teriakan peringatan untuk menghentikan aksinya. Sesuatu yang mengabarinya jauh lebih prioritas, mampu memacu jantungnya dengan cepat. Jemarinya juga sukses bergetar hebat saat membaca pesan singkat dari pihak rumah sakit. Harapan kini terucap dalam getar bibirnya, berharap seseorang yang dikabarkan bukanlah orang terkasihnya.
Sampai, Anggreo sampai di ruangan mayat. Napasnya tampak tersenggal-senggal akibat berlarian tadi. Menyisir rambutnya ke belakang, Anggreo memasuki ruangan tersebut setelah seorang perawat memperbolehkannya masuk. Degup jantungnya kian semakin terasa saat seorang dokter memandunya untuk mendekati sebuah ranjang.
Semula dokter itu mengisyaratkan lewat tatapan mata akan membuka kain yang menutupi. Anggreo mengatur napasnya sebentar mencoba menetralisir perasaannya. Kenapa sangat sulit untuk merasa tenang di keadaan ini. Matanya menatap dalam, lalu kepalanya mengangguk mantap. Pasrah pada keadaan.
Dokter itu mengangguk lalu membuka kain tersebut. Seketika air mata jatuh tanpa bisa Anggreo cegah. Napasnya tercekat seakan ada yang mencekiknya. Dunianya serasa menghitam kala perkataan dokter itu kembali mengalun dalam indra pendengarnya. Anggreo menatap patah-patah ke arah mayat itu.
"Dereya Harlein. Usia 24 tahun, berstatus pekerja sebagai editor di salah satu penerbit di Jakarta. Kematian akibat benturan hebat pada aspal jalanan sehingga mengalami pendarahan. Dia bunuh diri, Re." Dokter itu merupakan sahabat Anggreo.
Anggreo menggeleng tidak percaya, menatap nanar Rian seakan meminta penjelasan kembali. Namun, gelengan Rian seketika menghancurkan harapannya.
"B-B-Bayi ...."
Rian menepuk bahu Anggreo mencoba memberi kekuatan. "Meninggal dalam kandungan."
Anggreo jatuh saat itu juga. Kakinya tidak mampu menopang tubuhnya, kenyataan ini terlalu pahit untuknya. Seseorang yang ia cintai, seseorang yang sudah bertunangan dengannya. Pergi secepat ini meninggalkannya. Bahkan ia yakin Dereya bisa kuat melewati semuanya, tetapi baru satu hari tidak bertemu, Anggreo sudah mendapat kabar kalau Dereya bunuh diri dengan meloncat dari rooftop apartementnya.
"Bangun bego!" Rian memaksa lelaki itu untuk bangkit. Ikut merasa kehilangan. Namun, Rian paham akan rasa sakit yang ditanggung Dereya, sebagai seorang wanita pasti ia akan merasa hancur ketika mengandung anak yang bukan dari lelaki yang ia cintai.
Yeah, Dereya Herlein merupakan korban perkosaan oleh bos di tempatnya bekerja. Di duga mabuk berat, bos Dereya tidak sadar melakukannya. Alhasil bos Dereya mendapat keringanan akan hukumannya. Tentu saja semua itu tidak cukup untuk mengembalikan semangat hidup Dereya. Tidak, Rian rasa Dereya sudah tidak memiliki semangat hidup. Wanita itu merasa dirinya sudah hancur dan tidak suci lagi.
Rian bersyukur karena tunangan Dereya adalah Anggreo. Lelaki yang menerima wanita itu apa adanya. Tidak peduli Dereya yang mengandung anak orang lain. Anggreo rela bertanggung jawab dan berjanji akan menikahi Dereya pada bulan Desember nanti.
Namun, Dereya terlalu lelah dengan semuanya.
Rian membopong tubuh Anggreo keluar ruangan untuk menenangkannya. Ia meletakan tubuh Anggreo untuk duduk di kursi. Rian meringis kala melihat wajah mengenaskan sahabatnya, ia merasa kasihan pada Anggreo.
"Bro, dengerin gue." Rian berjongkok di hadapan Anggreo yang masih menangis dalam diam. Lelaki itu bahkan menatap kosong ke arah depan. "Lu udah berusaha sekuat mungkin, terima kasih, Bro. Gue bangga sama lu, bahkan lu yang menerima Dereya bener-bener buat gue bangga. Gue yakin juga, Dereya sangat bahagia dengan itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Flower Series Project
Short StorySegala kisah terkait bunga yang diabadikan ke dalam tulisan🌹 Cerita oleh Family CPBS.