Bunga Matahari

18 10 0
                                    

Story by: munawardwi

Hai matahariku, apa kabar di sana?

Kuharap dirimu baik-baik saja tanpaku. Ayo keluarkan cahayamu seperti matahari, Aku rindu tatapan mata itu, aku rindu suara tawa itu dan ya aku merindukan dirimu.

Kamu tau? Seberapa sajak pena yang kugunakan ketika menceritakan tentangmu?

Kamu dan matahari adalah sebuah kesamaan. Sulit kupandang tetapi hangatmu kurasakan. Kamu sulit kugapai, kamu berada di atas sedangkan aku terlantar di bumi belahan mana. Kamu indah, kamu hangat, tetapi sayang bukan untukku semata melainkan untuk banyak orang. Namun matahariku, bisakah aku egois ingin memilikimu? Hidupku terlalu gelap jika tak ada cahayamu. Bisakah kuambil cahaya dan hangatmu untuk diriku saja? Dunia ini sungguh kejam, tak ada yang mampu menopang tubuh lemahku. Dunia ini jahat karena sering meninggalkanku. Dunia ini sulit hingga napasku terasa sempit.

Hai matahariku, aku menemukanmu! Cahayamu hilang, tetapi aku suka. Iya, kau matahariku yang berwujud sebuah bunga, bunga yang sangat indah menyejukkan mata, ya bunga matahari. Matahariku, sekarang aku bisa memilikimu! Kini kau bukan matahari, tetapi kau adalah bunga matahariku yang akan setia menemani diriku di saat aku terbangun dari lelapku.

Dear kamu ...

Untuk aku ☺️

"Huftt ... capek bener, deh. Huaaa, kamu kapan pekanya sihhh? Gereget aku," rengek Kaila.

''Gini nih, efek suka ama orang cakep 'tu gini, udah dingin, cuek, ngeselin banget, dasar batu ... hiks. Tapi tetap suka, aaaa harus rukyah ni gue."

''Kailaaaaa! Ya Tuhan, anak gadis jam segini belum keluar, astaga!" teriak mama Kaila.

Cklekk .... Suara pintu dibuka.

"Mamah ganggu aja, lagi ngehayal juga," ucapnya dengan bibir yang di manyunin 10 senti. Oke ini lebay, tapi it's okey lah it's okey.

"Bagus .... Bagus malaikat malik ngincer nih anak modelan kek gini," ucap sang mama dengan menarik telinga anak bangornya ini.

"Aa a-auuu aduh aduh sakit, astaghfirullah, Mamah lepasin Kailaaa, atit anget aslian Mah, suerr," jerit Kaila sambil membuat bentuk huruf v dengan jari telunjuk dan tengahnya.

"Makanya keluar kamar. Sono, keluar kamar kek, minggat kek, kabur kek, atau ngapain gitu, sumpek Mamah liat kamu di rumah."

"Astaghfirullah, Mak gue," ucap Kaila sambil ngelus dada.

Setelah acara debat mendebat calon presiden tersebut, eh kagak, debat antara mak and anak tersebut berakhir, di sinilah Kaila berada di taman bunga matahari.

"Hm ... kalau aja di sini ada dia ya, pasti gue bahagia banget. Mana cerah gitu ya kan, di taman bunga matahari terus gue ajak Kak Satya ke mari, dijamin meleleh 'tu kulkas idup, secara kan di sini banyak matahari bertebaran," ucap Kaila sambil memejamkan mata sembari menikmati similar angin. Tiba-tiba ...

"Hai, Sayang," sapa seseorang.

"Eh K-kakk Satya?"

"Huum, ini gue. Gimana kabar lo? Pasti baik, ya kan?"

"Ye si kulkas, dia yang nanya dia yang jawab, sawan lo gua ketawain paling kenceng," ucap Kaila.

"Jahat banget si ama calon suami," rengeknya.

"Dih, najis muka lo, mana yang muka lo yang cosplay jadi tembok kulkas dan batu itu haa?" tanya Kaila.

"Dih, dikira muka gua apaan kali ya. Eh, nikah yuk! Sumpah, gua ngebet ama lu, plis nikah ama gua ya, ya, ya?" paksanya.

Flower Series ProjectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang