Sakura

18 9 0
                                    

Story by: LemonTea_-

Halo.

Kurasa, awal yang baik biasanya dimulai dari perkenalan. Agar kamu sekalian tahu bahwa akulah yang membawakan kisah sederhana ini. Namaku Yuki, dalam bahasa Jepang artinya salju. Di sini, aku tidak tahu apa tepatnya maksud namaku. Mungkinkah doa dari orang tuaku agar aku berlaku baik agar selalu terlihat seputih salju? Atau mungkin karena fakta bahwa aku yang sudah 'dingin' sejak pertama kali melihat dunia. Dingin? Kata orang, aku orang yang demikian. Sarkas, tidak punya hati, sombong, apatis, dan senang menindas. Itu hanya spekulasi, tentu saja. Sebab orang-orang yang menganggapku demikian rata-rata tidak tahu seperti apa aku sebenarnya. Namun, aku tidaklah penting. Tentang bagaimanapun aku di sini, itu tidak penting. Sebab, yang akan aku kisahkan pada cerita kali ini bukan tentang aku dan hidupku, tapi sahabatku, Sakura.

Namanya memang Sakura sejak dia lahir. Kurasa itu artinya bunga Sakura, bunga nasional di negeri seberang. Aku juga tidak tahu mengapa namaku dan sahabatku begitu kental dengan unsur Jepang. Sungguh. Kurasa, mama dan bunda Sakura dahulu sempat merencanakan sesuatu tentang memberi unsur Jepang pada nama putri mereka. Mama dan bunda memang bersahabat baik sejak dulu. Aku juga sempat berpikir bahwa untuk mengandung dan melahirkan kami, mereka juga merencanakan tanggalnya. Sebab bagaimana mungkin aku dan Sakura hanya terpaut usia 12 hari? Dia lebih tua dariku. Tapi mama selalu menyangkal tentang perjanjian mengandung dan melahirkan itu. Katanya itu murni tidak sengaja, dan katanya juga, barangkali takdir memang berkata begitu untuk mereka berdua. Maka aku tidak pernah bertanya lagi. Tidak penting direncanakan atau tidak, kurasa pada akhirnya aku dan Sakura akan tetap menjadi sahabat. Itu saja. Titik.

Sakura 12 hari lebih tua dariku, aku sudah bilang tadi. Hanya dua belas hari. Kata orang, kematian tak pandang usia, tapi selayaknya orang yang lebih tua, Sakura memang pergi mendahuluiku. Ya, maksudku, dia sudah lebih dulu bertemu Sang Pencipta. Mungkin salah kalau aku bilang dia pergi, sebab keadaan sebenarnya adalah Sakura 'pulang' kepada zat yang menciptakan dia. Pulang pada usia yang begitu muda. Sangat belia, sampai ia belum sempat merasakan diberi hadiah pada ulang tahun ke-18 oleh cinta pertamanya, atau merasakan rasanya perpisahan ala anak SMA yang sangat ia dambakan. Ia 'pulang' ketika kami masih duduk di bangku kelas tiga SMA, hanya empat bulan lagi sampai kami lulus dan mendapat ijazah. Hanya empat bulan lagi, tapi waktu seolah tak sabar menunggu.

Sakura meninggal sebab, apa namanya, tremor? Bukan, bukan itu. Tumor! Ya, benar. Tumor sialan itu yang membuat Sakuraku yang malang lekas menemui ajal. Aku memang tak pandai menyebutkan kata dalam bahasa yang tak biasa kulfalalkan. Tumor bukan kata keseharian. Aku baru mendengar kata itu ketika masih kelas 10 dan Sakura didiagnosis terkena tumor di otaknya. Katanya tumor di otak Sakura tergolong ganas. Aku tidak terlalu paham bedanya tumor ganas dengan tumor jinak.

Kurasa tumor ganas lebih cepat membuat seseorang sekarat, dan yang jinak tidak terlalu. Seperti hewan, kalau ganas biasanya mudah menggigit dan membunuh hewan lain dan bahkan manusia. Tapi kalau hewan jinak biasanya malah akrab dengan manusia. Itu pengertian sederhanaku saja karena aku tidak terlalu suka mencerna penjelasan dokter. Anggap saja aku bebal, sedang Sakura kala itu terlihat antusias mendengar penjelasan tentang penyakitnya. Seseorang dengan rasa ingin tahu setinggi Sakura senang mendengar penjelasan rumit macam itu. Bukan sebab ia senang sakit. Tapi, katanya ia lebih tahu apa yang harus ia lakukan untuk sembuh jika mengenal lebih jauh tentang penyakitnya. Seperti hewan, kalau sudah dikenal dan diketahui apa maunya, pasti mudah untuk diajak berkomunikasi dan dikendalikan. Itu yang ada di otak cerdas Sakura yang kala itu mulai digerogoti tumor.

Biar kuceritakan sedikit tentangnya. Ia meninggal dua tahun lalu, tapi aku jamin, kisah hidupnya tak akan begitu mudah hilang dari ingatanku. Gadis secemerlang itu tak mungkin mudah tersingkir begitu saja dari hati dan ingatanku.

Flower Series ProjectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang