Esoknya saat aku terbangun terlihat rumah yang berantakan, rumah memang berantakan sejak krmarin hujan, tapi aku baru sadar kalau ini memang seberantakan itu.
Terlihat mama yang duduk di sofa sambil menelepon seseorang.
Beberapa saat mama menelopon sampai sesudahnya aku menanyakan siapa yang menelepon.
"Mama nelpon siapa ma, kok kayaknya serius amat?"
Mamah memalingkan wajahnya kepadaku.
"Mamah nelepon temen mama tante sarah, mama fikir mama gak bakal sanggup bersih-bersih rumah sebesar ini, makannya mama minta tolong tante sarah buat nyariin pembantu sekaligus yang bisa masak"
Aku mengerti apa yang mama pikirkan, saat ayah masih hidup, yang bebersih tempat ini dilakukan oleh mama dan ayah, dan kadang-kadang aku sama Mila bantu.
"Kayaknya memang perlu pembantu deh ma, oh iya!, aku belum bangunin Mila, dia nanti terlambat masuk sekolah"
Tiba-tiba mama menahan tanganku.
"Biarin dulu hari ini adek kamu libur, kemarin dia nangis gak berhenti-berhenti, biarin dia tenang dulu, nanti dia boleh sekolah, nanti mama yang nelepon ibu gurunya buat minta izin"
"Hmm... oke deh ma"
Aku pun berinisiatif pergi ke lantai tiga untuk menuju kedapur, aku sebenarnya masih merasa aneh kepada ayah, kenapa ayah menaruh dapur di lantai tiga dan bukannya di lantai 2 atau 1.
Akupun menaiki tangga berlapis karpet merah itu dengan perlahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MBOK JUM
HorrorTik tak tik tak, Suara jam dinding yang sedikit memecah keheningan rumah besar yang ditinggali oleh 3 orang itu, aku, adikku dan mama, selalu sangat ketakutan setiap malam karena kedatangan Mbok Jum.