Rawat Inap

1.2K 89 0
                                    

Tengah hari itu mama membawaku kerumah sakit terdekat dengan mobil, aku hanya bengong karena aku yakin tadi aku memotong daun sawi.

Aku tak habis pikir jika mamah tidak menyadarkanku tadi, mungkin jari-jari tangan kiriku akan terpotong.

Di rumah sakit, aku diberikan ruangan dengan salah satu pasien lain yang dirawat.

Karena kata yang menjaga kamar pribadi sudah habis diisi oleh orang lain, jadi terpaksa aku berbagi tempat dengan orang lain.

Dokter pun memeriksa luka tangan kiriku, sayatan pisau yang tajam itu membuat luka yang dalam di kelima jari tangan kiriku.

Darah tak henti-hentinya keluar menembus perban dengan lapisan yang begitu banyak.

Dokter menyarankan agar aku dirawat inap untuk sementara karena luka yang kualami cukup serius.

Setelah mengatakan itu mama langsung setuju dan dokterpun langsung pergi.

Mama mengusap rambut hitamku dengan lembut.

"Re mama mau pulang dulu ngambil baju kamu ya, sekalian mau jemput Mila yang mama titipin ke kakek kamu"

"Yaudah gapapa, mah sekalian bawa HP aku yang tertinggal di kamar ya"

Mamah mengangguk dan langsung pergi keluar ruangan.

Saat mama pergi keadaan sangat hening di ruangan ini, tidak ada yang bisa diajak bicara dan tidak ada HP untuk dimainkan.

Aku penasaran dengan orang yang dirawat di sampingku, kami hanya dibatasi dengan tirai di tengah-tengah sehingga aku tidak bisa melihatnya.

Malam pun datang tapi mama tidak kunjung datang, aku berfikir mungkin mama sedang kerepotan karena Mila yang masih berumur 6 tahun.

Tiba-tiba dari luar ruangan terdengar suara langkah kaki seseorang yang sedang mendorong troli.

Pintu itu terbuka dan terlihatlah suster yang sedang mendorong troli makanan.

Suster itu pun meghampiriku.

"Jam ini jamnya makan ya kak, kakak mau saya suapin atau makan sendiri?" suster itu ramah

"Saya bisa makan sendiri kok sust" aku menerima mangkuk berisi sup hangat itu dan beberapa buah-buahan

Tapi tiba-tiba suster itu tampak kebingungan.

"Yaampun saya lupa taruh minumannya di troli"

Suster itu pun mendorong kembali troli makanan itu dan pergi.

Sesaat kemudian terdengar kembali suara kaki seseorang sambil membawa troli.

Pintu terbuka kembali dengan suster yang menurutku agak berbeda.

Suster itu menggerai rambut hitamnya sampai menutupi muka dengan membawa troli makanan itu dan menghampiriku.

Perasaanku saat itu agak tidak enak, hawa dingin mulai terasa dikulit, suster itu perlahan mendatangiku dengan troli makanannya.

Setelah sampai tanpa basa-basi dia menaruh aqua botol di meja pasienku. berbalik badan dan pergi dengan perlahan membawa troli tanpa mengatakan apa-apa.

MBOK JUMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang