Memory - 34

1.5K 234 5
                                    

Dua bulan lebih Chadi berada di RSJ. Dan setelah dibolehkan pulang pun, ia harus bolak-balik untuk sesi di rehabilitasi.

Tidak hanya itu. Setiap harinya Chadi harus meminum berbagai jenis obat. Ia tidak boleh lepas dari pengobatan. Konon ia harus meminumnya selamanya. Seumur hidupnya. Tanpa putus.

Sekalinya putus, Rei akan menghampirinya, memarahinya karena sudah tertangkap polisi. Menyalahkannya karena kehilangan Rumi.

Pernah beberapa hari Chadi tidak meminum obatnya. Dan semua delusi itu merekat lagi dalam pikirannya. Ia pun dijebloskan kembali ke Rumah Sakit Jiwa. Kembali disadarkan. Diwaraskan.

Namun sudah berbulan-bulan sejak 'episode'-nya itu terjadi. Kini Chadi harus kembali beradaptasi dengan kehidupannya, mencoba kembali pada ritme dunia nyata.

Pernah suatu hari, Chadi sama sekali tak memiliki gairah apapun untuk melakukan sesuatu. Ia hanya diam duduk di sofa. Melamun. Menatap kosong dengan wajah datar ke dinding. Mati rasa secara emosi. Berjam-jam hanya duduk tanpa melakukan apapun.

Lalu juga pernah di hari lain, saat perasaanya sedang baik. Chadi sedang membaca buku. Buku dengan banyak istilah yang beberapa di antarnya ia ketahui namun tak mengerti.

Chadi jadi bertanya-tanya. Apa yang biasa ia lakukan sehari-hari? Apa rutinitasnya? Apakah ia sarapan dengan roti setiap pagi? Bagaimana urutan memeriksa pasien saat ia bekerja? Dan apakah semua orang membaca buku sepertinya?

Maka dari itu, ia bertanya pada Salim dan Saras yang kala itu menemaninya, "Lim, Ras."

Salim dan Saras yang sedang menonton di depan televisi menoleh ke arahnya.

Chadi lanjut bertanya, "Biasanya orang-orang kesehariannya ngapain aja ya?"

Salim dan Saras saling pandang. Mereka mengira Chadi sedang bercanda. Namun melihat betapa lugu dan polos wajah Chadi, mereka pun berbaik hati menjelaskan pada Chadi.

Banyak hal dan peristiwa yang sudah terjadi hingga kini. Khususnya mengenai kebakaran yang terjadi pada rumah keluarga Kharisma.

Keluarganya, khususnya Oma dan Opa dengan dermawan tidak pernah menuntut Chadi dan mamanya karena bencana itu. Mereka bisa memahami Chadi, bahkan menjenguknya ke rumah. Semuanya diselesaikan secara kekeluargaan.

Begitu pula seluruh keluarga Kharisma. Mereka satu per satu juga mengunjungi Chadi. Mengungkapkan rasa syukur karena Chadi cepat pulih.

Samar-samar, melihat keluarga besar Kharisma, mengingatkan Chadi pada waham paranoidnya. Ia pernah mencurigai keluarganya berkonspirasi merencanakan pembunuhannya.

"Dokter Chadi," Di suatu sesi pada saat Chadi menjalani kehidupan di dalam RSJ, ia ditunjukkan foto putranya, Noah Rey Kharisma. "Apakah Rei, sepupu yang Dokter ceritakan tadi, mirip dengan putra Dokter yang tewas tahun lalu?" tanya terapis itu.

Kala itu Chadi berulangkali menyangkal bahwa sepupunya Rei, dan putranya Noey, bukanlah orang yang sama. Bagaimana bisa seorang bayi tiba-tiba menjadi pria dewasa? Bukankah itu sangat tidak mungkin?

Namun perlahan-lahan, walau Chadi terus saja membantah, ia terus ditanyai hal yang serupa. "Tadi Dokter Chadi cerita kalau Rei menelpon HP Dokter, bukan begitu?"

Chadi mengangguk lemah. Suaranya sekecil tenanganya, "Betul,"

"Tapi apakah Dokter pernah memeriksa apakah nomor Rei ada di log telepon HP Dokter?" tanya terapis itu lagi.

Dan karena saat itu Chadi masih menolak bahwa Rei hanya khayalannya, terapis itupun menunjukkan log panggilan HP Chadi.

"Apa Dokter melihat ada nomor Rei di sini?" tanya terapis itu lagi. Sampai Chadi menjawab. Tidak hanya satu sesi saja. Berkali-kali... Berulang kali Chadi diberikan sesi khusus membahas Rei. Ditanyai apakah Rei pernah terlihat bersosialisasi dengan kerabat Kharisma yang lain. Bagaimana wajah Rei. Apakah mirip dengan Chadi dan Rumi.

Starting OverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang