Memory - 30

1.2K 212 1
                                    

Kondisi kesehatan Oma tidak terlalu baik akibat kebakaran yang terjadi di rumah keluarga Kharisma beberapa hari lalu. Manula tua tersebut cukup shock dengan peristiwa itu. Karenanya beliau terus berbaring selama nyaris seminggu penuh.

Para kerabat menyarankan agar Oma tinggal di kediaman atau vila lain selain di rumah besar itu. Namun Oma bersikukuh tidak akan meninggalkan tempat tinggalnya. Karenanya, selagi sebagian sisi rumah sedang direnovasi, segala aktivitas sehari-hari dialihkan ke sisi lain.

Chadi memilih hari ini sebagai hari menjenguk Oma. Karena ia dengar mamanya tidak akan kemari. Dan juga tak banyak orang akan berkunjung hari ini.

"Chadi," Dengan wajah agak pucat Oma memegang tangan Chadi. Wanita berkeriput dan berambut putih itu terbaring lemah di tempat tidur. "Jangan terlalu membenci mama kamu ya, Chad," pesannya.

Chadi datang menjenguk sendiri ke kamar beliau. Dan hal pertama yang Oma bahas adalah mamanya.

Chadi tersenyum lemah, "Chadi ke sini jenguk Oma," tuturnya.

"Tetap aja," Oma menguatkan kata-katanya, "Kamu cuma punya mama kamu. Papa kamu sudah lama wafat," sambung beliau, "Seengaknya dia sudah berhasil ngebesarin kamu."

Karena tak ingin membahas ini, Chadi hanya mengangguk, "Oma istirahat dulu aja ya," Ia beranjak, "Nanti Chadi ke sini lagi. Ijin keluar sebentar."

Mungkinkah Chadi Kharisma sangat membenci mamanya? Ia sendiri memang tidak menyukai mama Chadi. Karena wanita itu nampaknya tidak menyukai Rumi. Tapi ada perbedaan antara membenci dan tidak menyukai. Jadi seberapa membencinya kah Chadi Kharisma kepada ibunya sampai Oma harus menengur hal itu berulangkali?

Sembari menunggu agar Oma tak lagi sentiment tentang hubungan ia dan mamanya, Chadi berjalan-jalan keliling rumah. Ia baru menyadari Rumah ini terpisah menjadi tiga bangunan. Salah satunya bangunan utara rumah. Yang penuh abu, arang, dan nyaris hangus terbakar. Rupanya lalapan api tidak separah yang Chadi kira. Parah yang Chadi maksud seluruh rumah terbakar dalam api dan tak ada satu pun harta terselamatkan.

Chadi melangkah menuju bangunan utara, memeriksa puing rumah yang kini hanya tersisa hitam meninggalkan bau gosong. Di perjalanannya, seseorang memanggil dari dalam kamar yang ia lewati.

"Chad!" Itu Rei. Sepupunya itu sedang duduk di kursi dalam kamar. Ia mengibaskan tangan memanggil Chadi.

Iseng Chadi menghampirinya, "Lo udah jenguk Oma?" tanyanya sembari menarik kursi dan duduk di seberang Rei.

"Udah, barusan sebelum lo datang," Rei menatap ke luar jendela. Pemandangan bangunan utara rumah yang hitam pekat nampak jelas dari sini.

Chadi ikut memandangi pemandangan itu.

"Lo udah tahu semua kan, Chad?" tanya Rei, "Tentang keluarga Kharisma."

Chadi mendengus, "Gue belum bisa nemuiin siapa pelaku yang ngebuat gue dan Rumi celaka," Sampai saat ini teka-teki itu belum terjawab.

"Kalau gue kasihtahu lo, lo bisa nerima?" Rei menautkan jari-jarinya dan duduk menyilangkan kaki.

Chadi menggeleng tak tahu, "Mungkin," singkatnya, "Emang lo mau kasihtahu gue tentang semua rahasia Kharisma?"

Rei mengedikkan pundak, "Kalau lo janji dengerin gue, gue bakal kasihtahu lo semuanya," Ia lalu memperingatkan, "Walau sekali lagi gue tekenin, ini bakal berisiko."

Chadi berpikir panjang. Apakah ia bisa mempercayai Rei?

Ya, sepertinya ia bisa mempercayai Rei. Ucapan laki-laki ini selalu benar. Bahkan tidak ada satu pun kerabatnya yang mau memberikan informasi seperti ini padanya.

Starting OverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang