Case 18

22 7 13
                                    

"Frida, apa-apaan kau kemarin?"

Frida—yang baru saja duduk di kursinya—menatap Tristan heran. "Apanya yang apa-apaan?" Perasaan hati gadis itu masih belum membaik sejak hampir jatuh di lorong ketika akan sampai kelas tadi.

"Ngapain pulang sama Natan?!" Mendengar protes Tristan Frida terdiam, mencerna ucapan Tristan yang nadanya sedikit berbeda.

"Terus, kamu maunya gimana? Pulang sama kamu? Emangnya kamu siapa?"

"Ya setidaknya, jangan pulang berdua saja dengan laki-laki. Kalau terjadi sesuatu bagaimana?" Tristan berkata frustasi.

"Lah? Terus, mau gimana? Bertiga sama orang lain? Ya nggak bisalah, motornya gak muat. Lagi pula, itu jelas akan melanggar peraturan lalu lintas," balas gadis itu ketus, masih tak memahami arah tujuan ucapan pemuda di hadapannya itu.

"Astaga Frida ... bukan itu maksudku. Kemari kau."

Tristan menyeret mantan kakak kelasnya itu keluar, membawa raga mereka ke tempat yang sepi.

Frida sebenarnya memberontak, tapi dirinya sama sekali tidak sanggup melepaskan cengkraman pemuda tersebut.

Perbedaan tenaga mereka terlalu besar, memaksa gadis itu untuk pasrah. Setelah sampai, dihempasnya tangan Frida, beralih meremas kedua bahunya kuat.

Frida jelas merasa risih, sehingga dihempaskanlah kedua tangan Tristan kasar. "Apaan, sih?! Main seret ke tempat sepi kayak gini," protesnya kemudian.

"Bagaimana bisa kau pulang dengan target kita?!" tanya Tristan frustasi, diakhiri jemari yang mengacau tatanan rambutnya sendiri.

Frida hanya menatap Tristan bingung. "Dia cuma nawarin aku pulang. Kan gak mungkin aku pulang naik angkot. Kemarin aku basah kuyup Tan," bela Frida.

"Tapi ... argh, sudahlah. Lupakan!" Frida heran melihat Tristan yang kebakaran jenggot, sedang pemuda tersebut dia membuang napas.

"Jadi, ngapaiin aja kalian kemarin? Ada informasi baru?" tanyanya kemudian, dibalas dengan Frida yang tersenyum.

"Tau nggak, Natan mau kerja sama sama kita, loh!"

"Hah?! Kau gila?!"

Tristan refleks membentak. Pemuda itu tidak habis pikir, bagaimana bisa gadis di hadapannya ini malah menerima tawaran kerja sama dengan target yang mereka incar?

"Ini kesempatan bagus, Tristan."

"Bagus dari mananya?!"

"Kau kenapa, sih?! Mengapa emosi sekali? Kau suka aku, hah?!"

Tristan terdiam. Frida sendiri, menatap tajam pemuda di hadapannya dengan napas terengah-engah.

Sedetik kemudian, tawa Tristan mengalun, diiringi ledekan yang sukses membuat wajah Frida memerah.

"Hahaha .... Aku? Suka kau? Mana ada, astaga! Jangan-jangan, kau yang suka aku?"

"H-hah?! Mana ada!"

Melihat wajah kesal gadis itu yang memerah sempurna, Tristan menghentikan tawanya.

"Maaf, maaf."

Frida tidak merespon, memilih untuk pergi meninggalkan pemuda itu sendirian. Sementara Tristan, buru-buru mengejar. Keduanya berhenti di rooftop, lokasi kumpul mereka. Sudah ada Zoe di sana yang menatap bingung pasangan di hadapannya.

"Apa?" sentak Frida, kesal karena dibuntuti.

"Jangan berkerjasama dengan Natan. Kau lupa kalau kita bekerjasama? Kau tidak bisa menambah anggota tanpa persetujuanku," balas Tristan.

Giselle [✓] #WRITONwithCWBPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang