Case 08

32 15 8
                                    

Esoknya Frida harus menelan rasa risih ketika anak kelas juga siswa kelas sebelah menghampirinya hanya untuk bertanya bagaimana rasanya dipenjara selama empat hari penuh. Bahkan, ada seorang anak yang dengan catatan di tangan memberikan pertanyaan yang sering kali tak bisa Frida jawab. Hari itu, Frida benar-benar seperti artis.

Nadya masih izin, sedang Zoe belum kelihatan batang hidungnya karena sedang menjalankan tugas jaga UKS sebagai salah satu anggota PMR. Gadis itu berniat menjenguknya sepulang sekolah sendirian, sebab anak kelas lainnya sudah menjenguk Nadya sejak jauh-jauh hari.

"Kamu dalam bahaya, Frida."

"Apanya?"

Tristan duduk di bangku depan Frida, wajahnya menyiratkan bahwa dia tengah serius. "Banyak rumor tersebar soal kamu sejak polisi menahanmu."

"... Rumor apa?"

"Rumor kalau kamu absen satu semester kemarin itu karena lagi rehabilitasi, kalau kamu sakit mental. Soalnya, kebetulan waktu kamu masuk, ada dua tragedi di sekolah."

Frida mengernyit. "Tapi aku nggak—"

"Iya, aku tahu. Kamu nggak mungkin kayak gitu. Ini buruk, Frida. Sebagian besar orang percaya sama rumornya." Zoe tiba-tiba muncul, gadis itu segera duduk di bangku tak jauh darinya. Dia baru saja menyelesaikan tugasnya ketika dua manusia itu berdiskusi.

"Siapa yang memulai rumor itu?" tanya Frida sembari memainkan pena di atas kertas.

"Enggak ada yang tahu." Zoe menggeleng, gadis itu heran, kenapa Frida harus dikaitkan dengan rumor aneh semacam itu.

"Oh, gitu?" Frida memandang Tristan dan Zoe sebentar. Fokusnya berada pada kertas dengan coretan di sana-sini.

"Ck. Paham nggak, sih, kamu dibilang gila, Frida. Mungkin saja setengah lainnya sudah menganggap dirimu itu psikopat." Tristan geram. Tak habis pikir respon Frida akan setenang ini.

"Iya, aku paham. Terus, aku harus apa? Menangis sampai menimbulkan keributan? Atau marah-marah ke seantero sekolah? Bukannya menjelaskan situasi aku malah akan mempertegas gosip tentangku, Tristan." Frida kembali memandang Tristan. Dengan sorot tajamnya hampir membuat pemuda itu ciut seketika.

"Terserah deh. Yang pasti aku sudah memberitahumu ya," ujarnya kemudian berlalu pergi. Zoe diam, netra gadis itu fokus pada setiap pergerakan Frida, diliriknya sekitar, saat tak mendapati siapa pun mengamati mereka, dia membuka suara.

"Kudengar, barangmu lagi yang memberatkan posisimu?" ujar Zoe pelan. Hal itu sukses membuat Frida memandang Zoe tajam.

"Kau tahu darimana kalau ada barangku ketika informasi semacam itu saja tak mungkin disebarkan?"

"Aku hanya dengar rumor, jadi itu benar, ya?"

Frida mengangguk sebagai jawaban. "Tapi kok aneh, ya? Bukankah kamu itu orang yang tak suka memberikan barang-barang milikmu ke sembarang orang?" Ucapan Zoe sukses membuat gerakan tangan Frida terhenti, untuk sekali lagi Frida mendongak, mendapati wajah penuh kebingungan Zoe.

Hening tanpa sadar tercetak di antara mereka, Frida masih dalam labirin pikirannya, jauh di lubuk hati dia memikirkan rumor miring, tapi di satu sisi tanpa dapat tercegah ucapan Zoe menganjal di pikirannya.

"Fri, maaf, ya. Aku semakin curiga dengan Nadya." Ucapan mendadak Zoe membuat Frida melotot.

"Apa maksudmu?" tanyanya tajam kepada Zoe.

Tangan Zoe kemudian terangkat sebatas telinga, tanda menyerah. "Aku cuma bicara fakta, Frida. Dua kali barangmu ada di TKP. Apalagi, barang yang kau katakan itu barang yang kau berikan pada Nadya. Bukankah itu aneh?"

Giselle [✓] #WRITONwithCWBPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang