Wanita itu lemah.
Buat dia mencintaimu lalu tinggalkan, maka hancur sudah. Aku benci bagaimana dulu ibu berubah menjadi wanita menyedihkan karena seorang pria yang aku pernah sebut sebagai ayah, aku sungguh tak sudi mengakuinya.
Bagaimana seseorang yang tadinya begitu mencintaimu bisa berakhir menjadi sesosok bajingan? Aku benci sekali pria itu, aku rasanya tidak mau menikah saja.
Aku kini berusia 28 tahun, namun luka 10 tahun yang lalu itu masih menghantuiku. Ibu bilang aku harus bangkit dan percaya bahwa masih banyak pria-pria baik di luar sana yang tidak akan berakhir seperti bajingan itu. Paling tidak ibu membaik meski aku masih bisa melihat secercah kesedihan di sana. Ibu adalah panutanku, sebagai orang tua satu-satunya dia benar-benar berusaha bangkit dari keterpurukan dan merawatku dengan sangat baik. Aku pikir aku tidak butuh siapa-siapa lagi, aku punya ibu.
"Kang, kepala editor mencarimu."
"Ah okay." balasku singkat dengan senyum tipis.
Aku sedikit tidak nyaman pada rekan kerjaku yang satu ini, sebab pada awal dirinya masuk ia terus-terusan mengirim pesan, berusaha mendekatiku. Entah mengapa sampai detik ini aku seperti punya luka tersendiri dengan para lelaki, menyusahkan. Ini semua karena bajingan itu.
Huft, aku rasa sampai kapanpun aku tidak akan bisa menikah.
Selama bertahun-tahun aku sangat gigih dalam membentuk karirku, aku ingin jadi penulis handal yang bisa sukses tanpa perlu campur tangan laki-laki. Yah, penulis handalnya mungkin sudah terpenuhi tapi aku belum sepenuhnya sukses. Ini tidak semudah yang kubayangkan.
Di umur segini teman-temanku tentunya banyak yang sudah menikah, tak jarang orang-orang akan menanyakan perihal itu padaku, dan aku hanya bisa tertawa meminta doa terbaiknya saja.
Bagiku sekarang tidak ada yang lebih penting daripada ibu dan karir, jadi aku tidak pernah benar-benar memikirkannya, namun aku tahu suatu saat nanti aku memang harus menikah bukan?
Aku tidak ingin ibu dicemooh karena putrinya yang melakukan hal tabu. Hanya saja aku takut, apa iya aku akan menemukan pria baik?
Aku juga tidak pernah pacaran, semenjak bajingan itu meninggalkan ibu aku juga berhenti menyukai seseorang, tiba-tiba perasaan itu hilang begitu saja padahal aku dulu sangat menyukainya.
"Putriku yang manis sudah pulang?"
"Ah iya, Bu."
"Ayo makan dulu, ibu baru saja selesai masak sup kesukaanmu." ajak ibu dengan senyum hangatnya.
"Aku ganti baju dulu ya, Ibuku sayang."
Aku ingin hari-hariku terus seperti ini. Egois ya?
Ibu memasak sup tahu kesukaanku, ibu selalu tahu apa yang harus dilakukan. Dengan lahap aku menyantap masakan yang telah dibuatnya.
"Pelan-pelan makannya."
"Ibu tidak makan?"
"Ibu sudah makan tadi."
"Sudah minum obat?"
"Terlalu banyak pertanyaan, makan saja." Ibu menyendokan telur puyuh ke nasiku, dan aku hanya cemberut saja lalu tertawa setelahnya.
Aku takut suatu saat ibu tidak ada lagi, aku harus bagaimana setelahnya?
"Oh iya, apa kau ingat anaknya bibi ahreum? Dia mulai minggu depan akan bekerja di kota, jadi besok akan menginap di sini sementara sampai bisa menyewa flat sendiri, mereka sedang kesusahan finansial saat ini. Ibu harap kau tidak keberatan ya, lagipula dulu pas kecil kalian suka main bersama, mungkin kau tidak ingat tapi dia anak yang baik." jelas ibu panjang lebar, aku sedikit syok tentu saja, tapi ibu memang berhati besar jadi mau bagaimana lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
ss; more than // ksg x pjm
Fanfictionshort story x seulmin🙈✨ it was random plot inside;; be careful, hunny bunny💫 #79 in polaristique [201202] #45 in polaristique [230607] #1 in polaristique [240111] thank u! [ start - 181120. up - 190908. d l d r sayank. ]