just friend? no.

279 34 0
                                    

"Cuma temen?"

Seulgi mendengus pelan, acuh pada pertanyaan yang dilontarkan Jimin padanya. Lelaki satu ini memang luar biasa, mudahnya ia katakan hal-hal seperti itu bahkan di saat dirinya tahu Seulgi benar-benar harapkan lebih darinya.

"Temenan doang, nih?"

Jimin kini memainkan alisnya, tampak menggoda gadis yang malah balas menatapnya datar.

"Emang kita ini apa kalo bukan temen?"

Cukup sudah. Jangan biarkan dirinya terlena pada sosok yang selama dua tahun ini hanya tahu menanamkan harapan kosong padanya. Mereka selalu bersama sejak kelas satu, berawal dari Seulgi yang katanya entah mengapa mengingatkannya pada sang ibu dan berakhir dengan Jimin yang terus mengekorinya tanpa henti. Gadis itu pasrah saja, tanpa tahu waktu membiarkan perasaan tersebut tumbuh. Jimin benar-benar memperlakukannya baik, sangat baik, hingga kadang ia lupa jika mereka hanya berteman.

Lelaki bersurai legam itu masih diam, seolah ingin melontarkan sesuatu namun masih menimbang-nimbang untuk mengatakannya.

"Gue mau ke perpus."

Seulgi sudah akan pergi kalau saja tangan itu tak menahannya cepat. "Apalagi?"

Oh benar-benar, ia sudah habis kesabaran saat ini.

"Siapa bilang?"

"Hah?"

"Perlakuan gue selama ini, lo bilang cuma temen?"

Gadis itu mengurungkan niatannya pergi, lebih bernafsu menimpuk kepala Jimin karena terus-terusan mengganggu kinerja jantungnya yang kini memompa tak beraturan.

"Gue, semenjak ngekorin lo terus, gak pernah nganggap lo temen lagi. Lo gak sesederhana itu menurut gue. Temen lo bilang? Berarti gue begini juga ke Tetet? Amit-amit, cuma lo."

"Lo ken-"

"We are official now. Im yours."

Wtf?

•••

; truthly, ini terinspirasi dari kisah sendiri yang uda kandas. sad af hahahahaha but okay🙌😂

ss; more than // ksg x pjmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang