Tebak tanggal berapa hari ini.
10 Februari.
Benar-benar sesuatu yang ditunggu olehnya. Ini hari bagus! Hari kelahiran wanita kuat yang menemani sepuluh tahun lamanya dalam jatuh bangun kehidupan seorang pengusaha sepatu ini.
Iya, ini semua berkat Seulgi pikirnya.
Tidak pernah meninggalkan bahkan di saat-saat terburuk, dari bunga bank hingga uang pernikahan yang telah dikumpulkan bersama mau tak mau harus raib menutup utang sana-sini. Bahkan keluarga pun, ah Jimin seolah tak memiliki saja.
Keluarga memang begitu 'kan? Bila kau jaya, kau dicari-cari. Sebaliknya? Ya tau diri saja.
Hanya Seulgi saja, istri bukan saudara apalagi, tetap disisinya ikut menemani.
Hingga akhirnya, semesta memihak, kehidupan pun membaik, bisa meminang Seulgi sebagaimana harusnya. Terlampau baik sampai saat ini.
"Ayah, mau merayakan ulang tahun ibu?"
"Menurutmu, ibu akan suka?"
Yeri tampak berpikir, bibir kecilnya mengerucut lucu. "Ah, ada dua yah. Ibu pasti menyukainya, siapa sih yang tidak suka bila hari ulang tahunnya diingat bahkan dirayakan. Betul tidak?"
Tertawa kecil Jimin mengelus pelan ubun gadis berumur enam tahun itu, gemas. "Lalu yang satu lagi apa manis?"
"Eum, mungkin ibu akan memarahi ayah. Ngomel karena ayah buang-buang duit."
"Yah benar juga. Ibu pemarahan sekali ya."
"Siapa yang kau sebut pemarahan?"
Eh ada orangnya.
Takottt.
"Tuh kan belum dijalankan saja ayah sudah kena marah." Celetuk Yeri ceplas ceplos lalu pergi bermain dengan barbie digenggamannya.
"Merencanakan ultah lagi ya?"
Seulgi ini memang kok.
"Masa kau tidak ingin sayang? Tidak besar, paling-paling keluarga dan beberapa kerabat saja. Kali ini juga tidak di hotel, ayo kita coba pantai ya." Jimin coba menjelaskan rencananya, ya dia juga memang tidak merencanakan surprise sih karena istrinya ini cepat sekali menangkap suatu keadaan. Jadi itu sia-sia.
"Bertiga saja."
"Hah?"
"Park Jimin, kau ini suda berapa kali kubilang simpan uang sebaik-baiknya ya. Bukan mengajarkanmu untuk pelit tapi kita sudah pernah merayakan juga, itu sudah cukup. Lima tahun berturut-turut cukup 'kan? Uang itu kalau mau ditotal saja bisa lebih berguna untuk hal lain, entah keberlangsungan panti asuhan ataupun panti jompo selama satu tahun lamanya ataupun simpan saja untuk tabungan Yeri ya. Ayo kita tetap rayakan, bertiga saja. Di hotel dan kita cari yang dipinggir pantai. Sempurna, 'kan?"
Jadi begini, Jimin itu naif dan Seulgi yang harus menyadarkan lelaki satu ini. Kalau tidak, ya tidak tau saja bila yang dulu-dulu terulang.
"Ya tapi, a-aku sudah bayar uang muka katering sampai dekor sayang.." dengan muka T-T
"Kenapa sih kenapaaaaaa???"
Ya gusti. Jimin ini terlalu pintar menghabiskan uang.
•••
gaje abizz terima kasih buat semua pembaca sampai detik ini, saranghaeeeeee🥺❤️💙❤️💙
KAMU SEDANG MEMBACA
ss; more than // ksg x pjm
Fanfictionshort story x seulmin🙈✨ it was random plot inside;; be careful, hunny bunny💫 #79 in polaristique [201202] #45 in polaristique [230607] #1 in polaristique [240111] thank u! [ start - 181120. up - 190908. d l d r sayank. ]