twenty-fourth

19 0 0
                                    

Suasanya lumayan dingin dikarnakan sisa hujan semalam, beberapa mahasiswa dan mahasiswi terlihat tengah tertidur berpangku tangangan. Beberapa lagi terlihat menatap pada layar didepan yang tengah menampilkan hasil presentasi beberapa kelompok, Sosok Kamala tengah menulis beberapa rangkuman penting pada buku catatannya sampai ia merasa bangku disebelahnya bergerak. Mala menolehkan kearah bangku disebelahnya terdapat sosok lelaki tengah memangku tangan, Mala segera mengalihkan pandangannya kembali pada layar didepan sana. Ia merasa cukup familiar dengan parfum lelaki disampingnya, Byredo Blanche salah satu parfum yang biasa Abim pakai. Mala menepuk pipi miliknya perlahan untuk kembali memfokuskan diri, betapa terkejutnya ia ketika pengajar mata kuliahnya tengah menyudahi kegiatan pada pagi hari ini. Mala segera mempercepat kegiatan menulisnya, hingga satu persatu teman sekelasnya berpamitan dan keluar kelas.

Ketika ia akan membalik halaman buku, sebuah jaket jeans tersampir pada bahu miliknya, ia segera menolehkan kepalanya pada sosok disampingnya. Terlihat sosok Abim tengah menatapnya dengan beberapa perban diarea wajahnya, "Kemana aja?" ucapnya pada Mala.

"Maksud kamu?" balas Mala sambil kembali memfokuskan diri pada buku catatannya.

"Kemana aja?"

"Aku engga tau maksud kamu apa?"

"Gue tanya! lu kemana aja, Kamala." ucap Abim dengan nada sedikit tinggi.

"Gue babak belur, gue sakit. Kenapa lu ga dateng kerumah, Kamala!" Kamala tak mengubris ucapan lelaki tersebut, ia bergegas mengemasi barang barangnya.

"Gue nunggu lu dateng kerumah ngejenguk gue, tapi lu malah asik-asik an pergi sama Jonathan ke Bandung." lanjut Abim, Kamala segera berjalan turun menuju pintu keluar kelas ketika tangan miliknya ditarik paksa oleh Abim.

"Gue masih bicara sama lu, Kamala!"

"Bicara yang bener gak usah pakai teriak-teriak, kamu lagi bicara sama perempuan." ucap Mala sambil mencoba melepas tangannya.

"Gak usah sok nuli, gue udah ngomong berkali kali." ucap Abim mencoba berbicara depan Mala.

"Bukan nya udah jelas ya jawabannya?"

"If you forget we're just friends, you said it yourself. Kamu sendirikan yang bilang kalau aku harus ngehilangin perasaanku. Kenapa justru kamu sekarang yang aneh begini, kamu seakan narik ulur perasaan aku loh." sambungnya

"Kenapa jadi gini sih, gue bilang hilangin perasaan berlebihnya bukan mutus pertemanannya."

"Aku enggak memutus pertemanan."

"Terus kenapa lu ngehindarin gue? lu engga njeguk gue? biasanya lu yang selalu ada disaat gue lagi kayak gini, Kamala."

"Aku engga ngehindar!"

"Lu ngehindar, Kamala!"

Bentakan Kamala sukses membuat Abim tersulut emosi tetapi sebisa mungkin ia tahan, deru nafas keduanya seakan bersaing. Beberapa orang disekitar keduanya segera beranjak keluar dari area kelas, Abim ngusap wajahnya sedang Mala memegang kepalanya. Dering smartphone milik Abim mengisi ruang kelas tersebut, terpampang nama Anjani pada layarnya. Kamala memejam kemudian ia akan beranjak keluar ketika lengannya kembali ditarik oleh Abim, "Apalagi Abim?" ucap Mala.

"Gue masih bicara sama lu"

"Apa yang mau dibicarain lagi Abim? semuanya udah jelas."

"Kamala-"

"Apa? kurang jelas buat kamu?"

"Mala-"

"Okey aku ngehindar, puas?! aku engga dateng kerumah kamu itu emang sengaja supaya aku bisa ngelupain kamu!"

Ethereal Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang