nineteenth

17 4 0
                                    

Jam telah menunjukkan pukul 10 pagi, beberapa menit lagi kelasnya akan segera berakhir. Ia sudah merencakan akan langsung pulang menuju rumah untuk melanjutkan tidur paginya yang terganggu, dosen didepan mulai menutup sesi kelas paginya. Beberapa dari mereka bergegas memasukkan alat tulisnya dan segera pergi meninggalkan kelasnya, sama halnya dengan wanita berambut panjang dan beberapa luka yang ia dapat kemarin sehabis berkelahi dengan teman lelakinya. Gema segera berpamitan kepada beberapa temannya, begitu sampai di depan pintu kelas betapa terkejutnya ia melihat sosok Jibran Jayandaru berdiri tidak jauh dari sana. Gema segera mengabaikannya dan berlalu turun sambil sesekali jari jari lentik miliknya memesan transportasi online, Juna yang biasa bersamanya hari ini sedang tidak ada kelas sehingga ia harus repot repot memesan transportasi online untuk dirinya pulang.

"Mau kemana?" ucap lelaki tersebut sambil menyamakan langkah kakinya.

"Pulang"  balas Gema.

"I think you forget something."

"Lupa apa?"

"Ck." decak Jibran seraya menarik tangan wanita tersebut menuju mobil miliknya.

"Apasih, Ojol gue habis gini dateng bego" ucap Gema ketika tubuh mungilnya dipaksa masuk oleh Jibran.

"Batalin."

"Apasih main batal-batalin, kasian tau orangnya udah didepan." gumam Gema.

Mobil milik Jibran mulai bergerak menuju pintu masuk kampus, ia segera turun melangkah menuju seorang ojol yang terlihat kebingungan mencari seseorang. Ketika ia pastikan ojol tersebut adalah ojol milik Gema, ia segera buka wallet miliknya dan memberikan selembar uang berwarna merah kepada lelaki paruh baya tersebut. Kemudian ia berpamitan dan mengucapkan permintaan maaf, Jibran segera melangkah masuk dan kembali menyalakan mobil miliknya.

"Mau kemana?" ucap Gema seraya melihat keluar jendela mobil Jibran.

"Apartmen gue." balasnya fokus pada jalanan didepan sana.

"Ngapain deh?" Gema terkejut dengan ucapan lelaki disampingnya tersebut.

"Looks like someone should be punished for disobeying"

"Hah? oh my gosh, take me home now Jibran"

"Looks like someone's scared" ucap Jibran menolehkan kepalanya kepada Gema diikuti salah satu sudut bibirnya terangkat.

"Who's scared?" balas Gema seraya mengalihkan perhatian.

"You, sweetheart" Salah satu tangan Jibran meraih dagu milik Gema untuk ia hadapkan pada dirinya.

"Don't touch me, Jayandaru" ucapnya mencoba melepaskan tangan besar lelaki tersebut.

"You don't want to be touched? really? you will miss my touch, mi amor." Jibran segera melajukan mobil miliknya menuju jalanan padat dan besar ibu kota. Setelah menempuh waktu yang lumayan panjang, mobil milik Jibran memasuki area basement gedung apartment mewah. Ia segera mencari lahan parkir yang kosong, begitu menemukan Jibran segera memarkirkan dan mematikkan mobil miliknya. Gema sontak merasa sedikit takut dan tanpa sengaja ia mulai menggengam tali slingbag miliknya sedikit kuat, Jibran segera keluar dari mobilnya dan berjalan terlebih dahulu dengan Gema dibelakangnya.

Jibran menyapa ketika berpapasan dengan security apartment, Gema lantas menatap security tersebut dengan tatapan seakan meminta tolong. Bukannya membantu, security tersebut justru tersenyum kepadanya. Jibran segera menekan deretan angka yang ada di depannya, tak berlangsung lama pintu lift terbuka dan tak terlihat seseorang satu pun. Jibran melangkahkan diri terlebih dahulu diikuti Gema dengan sedikit ragu ragu. Kesunyian mengisi keduanya, sampai tangan besar milik Jibran menyentuh pinggang ramping milik Gema. Gema sontak menolehkan kepala miliknya kearah lelaki tegap tersebut, tangan besar tersebut mulai mencoba masuk kedalam pakaian yang ia kenakan. Gema akan melontarkan kalimat protesnya ketika sorot mata tajam milik Jibran menatapnya. Terasa rasa dingin ketika tangan besar milik Jibran berhasil menyentuh perut rata milik Gema,

Ethereal Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang