twenty-seventh

14 0 0
                                    

Kamala bergegas masuk kedalam rumahnya begitu melihat sebuah mobil hitam yang sangat dirinya hafal melaju kearahnya, Abim segera keluar dari mobilnya kemudian berlari mengejar wanita tersebut masuk ke dalam rumah. Kamala berusaha mendorong lelaki tersebut keluar dari rumahnya, Abim meraih tangan milik Kamala. Wanita tersebut langsung menepis tangan besar yang tengah menariknya mendekat pada tubuh lelaki tersebut, Kamala langsung berlari begitu tangan nya terbebas. Pintu berwarna putih tersebut tertutup dengan keras dan sepertinya telah dikunci oleh sosok didalam

"Kamala!" bentak Abim sambil mengedor pintu putih tersebut.

"Kamu ngapain kesini, lebih baik kamu pulang"

"Gue mau ngomong sesuatu sama lu"

"Aku nggak mau"

"Kamala, please"

"Pergi!"

"Kamala!" Abim semakin tidak dapat menahan emosinya, gedoran pada pintu tersebut semakin kuat sehingga membuat sosok Kamala semakin ketakutan. Kamala segera mencoba menghubungi kontak milik teman-temannya berharap mendapat jawaban dari salah satunya. Wanita tersebut teringat akan Nares dan segera mencoba menghubunginya sambil merapalkan doa-doa supaya lelaki tersebut segera mengangkat panggilan darinya.

"Kamala!"

"No, stay away from me"

"Oke, kalau lu masih takut sama gue. Gue bakal ngomong dari sini"

"Abim.. please aku takut."

"Kamala, kasih gue jawaban sejujur-jujurnya ya?"

"Abim.."

"Jawab Kamala!" bentak lelaki tersebut, tak berlangsung lama panggilannya terjawab. "Hei? kenapa?" ucap Nares disebrang sana.

"Nares.. please help me.." suara Mala terdengar bergetar, Nares tau wanita tersebut sedang tidak baik-baik saja. Ia segera mematikan panggilan kemudian bergegas melaju menuju rumah wanita tersebut.

"Gue nggak bisa, Mal" Abim tak pantang menyerah menunggu tanggapan wanita tersebut.

"Pulang, Abim"

" Kamala, gak papa kan kalo misal gue putus pertemanan kita sampai disini? Anjani minta gue untuk jauhin lu karna dia enggak suka kalo kita temenan. "

" Maksudnya gimana Abim? "

"Gue harus milih salah satu, Mal. Dan jujur gue nggak bisa"

"Abim-"

"Gue nggak bisa kehilangan lu, kita udah temenan dari lama tapi gue juga nggak bisa kehilangan Anjani" potong Abim, Kamala mungkin tau kemana arah pembicaraan mereka ini.

"Kalo itu yang diminta Anjani lakuin aja, Abim"

"Gue nggak bisa."

"Kenapa gak bisa?"

"Gue juga gak tau, kita ini cuma temenan tapi kenapa rasanya susah banget buat ninggalin lu. "
"Kamu bisa pergi dari sini dan kembali ke Anjani." ucap Mala dari balik pintu

Emosi Abim kembali memuncak, kedua tangannya mulai mengebrak pintu kamar.

"Kamala! buka pintunya sekarang!"

"Jangan bikin gue tambah emosi" sambungnya.

Suara milik Abim kembali menggema ditambah dengan dobrakan pada pintu kamarnya semakin keras. Kamala hanya bisa memejamkan matanya ketika pintu tersebut telah berhasil terdobrak dari luar, Abim dengan sorot mata tajamnya mendekat kearah wanita yang tengah terduduk bersimbah pada pojok kamar. Lelaki tersebut meraih dagu runcing milik Kamala kemudian menahannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 09 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ethereal Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang