Chapter 9

1K 83 0
                                    


Dalam dua jam, kamar Shiho yang berantakan sudah dirapikan kembali. Shiho sudah dibasuh dengan handuk hangat dan piyamanya diganti. Sprei dan selimut semua juga sudah diganti. Suhu ruangan sudah diubah menjadi normal lagi. Selang infus elektrolit juga sudah terpasang kembali di punggung tangan kanan Shiho, hanya tidak perlu mengenakan selang oksigen lagi.

Menjelang siang hari, Shiho bangun dan melihat Shinichi sudah mandi dan bersih duduk di hadapannya serta menyambutnya dengan senyuman.

"Hai..." sapa Shinichi.

"K-Kudo..." rintih Shiho lemah.

"Bagaimana perasaanmu?"

Shiho mengedip pelan, "lelah sekali..."

"Tentu saja, semalam kita perang besar,"

Kemudian Shiho menatap tangan Shinichi yang banyak plester dan merasa bersalah.

"Tidak apa-apa..." kata Shinichi menyadari tatapannya, "tenagamu masih kuat sekali... berarti kau pasti cepat pulih..."

"R-Ran-San... Kabarnya..."

Shinichi menarik napas sejenak, berusaha mempertahankan ketenangannya, "Ran baik-baik saja, kami berhasil menemukannya dan membawanya pulang," ia terpaksa berdusta dulu agar Shiho tidak tertekan.

Mata Shiho membesar, "B-benar?"

"Eh," Shinichi mengangguk.

"Aku m-mau bertemu..."

"Nanti ya, setelah kau sembuh baru bertemu dengannya. Ran sekarang juga masih dirawat Kogoro dan Kisaki Sensei,"

"Uhm," Shiho mengangguk.

"Aoi-San sudah membuatkan sup, makan sedikit ya Shiho," bujuk Shinichi seraya mengusap-usap tangan Shiho.

Shiho merengut, "aku tak bisa..." ia benar-benar tak berselera. Tubuhnya benar-benar super pegal dan lelah. Seperti batu, berat dan tak bisa bergerak.

"Sedikit saja, aku bantu suapi," pelan dan hati-hati Shinichi menegakkan tubuh Shiho. Ia menggunakan tubuhnya sendiri sebagai sandaran Shiho, mendekapnya. Aoi mendekat untuk menyuguhkan mangkuk sup sementara Shinichi mulai menyuapi Shiho setelah meniup supnya sampai dingin.

Shiho sulit sekali menelan, seakan membutuhkan segenap tenaga untuk melakukannya. Shinichi menunggunya dengan sabar. Sampai Shiho siap baru ia menyuapinya lagi.

David yang tadinya mau masuk kamar untuk melaporkan sesuatu jadi mengurungkan niatnya dan menunggu saja di luar. Melihat kedekatan Shinichi dan Shiho, instingnya mengatakan sebaiknya ia tidak mengganggu mereka.

Sudah sepuluh tahun David setia mengabdi sebagai asisten Shinichi. Ia ikut Shinichi sejak Kudo Agency baru dirintis. Waktu itu Yusaku dan Yukiko masih hidup. Shinichi adalah detektif muda yang bebas dan ceria. Lalu ketika kecelakaan itu menimpa Yusaku dan Yukiko, Shinichi berubah. Yusaku dan Yukiko meninggalkan warisan dan asuransi yang sangat banyak. Shinichi menggunakan itu untuk mengembangkan agensinya. Rumah di Beika yang menyimpan banyak kenangan orang tuanya, sepenuhnya dijadikan markas pusat Kudo Agency. Shinichi memilih rumah yang agak jauh dari Tokyo sebagai kediaman barunya. Ia menjadi tertutup, pendiam dan mengurangi publikasi. Keceriaannya hilang diganti dengan keseriusan. Kudo Agency yang tadinya hanya mempekerjakan detektif biasa, perlahan-lahan mulai merekrut agen-agen yang terlatih dan berpengalaman. Agen-agen yang mundur dari kepolisian bergabung dengan Shinichi karena lebih tergiur oleh tunjangan yang ditawarkan Kudo Agency. Shinichi melebarkan sayap agensinya menjadi agensi keamanan swasta. Ia dapat bertindak seperti layaknya kepolisian, namun tetap dalam rambu-rambu yang diperbolehkan, selama tidak ketahuan tentunya.

Sepuluh tahun, cukup bagi David untuk mengenal tuannya. Shinichi sangat menjunjung tinggi kebenaran. Karena itulah David sangat menghormatinya, walaupun tatapan Shinichi sekarang selalu tajam. Satu-satunya orang yang mampu meluluhkan tatapannya hanyalah Mouri Ran. Tapi David baru tahu, kini Miyano Shiho juga mampu melembutkan tatapan Shinichi. Sebenarnya Shinichi bisa saja meminta Aoi untuk menyuapi Shiho, namun Shinichi malah memilih turun tangan sendiri. David tidak kenal siapa wanita ini. Tapi siapapun dia, sepertinya Miyano Shiho ini sangat penting bagi tuannya. David hanya pernah dengar-dengar saja dari Yusaku dan Yukiko, bahwa Shinichi pernah memiliki asisten canggih. Partner ilmuwan yang sangat dipercayainya. Siapa sangka ternyata partner itu adalah tunangannya Higo Ryusuke.

"Hmmm..." Shiho mengeluh, tidak sanggup menelan lagi setelah suapan ketujuh.

"Satu lagi Shiho..." pinta Shinichi

Shiho menggeleng seraya merajuk.

"Satu lagi janji..." bujuk Shinichi.

Akhirnya Shiho menurut dan menyambut suapan terakhir.

Shinichi mengembalikan Shiho berbaring setengah duduk di ranjang. Bantal-bantal besar disusun demi kenyamanannya bersandar. Aoi membawa nampannya keluar dari kamar.

"Istirahatlah Shiho," kata Shinichi.

"Kudo..."

"Uhm?"

"Apa kata Dokter?"

"Kau hanya harus istirahat Shiho,"

"Bayiku... Tidak selamat kan?"

Shinichi mengerjap, "jadi, kau tahu kalau kau..."

Mata Shiho berkaca-kaca tergenang air mata, "aku tahu..." ucapnya lirih.

"Higo-San tahu?"

Shiho menggeleng, "aku berencana memberitahunya saat bulan madu kami..."

Shinichi menggenggam tangan Shiho, "Aku benar-benar menyesal Shiho..."

Air mata Shiho mengalir, "aku memang belum berjodoh dengan bayiku..."

"Kau ingin aku membawa Higo-San kemari?"

Shiho menggeleng lagi, "tidak! Jangan... aku tak bisa..." isaknya.

Shinichi memeluknya dan membiarkan Shiho menangis di pundaknya.

"Aku benar-benar kacau..." bisik Shiho parau.

Shinichi mengusap-usap punggungnya, "pelan-pelan saja pulihkan dirimu Shiho. Katakan padaku kalau kau butuh sesuatu. Kau bisa mengandalkanku kapan saja..."

Shiho menangis sampai lelah dan ketiduran. Shinichi membaringkannya dan menyelimutinya. Kepedihan sepeninggal Ran belum hilang dan kini Shinichi merasa sedih karena partnernya menderita. Shiho bahkan lebih menderita daripada waktu masih dikejar-kejar Gin. Entah kenapa, Shinichi jadi merasa dirinya tidak berguna.

BetrayalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang