Epilogue

1.4K 90 4
                                    


"Gol!" seru Ran kecil girang.

Saat itu Ran sudah berusia lima tahun. Fisiknya benar-benar seperti Haibara Ai dengan perangai Edogawa Conan. Hari itu mereka sedang berakhir pekan di rumah besar Shinichi.

"Ah dasar, anaknya perempuan tapi tetap saja diajak main bola," gumam Shiho yang duduk di pinggir lapangan sambil menyusui putra bungsunya Kudo Kenji dari botol susu.

Shinichi dan Ran kecil sekarang sedang berguling-guling bersama di rerumputan seraya tertawa tergelak-gelak.

"Geli Otosan!" Ran terkikik.

Lalu Ran berlari menghampiri ibunya, "aku mau main dengan Ken-Chan," katanya seraya melihat adik bayinya.

"Ehh... nanti ya Ran-Chan, tunggu Kenji sudah besar sedikit," ujar Shiho.

"Eh, nanti setelah Kenji besar, kita bisa sama-sama main bola," kata Shinichi seraya duduk di kursi sebelah Shiho dan meraih Ran ke pangkuannya.

"Duh, semuanya kau ajak main bola,"

Shinichi hanya terkekeh.

Shiho meletakkan botol susu Kenji di meja seraya menegakkan bayi itu ke bahunya dan mengusap-usap punggungnya.

"Okasan, Ken-Chan diusap seperti itu biar apa?" tanya Ran polos.

Shiho tersenyum, "ah, biar tidak tersedak,"

"Dia sudah tidur?" tanya Shinichi seraya mengintip wajah putranya.

"Eh, setelah kenyang langsung tidur. Minum susunya kuat sekali," sahut Shiho.

Ran ikut mengusap-usap punggung Kenji dengan tangan mungilnya.

"Eh benar begitu disayang dedeknya ya," kata Shinichi seraya menepuk lunak kepala Ran.

"Uhm," Ran mengangguk, kemudian mengecup kepala Kenji.

Shiho terkekeh melihatnya.

Mendadak Aoi menghampiri mereka.

"Ada apa Aoi-San?" tanya Shinichi.

"Lukisannya sudah sampai, apa mau langsung dilihat?" tanya Aoi.

"Eh boleh. Kami akan melihatnya sekarang,"

"Lukisan? Kau pesan lukisan apa?" tanya Shiho bingung.

"Ayo kita lihat sama-sama," ajak Shinichi seraya berdiri menggendong Ran.

Sambil mendekap Kenji yang pulas di pundaknya, Shiho mengikuti suaminya ke ruang tamu. Di sana sudah terdapat pigura ukuran besar yang masih terbungkus kertas coklat.

"Buka saja," pinta Shinichi kepada para pelayan.

Dengan hati-hati para pelayan mulai membuka bungkusannya. Shiho menanti dengan penasaran, kemudian ia terperangah.

"Ini..." Shiho terpana.

Shinichi memandang istrinya penuh arti, "kau suka?"

"Kireiiii..." kata Ran.

Lukisan itu merupakan lukisan Shinichi dan Shiho yang terbang berhadapan seraya berpegangan. Di genggaman tangan mereka terdapat bola cahaya. Kemudian sepasang sayap indah ada di punggung Shinichi dan Shiho. Dua Guardian Angel.

"Indah sekali..." kata Shiho, "tapi kenapa aku juga dipasang sayap?"

"Kau kan juga partnerku, Guardian Angelku," Shinichi tak pernah lupa, malam ketika Shiho menyelamatkannya dari Marcheti.

"Wah, Otosan dan Okasan sama-sama Angel!" seru Ran.

"Eh, kau juga malaikat kecil," kata Shinichi seraya mengecup pipi tembam putrinya lalu kembali memandang Shiho, "aku tak bisa melukis, jadi aku memesannya dari pelukis terbaik,"

"Tapi tidakkah pelukis itu berlebihan? Aku sepertinya tak secantik itu"

Shinichi menaikkan sebelah alisnya, "memang kapan terakhir kali kau bercermin?"

"Tadi pagi,"

"Siapa yang kau lihat di sana?"

"Hanya wanita yang baru melahirkan lima bulan lalu,"

"Ya ampun, tidakkah kau merasa wanita itu cantik?"

"Biasa saja," sahut Shiho namun wajahnya merah merona.

Dengan satu tangan Shinichi merangkul istrinya, "kau istriku yang paling cantik. Aku mencintaimu Shiho,"

"Aku juga mencintaimu Shinichi,"

Shinichi mengecup kening Shiho.

"Otosan, aku juga mau dicium," pinta Ran.

"Eh ini untukmu," Shinichi mengecup pipi Ran lagi.

Ran terkekeh.

Mereka semua menatap lukisan itu.

"Menurutmu sebaiknya kita pajang di mana?" tanya Shinichi.

"Kamar kita saja, aku ingin membuatnya privasi," kata Shiho.

"Eh boleh,"

Matahari sore mulai menembus jendela-jendela dan menghangatkan rumah. Kini rumah besar itu tiada lagi kesan dingin maupun kesibukan pekerjaan. Rumah itu telah layak disebut rumah karena sekarang memiliki aroma keluarga.

BetrayalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang