Chapter 8

1K 83 0
                                    


"Aku akan mengunci pintu kamar dari dalam. Apapun yang terjadi, apapun yang kalian dengar, jangan pernah dibuka sebelum aku yang keluar sendiri," Shinichi memerintahkan asisten dan pelayannya. David dan Aoi.

"Kudo-San, apa Anda sungguh-sungguh akan melakukan semua ini?" tanya David cemas.

"Shiho sahabatku, aku tak mungkin membiarkannya sendiri. Dia tak punya siapa-siapa lagi selain aku..." Shinichi baru ingat, ia sendiri tak punya siapa-siapa lagi sekarang.

"Kenapa tidak kita hadapi berdua saja?" David menawarkan diri, tak ingin tuan yang dihormatinya terluka.

"Ikuti saja perintahku," kata Shinichi seraya melangkah memasuki kamar Shiho.

"Kudo-San!"

Cklik. Terdengar Shinichi mengunci pintu dari dalam.

Shinichi menghampiri pembaringan Shiho. Masker oksigen Shiho sudah diganti selang. Shinichi melihat Shiho mulai menggigil. Wanita itu menarik selimutnya tinggi hingga sebatas leher.

"Shiho..." Shinichi menyentuh pundak Shiho.

"Penghangatnya... please..." pinta Shiho menggigil.

"Sebentar ya," gumam Shinichi sabar, ia pun menaikkan suhu penghangat ruangan walaupun sebenarnya suhunya tidak dingin.

"Sudah lebih hangat?" tanya Shinichi ketika menghampiri Shiho lagi.

"Dingin..." isak Shiho yang masih menggigil.

Shinichi menaiki tempat tidur dan memeluk Shiho dari belakang, berusaha meredakan dingin dan menggigilnya.

"Kau pasti bisa melewatinya Shiho..." bisik Shinichi menguatkan.

Getaran Shiho tidak berhenti, terdengar suara ringisannya, "berikan aku sesuatu Kudo-Kun... Apa saja...Ugh..."

"Aku di sini Shiho... Aku akan selalu di sini..."

"Aku mohon..." isak Shiho, "apa saja... penahan sakit... atau bius... apa saja... aku tak kuat..."

Shinichi mengeratkan pelukanya, "tidak ada Shiho... tidak ada yang bisa kuberikan... kau harus melaluinya..."

"Ugh..." Shiho menangis.

Beberapa menit berlalu dan Shiho semakin tidak mampu bertahan.

"Aku tak kuat lagi..." Shiho menggeliat dan memberontak. Ia masih cukup kuat untuk melepaskan pelukan Shinichi.

"Shiho!"

Shiho menarik lepas selang oksigen dan infusnya. Ia terguling jatuh ke lantai karpet. Shiho mulai mencengkram rambutnya dan mencakar-cakar dirinya sendiri. Shinichi menghampirinya, merengkuh Shiho dari belakang seraya memegang kedua pergelangan tangannya kuat-kuat agar Shiho tidak menyakiti dirinya sendiri.

"Lepaskan aku!" bentak Shiho.

"Kendalikan dirimu Shiho!"

"Biarkan aku mati! Aku tidak tahan ughhh!" Shiho ingin menjambak dirinya sendiri.

Shinichi semakin menguatkan pegangannya, "Shhh Shiho... kuatkan dirimu..."

Braaak! Prangg! Mulai terdengar suara banting-banting barang.

David dan Aoi yang masih menunggu dari luar, saling bertukar pandang ngeri.

"Lepaskan aku! Aku benci kau Kudo Shinichi!" raung Shiho.

"Anda yakin Kudo-San tak memerlukan bantuan?" tanya Aoi pada David.

David akhirnya mengetuk pintu kamar, "Kudo-San!"

"Diam di sana! Jangan ada yang masuk!" teriak Shinichi. Ia tengah mengunci Shiho yang telentang di lantai. Kakinya dikaitkan ke kaki Shiho, sementara kedua pergelangan tangannya ditekan di atas kepala wanita itu. Orang luar yang tidak mengerti, akan mengira mereka mau bercinta.

Buk! Shiho membenturkan kepalanya ke kepala Shinichi.

"Ouch!" Shinichi mengeluh, kuncinya terhadap Shiho terlepas.

Sial! Tenaganya masih gila! Gerutu Shinichi dalam hati.

Shinichi menarik Shiho duduk di lantai lagi dan memeluk bahu sekaligus lengannya dari belakang.

"Magnet mayat sialan!" umpat Shiho terus-menerus.

"Ugh...." Shinichi mengeluh ketika Shiho menggigit tangannya kuat-kuat.

David dan Aoi terdiam tegang di sana hingga tak tahu sudah berapa jam berlalu. Bayang remang-remang orange gelap yang muncul di langit, menandakan sudah masuk dini hari.

"Sakit Shiho!" terdengar Shinichi berteriak.

Shinichi kembali mengunci Shiho telentang di lantai. Kancing piyama Shiho sudah putus tiga. Belahan payudaranya yang mulus terlihat dari celah piyama yang tersingkap. Namun Shinichi sebisa mungkin tidak fokus pada bagian itu.

"Sedikit lagi Shiho... kau pasti bisa..." kata Shinichi terengah-engah dan mulai lelah.

"Bunuh aku... please..." geram Shiho yang masih menggeliat-geliat.

"Kau tahu aku tak bisa..."

"Bunuh aku brengsek!" umpat Shiho.

"Ini bukan dirimu Shiho!"

"Sok tahu!"

"Shiho!"

"Detektif bodoh! Mesum! Magnet..."

Shinichi menghentikan ocehannya dengan memagut bibir Shiho. Ia berusaha menundukkan Shiho dengan kecupannya. Shiho menggigit balik sebelum akhirnya perlahan-lahan berhenti meronta. Efek opium itu sudah mulai habis. Lambat-lambat cengkraman Shinichi mengendur ketika dirasanya tidak ada perlawanan lagi dari Shiho. Shinichi mengangkat wajahnya dan melihat Shiho sudah jatuh terlelap.

Shinichi menghela napas lega, berakhir sudah... dan ia pun jatuh terlelap di atas Shiho.

***

Shinichi tidur beberapa jam sebelum dibangunkan oleh sorot matahari pagi dari celah gorden. Perlahan ia mengangkat tubuhnya dari Shiho dan meregangkan otot-ototnya sedikit. Pegalnya luar biasa, seperti dipaksa main sepakbola beronde-ronde. Kemudian ia meraih Shiho, mendekapnya dan menggendongnya. Ia mengembalikan Shiho ke tempat tidur dan menyelimutinya, lalu ia keluar kamar dan menemukan para pelayan setianya masih berdiri di sana.

"Kudo-San?" David kaget melihatnya.

Begitu juga Aoi.

Kemeja Shinichi robek-robek. Tangannya berdarah dan terdapat banyak bekas gigitan. Bibirnya juga berdarah, hasil gigitan Shiho.

"Panggilkan dokter," pinta Shinichi terengah-engah.

"B-baik," sahut David seraya mengeluarkan ponselnya.

BetrayalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang