Chapter 20

1.2K 83 1
                                    


"Shiho obasan, boleh nanti aku main dengan Aka-chan?" tanya seorang gadis kecil di yayasan Kudo Foundation.

"Eh, tentu saja boleh," sahut Shiho seraya tersenyum.

Hari itu, Shinichi dan Shiho sedang mengunjungi panti asuhan lagi.

"Aku juga mau ajak Aka-Chan main!"

"Aku mau mengepang rambutnya!"

"Aku mau ajak main bola!"

Shinichi dan Shiho tertawa.

"Hai hai... semuanya boleh," kata Shinichi.

"Horeee!" anak-anak berseru.

Shinichi melirik arlojinya, "sudah siang, sebaiknya kita pulang sekarang Shiho. Kau jangan kelelahan," ia mengingatkan. Ia tahu istrinya suka lupa waktu kalau sedang main ke panti asuhan. Bisa dari pagi sampai sore. Kalau dulu tidak apa-apa, masalahnya sekarang kandungan Shiho sudah pertengahan tujuh bulan.

"Oke," sahut Shiho seraya berdiri dibantu Shinichi.

Mereka pun keluar dari panti dan berjalan ke mobil di mana sopir sudah menunggu. Hiro dan Akane mengekor di belakang mereka.

"Anak-anak di sini ada 35, perempuan 20, laki-laki 15," salah satu pengurus panti menjelaskan kepada seorang pengunjung.

"Aku mencari laki-laki yang punya bakat sepakbola, aku akan mensponsorinya," kata Higo penuh semangat.

"Mari silakan," pengurus panti merentangkan tangannya, menunjukkan jalan.

Baru saja Higo mau masuk ke panti, mendadak ekor matanya menangkap sosok itu. Shinichi yang sedang membetulkan cardigan Shiho saat berjalan ke arah sebuah sedan hitam. Tanpa pikir panjang, Higo langsung berlari menghampirinya.

"Aoi-San sudah menyiapkan sup hangatnya untukmu..." gumam Shinichi.

"Shiho!" Higo memanggil.

Shiho menoleh dan terkesiap. Begitu juga Shinichi. Pertemuan ini sungguh tidak diduga. Hiro dan Akane refleks merentangkan lengan mereka untuk melindungi Shinichi dan Shiho.

"R-Ryusuke..." panggil Shiho terbata, seketika tubuhnya gemetar, kakinya lemas. Shinichi merengkuh bahunya, menopangnya agar tidak jatuh.

"Shiho kau?" Higo bingung melihat Shiho. Perutnya yang besar dan keintimannya serta kedekatannya pada Shinichi.

Shinichi yang akhirnya mengambil alih, "kita bicara di suatu tempat, Higo-San..."

***

Setengah jam kemudian, mereka berkumpul di ruang perpustakaan Shinichi. Higo duduk di sana seorang diri, di seberangnya Shiho dan Shinichi. Mereka hanya dipisahkan oleh sebuah meja tamu berkaki pendek. Shiho menunduk seraya menumpu kedua tangannya di pangkuannya, tidak berani menatap Higo. Wajahnya pucat pasi, gugup dan gemetar. Shinichi menyadari hal itu, ia mengulurkan tangannya menggenggam tangan Shiho. Sebuah penyaluran ketenangan dari seorang suami. Hal itu tak luput dari mata Higo, yang tampak tidak nyaman melihatnya.

"Aku selama ini mencarimu..." kata Higo akhirnya.

Shiho mengerut, Shinichi mengeratkan genggamannya.

"Aku frustasi dan selalu bertanya-tanya ke mana kau pergi? Kenapa kau pergi? Dan apa salahku? Lalu saat menerima berita kematianmu, duniaku hancur..." ucap Higo dengan mata berkaca-kaca namun nada suaranya mengandung kepahitan.

Shiho masih diam.

Higo mendengus, "rupanya kau pergi untuk menemui cinta lama..."

Shiho akhirnya mengangkat wajahnya, "tidak begitu..."

BetrayalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang