Chapter 14

1.1K 83 7
                                    


Hari minggu pagi yang cerah. Shinichi niatnya mau menyelesaikan laporannya sambil duduk di balkon yang menghadap danau sambil menikmati kopi hangat. Tapi entah sudah berapa kali ia berhenti mengetik dan mengarahkan ekor matanya ke sebrang sana. Shiho tengah menggeluti hobi barunya, yaitu melukis. Wanita itu sedang duduk di sisi lain di tepi danau sambil melukis dengan santai di depan kanvas. Ia mengenakan gaun pink salem terusan pendek dan topi berpinggiran lebar. Topi yang sangat konyol bila dipakai oleh wanita lain, tapi sangat cocok untuk Shiho. Ia jadi terlihat seperti lady Inggris yang berkelas.

Sudah setahun lebih Shiho tinggal di rumahnya. Shinichi dapat melihat, bayang-bayang peristiwa itu sepertinya perlahan-lahan mulai menguap dari benak Shiho, walaupun pastinya tidak terlupakan. Hasil endoskopi terakhir menunjukkan ada sedikit perbaikan pada dinding lambung Shiho, sehingga Shiho sudah boleh makan nasi lunak.

Setahun telah berlalu sejak Ran meninggal. Sesekali Shinichi dan Shiho masih ke nisannya untuk meletakkan bunga. Meski Shinichi masih mendendam pada United Dream yang belum tersentuh, namun Shinichi sudah lama merelakan kepergian Ran. Mungkin keberadaan Shiho yang mengalihkan perhatiannya. Shiho juga membutuhkan perlindungannya.

Melindungi Shiho di rumahnya, bagai melindungi harta karun. Betapa tidak, di luar sana media sosial sudah memberitakan mengenai kematiannya. Sementara aslinya, Shiho masih di sini membantu pekerjaannya. Para agen di Kudo Agency yang mengetahui kebenarannya juga hanya segelintir orang saja yang benar-benar dipercaya Shinichi tidak bermulut ember. Kemudian David dan pelayan rumah yang tidak pernah keluar-keluar. Tapi entahlah bagaimana dengan Higo Ryusuke. Pria itu pasti frustasi setelah surat kematian Shiho di release. Tunangan yang dicintainya dikiranya sudah meninggal, padahal Shinichi menyembunyikannya di sini. Namun anehnya, Shinichi sama sekali tidak merasa bersalah. Ada semacam keengganan di hatinya, bila seandainya harus mengembalikan Shiho kepada Higo. Wanita itu kini telah menjadi satu-satunya keluarga dan kekuatannya. Ia sudah terlanjur terbiasa dengan keberadaan Shiho di sini.

Lama terbengong menatap Shiho, sepertinya wanita itu mulai sadar sedang diamati. Shiho memandangnya balik, Shinichi terpaku dengan kikuk, tak keburu berkelit. Shiho tersenyum sebelum akhirnya melanjutkan melukis. Wajah Shinichi panas dan merona. Apa ia tidak salah lihat tadi? Shiho tersenyum padanya? Mendadak ia jadi merasa seperti anak SMA yang bodoh.

Shinichi kembali mengetik keyboardnya, tapi hanya sebentar saja sebelum memandang Shiho lagi. Ia melihat kulit paha dan lengan Shiho yang mulus seraya menelan ludah. Shiho cantik dan seksi. Duh, kenapa dia jadi mesum begini? Tapi ngomong-ngomong soal mesum, Shinichi mendadak marah bila mengingat malam itu. Malam ketika Shiho diperkosa oleh lima lelaki sekaligus. Shinichi sudah menyuruh Zack dan Hiro menelusuri siapa-siapa saja lima pria itu dan ia bersumpah akan memberi pelajaran pada mereka semua yang telah menyakiti Shiho.

"Uhm?" Shiho memandang Shinichi lagi.

Kali ini Shinichi buru-buru balik ke monitor laptopnya dan lanjut mengetik. Sialan! Kenapa dia jadi seperti pencuri yang ketangkap basah begini? Tapi pencuri yang tidak kapok. Ia melirik lagi melalui ekor matanya. Sekarang ia bertanya-tanya, bagaimana Shiho menjaga bentuk tubuhnya? Mungkinkah makanan lembek berhasil membuatnya tidak gemuk? Apa mungkin karena Shiho rutin sauna di kamar mandinya? Oh ya, Shinichi ingat, Aoi pernah bilang Shiho ada berenang sesekali. Tapi kenapa dirinya tak pernah lihat ya? Apa mungkin Shiho berenang pas dirinya sedang ke Tokyo? Atau pas lagi mengurung diri karena kasus sulit di perpustakaan? Hmmm... Kali berikutnya Shinichi harus melihatnya, Shiho yang mengenakan bikini dan baru membayangkannya saja sudah membuatnya mimisan.

Shinichi mengetik dengan kasar, memikirkan betapa beruntungnya Higo Ryusuke yang pernah bercinta dengan Shiho. Kira-kira bagaimana cara mereka bercinta? Gaya apa? Bagaimana wajah Shiho yang sedang klimaks? Shinichi memejamkan matanya sesaat, angan-angannya semakin lama semakin liar. Dulu ia sering membayangkan untuk bercinta dengan Ran. Tubuh Ran juga seksi tentu, tapi Ran memiliki prinsip tidak akan bercinta sebelum menikah. Shinichi pun menghormati prinsipnya. Shinichi juga tak berniat menggunakan wanita malam lain untuk melampiaskan kebutuhan biologisnya. Bagi Shinichi bercinta harus melibatkan fisik dan mental. Jika hanya fisik yang terpuaskan saja tanpa kepuasan batin, itu namanya bukan seni bercinta. Ia harus bercinta pada seorang wanita di mana dia sungguh-sungguh memberikan segalanya. Lalu kini entah bagaimana, ia membayangkan bercinta dengan Shiho.

BetrayalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang