18. Casus Belli

253 62 10
                                    

Darcella berdiri tegak di depan kolamnya, lilin yang menjadi penerang dibuat mengelilingi kolam. Darcella tidak sendiri, dihadapannya ada Gildart yang juga berdiri. Tepat di atas kolam bulan merah sedang bersinar dengan terang, cahayanya memantul di permukaan air kolam.

Gildart mengambil belati emas yang berada di atas dinding kolam, tanpa ragu Gildart menyayat telapak tangannya. Ia meneteskan darah segernya di permukaan air kolam.

"Cruciare imperrium diffindo," Darcella merapalkan matra, tidak lupa ada sebuah buku bersampul coklat yang ia pegang. Wajah Reagan yang sedang terlelap muncul di permukaan air, dan seketika bulan mulai tertutupi bumi secara perlahan. Terjadilah gerhana bulan merah.

Darcella dan Gildart menyeringai, ritual mereka malam ini berhasil, ritual yang menjadi bagian rencana Gildart untuk melakukan kudeta.


Reagan yang sedang tertidur lelap, tiba-tiba tidurnya terusik ia dengan spontan duduk dan berteriak sangat kencang. Tangan kanannya mencekik lehernya sendiri, tiba-tiba lehernya berdenyut nyeri. Reagan menunduk menahan rasa sakit yang ada di lehernya.

Reagan benar-benar mengerang kesakitan. Louis dan Zeno yang selalu berada di dekat Reagan saat ini tidak ada. Karena dua hari yang lalu, si kembar Wisteria harus pergi ke perbatasan. Pasalnya penduduk yang tinggal di dekat pelabuhan, melaporkan adanya barang yang diselundupkan oleh orang-orang tidak bertanggungjawab.

Rasa nyeri di leher Reagan berangsur-angsur membaik, tepat saat bulan tertutup sempurna. Regan perlahan mengangkat kepalanya, simbol ular yang berada di lehernya menyala dan berganti berwarna merah. Kedua bola mata Reagan juga sudah berubah menjadi merah. Layaknya bulan merah yang baru saja tertutup bumi. Hal ini menandakan bahwa Reagan benar-benar telah kehilangan kesadarannya, tubuhnya kini telah dikuasai iblis yang membawa kutukan di dalam tubuhnya.

Reagan berjalan keluar dari kamarnya, tatapannya benar-benar kosong. Ia terus berjalan melewati lorong-lorong istana, bibir Reagan tidak diam. Dia terlihat seperti mengucapkan sesuatu.

"Kasti mia somalia, soditia," Reagan bernyanyi begitu pelan. Para penjaga dan pelayan istana yang berpapasan dengan Reagan seketika tumbang, setelah memberi hormat kepada sang Pangeran. Mereka mengerang memegangi kepala mereka dan berakhir mati.

Reagan terus berjalan, tanpa menghiraukan tubuh-tubuh tanpa nyawa yang tergeletak.

Lilyan, yang mendengar jeritan membuatnya terbangun dari tidurnya.

"Ada apa?" tanya Lilyan kepada pelayan pribadinya, yang terlihat tergesa-gesa menutup pintu kamar Lilyan. Pelayan pribadi Lilyan terkejut saat melihat para penjaga yang menjaga setiap lorong, telah mati. Dan ia tidak sengaja melihat punggung Pangeran yang sudah menjauh.

"Lebih baik Anda tetap di dalam Nona," pinta Emely kepada Lilyan.

"Memangnya di luar ada apa Emely? Kenapa kau terlihat sangat ketakutan?"

"Nona saya mohon, Anda tetap di dalam. Saya tidak ingin Anda mati."

"Apa maksudmu? Jika ada pengkhianat di istana aku harus membunuhnya." Lilyan menarik selimutnya, ia mengambil anak panah dan busur yang selalu tersedia di dalam kamarnya. Perlu kalian ketahui, Lilyan memang pandai memanah, meski tidak selihai Reagan, Louis dan Zeno.

LACRIMOSA | HUANG RENJUN✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang