Alun-alun istana terlihat ramai, meski tidak semua podium terisi tapi ada beberapa bangsawan, dan pelayan-pelayan istana yang duduk di sana. Tidak terkecuali Raja dan Ratu yang duduk di singgasananya. Mereka berkumpul di alun-alun istana bukan tanpa alasan. Perselisihan yang terjadi antara Reagan dan Gildart membuat kedua saling unjuk bakat dalam mengayunkan pedang.
Setelah perdebatan keduanya di lorong istana kemarin, Gildart menantang Reagan untuk bertarung. Awalnya Reagan menolak, karena dia tidak ingin memperpanjang masalah yang sudah terjadi, baginya Gildart masihlah saudaranya. Tapi, niat itu ia urungkan setelah mendengar bahwa Lilyan dan tahtanya-lah yang menjadi taruhan.
Gildart menantang Reagan, jika Reagan kalah dalam permainan ini maka dengan sukarela Reagan harus menyerahkan tahta miliknya, dan harus menyerahkan Lilyan untuk dijadikan pelayan pribadi Gildart. Reagan geram dengan sikap angkuh Gildart dan menyetujui itu.
Sebelum berada di tengah-tengah alun-alun, Louis dan Zeno melarang Reagan untuk menerima taruhan itu. Si kembar bersaudara ini mengajukan bahwa mereka saja yang akan menghadapi Gildart sebagai penggantinya. Keduanya takut Gildart akan bermain licik, tapi Reagan menolak saran itu, dia tetap akan menerima taruhan yang ditawarkan Gildart.
Setidaknya Reagan harus menghentikan sikap angkuh dan arogan Gildart yang bertindak seenaknya di dalam istana. Memperlakukan pelayan istana bagaikan budak, membuat Reagan semakin marah. Sikap yang Gildart tunjukan tidak mencerminkan kebangsawanannya.
"Jika kau berubah pikiran, kau bisa menyerah saat ini juga."
"Aku tidak pernah main-main dengan keputusanku," ucap Reagan yakin.
"Baiklah, tapi jika kulitmu tergores jangan merengek kepada ibumu atau ke kedua pelayanmu itu."
"Louis dan Zeno adalah sahabatku, bukan pelayanku!" Zeno dan Louis yang duduk di baris paling depan tercengang mendengar ucapan Reagan, mereka tidak menyangka bahwa Reagan menganggap mereka sebagai sahabat.
"Terserah kau saja, tatapan kedua pelayanmu itu sudah seperti ingin membunuhku."
"Jika mereka mau, bisa saja mereka menghabisimu tanpa kuperintahkan."
"Kurang ajar!"
Dengan arahan wasit, pertarungan keduanya dimulai. Suara dentingan dari gesekan pedang keduanya mengalun. Secara bertubi-tubi Gildart menyerang Reagan, namun Reagan mampu memperkuat pertahanannya. Tebasan yang Gildart layangkan dapat ia halau dengan baik. Reagan mengayunkan pedangnya begitu tenang.
"Jangan pernah meremehkanku!"
"Aku tidak pernah meremehkanmu Gil, bukankah sebaliknya?"
"Oho, kau semakin sombong Yang Mulia Putra Mahkota."
"Tidak, aku hanya mengimbangi apa yang kau ucapkan." Gigi Gildart mengerat mendengar balasan Reagan yang terlihat angkuh baginya.
Gildart mengayunkan pedangnya sangat keras, hingga membuat Reagan terdorong ke belakang, meski begitu tidak membuat Reagan gentar sedikitpun. 30 menit keduanya saling membalas dan bertahan, menjadi tontonan menyenangkan bagi sebagian orang.
"Kau lihat putra Tuan Rudolf, dia sangat kuat."
"Kau benar, menurutku dia akan menjadi ancaman bagi Putra Mahkota."
"Dia seperti jauh lebih baik dari Putra Mahkota."
Beberapa bangsawan sibuk menjadikan pertarungan mereka sebagai topik pembahasan yang pas. Saling membandingkan satu sama lain.
"Tck! Dasar penjilat."
"Tidak perlu kau tanggapi Zen."
"Mereka di depan Reagan seolah-olah mendukung, tapi mereka tidak ada bedanya dengan serigala berbulu domba."
KAMU SEDANG MEMBACA
LACRIMOSA | HUANG RENJUN✓
Fantasi[SILAKAN FOLLOW DAN JANGAN LUPA DI VOTE, SEBAGAI BENTUK DUKUNGAN] [LENGKAP] "Putra Mahkota Kerajaan yang sengaja disembunyikan oleh Raja akibat kutukan yang ia miliki sejak lahir. Karena jika dia bernyanyi di hadapan orang lain, maka nyanyiannya dap...