22. Averno

220 39 14
                                    

Reagan melesat begitu cepat, menunggangi Grifin, dengan dua pedang tajam di kedua tangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Reagan melesat begitu cepat, menunggangi Grifin, dengan dua pedang tajam di kedua tangannya. Reagan menebas musuh yang berusaha menghalang-halangi jalannya. Putra Mahkota itu mengayunkan pedangnya begitu lihai.

Dibelakangnya Louis dan Zen mengikuti dengan kuda yang mereka tunggangi, meski tidak secepat Griffin. Si kembar Wisteria itu tidak kalah lihainya memainkan pedang yang meraka pegang. Menebas, menusuk sungguh hal mudah, meski bercak darah lawan mengenai wajah dan pakaian mereka, keduanya tidak genting.

Gildart ada di barisan belakang, iya maju perlahan. Membunuh prajurit istana dengan hati-hati. Gerak-geriknya bak angin, cepat dan tidak terlihat. Keberadaannya dilindungi oleh beberapa siluman yang terus menjadi tamengnya, dan Gildart seakan-akan tidak perduli jika sekutunya terkapar. Ia terus mencoba agar keberadaannya tidak terdeteksi oleh Reagan. Karena Gil sadar, saat ini kekuatannya tidak sebanding dengan kekuatan Reagan, yang ia rasakan tiba-tiba kekuatan Reagan bertambah, terlebih energi sihir yang Reagan keluarkan.

"Sialan!" Gildart mengeratkan giginya.

"Aku tidak ingin berakhir di tempat ini. Reagan sialan, dari mana ia bisa mendapatkan kekuatan sebesar itu dalam waktu yang begitu singkat!"

Gildar melihat ke atas, ia memantau apa yang dikerjakan Darcella.

Di udara Darcella mengawasi pertempuran di permukaan bumi. Ia memanggil beberapa siluman yang bisa ia panggil.

"Voco te terram daemoniorum."  Darcella mengucapkan mantera. Beberapa saat kemudian, siluman bahkan makhluk aneh bermunculan. Ada yang muncul dari pepohonan dan ada yang muncul dari tanah. Beberapa dari mereka terlihat seperti manusia, tapi kepala mereka adalah kepala babi. Siluman srigala, dengan taring yang tajam juga bermunculan.

Reagan menyadari, pasukannya terkepung dan benar-benar kalah jumlah. Putra Mahkota itu melihat sekelilingnya, dugaannya salah. Harusnya ia tidak meremehkan Darcella dan Gildart. Beberapa prajuritnya terluka, para panglima muda yang ia bawa juga sudah mulai kewalahan. Reagan menoleh ke sebelah utara, ia melihat kedua sahabatnya dikelilingi siluman dengan nafas yang sudah mulai tersengal-sengal, tapi itu membuat Reagan bernapas lega. Karena Louis dan Zen baik-baik saja.

Tring

Suara tabrakan dua pedang terdengar. Saat Reagan lengah, Gildart dengan secepat kilat melesat untuk menyerang Reagan. Untung saja, reflek yang dimiliki Reagan begitu tinggi, sehingga ia bisa menangkis serangan yang sepupunya beri.

"Reagan!." Secara bersamaan Louis dan Zen meneriaki nama Reagan saat Gildart datang tiba-tiba menyerang Reagan. Reagan mengangguk memberikan isyarat kepada kedua sahabatnya bahwa dia baik-baik saja.

"Kemana arah pandanganmu Yang Mulia? Tahukah kau, saat ini kau ada di medang perang?" ucap Gildart dengan seringai di wajahnya.

"Aku tidak lupa, dan aku tidak akan mati di tanganmu semudah itu." Gildart kesal mendengar jawaban Reagan, ia juga gagal melukainya.

LACRIMOSA | HUANG RENJUN✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang