23. Iustitia

256 33 12
                                    

Dua cahaya saling menabrakan diri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dua cahaya saling menabrakan diri. Rakyat Magnolia yang melihat dua cahaya itu dari kejauhan, menganggap itu adalah sebuah keindahan dalam guyuran hujan.

Wendy dan Chandresh melihat ke atas langit, menyaksikan dua cahaya itu dari atas balkon istana. Keduanya terlihat sangat cemas, bibir Wendy tidak henti-hentinya merapalkan doa. Firasatnya mengatakan bahwa dua cahaya itu salah satunya adalah putranya, Putra Mahkota Reagan.

Lilyan menggenggam kedua tangannya di atas dada. Ia berdiri di depan jendela kamarnya, menatap ke arah langit. Mendoakan semua yang berperang untuk segera kembali dan selamat.

"Tuhan selalu melindungi kalian. Reagan aku harap kau baik-baik saja. Aku tahu kau mampu melindungi diri dan yang lainnya."

Sisa pasukan Istana dan pasukan Darcella berdiri terkesima melihat perwujudan iblis penghancur Mathias dan Mathius dalam diri dua pangeran itu.

Semuanya basah oleh guyuran hujan, akan tetapi Griffin dengan bulu putihnya yang indah tetap kering. Tidak ada setetes airpun yang jatuh membasahi bulunya, seperti ada gelembung bening yang melindunginya.

"Griffin?" Makhluk surga itu menoleh ke arah kanan, tepat Zeno berdiri di sampingnya.

"Kenapa bulumu tidak basah? Apakah kau menggunakan sihir?" Louis yang ada disampingnya tidak habis pikir dengan pertanyaan konyol yang baru saja Zen lontarkan.

"Apa perlu kujelaskan sekarang anak muda?" Griffin menjawab pertanyaan Zen tanpa menoleh sedikitpun. Pandangannya tertuju ke arah Reagan dan Gildart yang sedang bertarung.

"Kapan ini akan berakhir?" timpal Luois.

"Entahlah, tapi Mathias dan Mathius sendiri dalam cerita mereka, keduanya tidak akan berhenti jika salah satunya tidak ada yang mati."

"Apakah kita hanya menunggu sampai salah satunya mati?"

"Bukankah itu tujuan kalian ke sini? Ingin kematian putra Rudolf itu? Jadi tunggu saja. Kalian cukup menjadi penonton." Louis dan Zen kembali menunjukkan pandangan mereka ke arah Reagan dan Gildart.

Darcella yang semula hanya memperhatikan pertarungan dua pemuda itu. Di kepalanya terbesit pikiran yang sangat licik. Karena sejatinya Darcella adalah seorang penyihir lepas, tidak satupun yang bisa menjadi tuannya. Tujuannya hanya ingin membalaskan dendamnya kepada keluarga istana, dengan menggunakan Gildart sebagai jembatannya. Dia tahu, jika hanya menggunakan tangannya dia tidak akan mampu. Terlebih saat Darcella sadar, anak laki-laki yang ia kutuk, kini menjadi penerus darah yang begitu kuat.

"Sial, tidak sesuai rencana! Aku tidak tahu putra Rudolf itu ternyata memiliki darah iblis!" gerutu Darcella di atas udara.

"Mathias, Mathius kurang ajar. Mereka sudah memilih wadah yang salah. Seharusnya bukan dari keduanya. Siiaaal!"

LACRIMOSA | HUANG RENJUN✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang