enambelas

139 7 0
                                    

AUTHOR'S POV

"Uhm, lo mau makan apa, Za? Sekalian nih." Tawar Lina. "Apa ya? Samain aja deh." Jawab Faza. Nyaris sebulan Faza digantung bagai jemuran. Dengan ini, hubungan Faza menjadi lebih dekat dengan Dimas. Meski begitu, masih ada ruang untuk Reza dalam hati Faza.

Tak lama kemudian, Lina kembali. "Nih," ujar Lina seraya menyerahkan semangkuk bakso yang masih panas. Terlihat dari asapnya yang mengepul hangat.

"Lo gimana, Za, sama Dimas?" Tanya Lina membuka percakapan.

"Ya, gitu-gitu aja sih. Dimasnya juga rada sibuk. Jadi yaa, gituu." Jelas Faza.

"Hmmm?" Gumam Lina tak percaya. "Gue tadi intip, nanti kalian mau jalan. Lu bokis, ah." Tuduh Lina. Semburat merah terlihat jelas di wajah Faza.

"Aish, buka-buka yaa!" Seru Faza malu.

Lina melemparkan senyum jahilnya. Tak lama, Faza mendapat pesan dari Dimas.

---

Dimas: Lah, lo dibajak?

---

Faza diam. Dia melihat ke pesan sebelumnya.

---

Faza: Dimas, aku cinta kamu selamalamalamalamanya!

Faza: Dimas, love you.

---

Faza mengusap wajahnya yang memerah, lalu menatap Lina yang ternyata sudah lenyap entah kemana. "Lina, kutu kupreet." Gerutu Faza.

---

Faza: Iya, Di. Gue dibajak Lina. Maaf-maaf, wkwk.

---
---

Dimas: Lah kalo beneran juga gapapa, kok.

Dimas: Sampe ketemu nanti ya. Gue jemput.

---

"Anjirr, mati!" Seru Faza setelah membaca pesan terakhir dari Dimas.

---

Faza: Lah? Di sekolah? Lo entar repot, Di. Ketemuan aja.

---
---

Dimas: Gak, gak. Gue jemput lo.

---

Faza rasanya ingin berteriak, namun perutnya seperti tertahan.

Faza langsung dengan cepat menyelesaikan makan siangnya dan kembali ke kelas dengan berseri-seri.

Lina sudah parno saat melihat Faza berjalan ke arahnya. Namun, "Linaa! Haduu, gue seneng abis! Baca deh," pinta Faza dengan wajah cerah nan berseri-seri.

"Anjrit, woi! Mati, anjing!" Seru Lina heboh. Semua mata tertuju pada mereka.

"Sttt, gak usah pake anjing, kali, nyet." Faza mendiamkan sahabatnya itu.

Untungnya, hari ini Faza memakai sweter. Jadi, ia tidak seperti anak sekolah yang diculik. Tapi tidak mungkin seperti ia yang diculik. Orang akan mengira ia yang menyulik Dimas.

Sebenarnya, Faza meninggalkan baju di lokernya. Tapi, ia tidak mau terlihat terlalu niat. Gengsi lah.

*NEEETTTTT*

Bel pulang sekolah tertangkap oleh telinga gadis yang jantungnya makin berdetak tidak karuan.

"Ihiiy, cie kencaan! Hahaha," ledek Lina. Faza tersipu malu. Ia berjalan ke gerbang sekolah. Semua gadis yang lewat disana, melirik memuja pada satu arah. Bahkan ada yang terang-terangan memotretnya. Yang mengajak berfoto bersama pun ada. Ya, itu Dimas.

Say you like meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang