satu.

696 22 1
                                    

AUTHOR'S POV

Faza adalah gadis yang tidak mengenal kata telat, terlambat, atau sekawannya. Sungguh, ia tidak pernah terlambat.

"Kak Anoo, gue duluann, lu keboo!" Pekik Faza.

Sekarang masih pukul 05.30, dan Faza sudah di sekolah. Sedangkan bel masuk baru berbunyi pada pukul 07.00. Sungguh luar biasa, bukan? Gadis ini sungguh ajaib.

"Hai, Ra! Tadi kamu nyampe jam berapa?" tanya Raffi, kekasih Faza.

"Ya ampun, Raffi ... aku-kamu itu terlalu kaku, tauu," komen Faza.

"Ih, biariinn ... kan aku sukaa!" ucap Raffi.

"Yaudin, terserah lu, dah.."

"Fazzahra Maharani, kalo pake lo-gue itu kayak bukan pacaran, tau!" komen Raffi.

Mereka terus saja meributkan hal yang bahkan tidak terlalu penting. Yah, seperti itulah mereka. Cara mereka berdua meributkan sesuatu banyak membuat gadis - gadis iri pada mereka.

Menurut mereka, Faza dan Raffi adalah sejoli yang terbaik-tercocok-terklop-dll seantero sekolah.

Tapi sebaliknya, menurut Faza dan Raffi, hubungan mereka sangat - sangat aneh, menyebalkan, tapi seru!

***

Saat bel istirahat berbunyi, Faza langsung berjalan menuju perpustakaan-tempat kedua favoritnya setelah taman sekolah.

Faza memberikan buku yang sudah selesai ia pinjam ke penjaga perpustakaan.

Perpustakaan lebih sering dijaga oleh murid. Karena, guru - guru selalu sibuk dengan urusan mereka masing - masing.

"Eh, gue baru liat lo, deh ... lo anak baru, apa gimana?" tanya Faza pada penjaga perpustakaan hari ini.

"Emm, gue bukan murid baru. Tapi ya, gue emang jarang keluar. Nama gue, Fahreza Maulana X - IPA - 1, panggil aja Reza, lo?" tanya laki - laki berparas tampan nan manis itu.

"Fahreza Maulana? Kayak pernah denger, tunggu - tunggu. Oh iya! Lo pernah masuk artikel mading kan? Iya - iya, wah gue baru liat lo, maaf - maaf." ujar Faza, "Oh iya, gue Fazzahra Maharani X - IPS - 1, panggil aja Faza. Salam kenal, ya!" lanjutnya.

Di Sekolah ini, IPS dan IPA sama unggulnya.

"Salam kenal," ucap Reza.

Reza adalah salah satu murid yang berprestasi. Ia adalah striker tim sepak bola sekolah dan juga play-maker dari tim basket sekolah. Ia juga diiming - imingkan akan dijadikan sebagai Ketua OSIS oleh guru karena prestasi - prestasinya baik di bidang akademik maupun non-akademik.

Faza tidak kalah dari Reza. Ia adalah Tim Jurnalis Sekolah, anggota dari tim ini bukan asal dipilih begitu saja. Banyak tes seleksi yang harus dilalui. Prestasi Faza pun tak kalah dari Reza.

"Faza, gue denger - denger, suara lo bagus. Nanti pulang sekolah ke ruang musik ya, pleasee..." pinta seorang  senior laki - laku Faza dan Reza.

"Eh, Reza, lo juga yaa," tambahnya lalu berlalu begitu saja.

Masalah nih. batin Faza dan Reza.

***

"Ara, kamu mau kemana? Gak pulang bareng?" tanya Raffi.

"Gue mau ke ruang musik dulu, Fi, balik duluan aja. Soalnya gue yakin lama." ucap Faza.

"Oke, kamu hati - hati, ya, aku pulang dulu." ujar Raffi yang dihadiahi anggukan oleh Faza.

Sesampainya di ruang musik, sudah banyak orang. Tidak terlalu banyak, sih.

"Nah! Akhirnyaa! Dateng juga!" Seru salah satu orang.

"Jadi gini, emm, sekolah kita itu ikut lomba akustik. Buat kelas sepuluh. Kalo kelas sebelasnya, lomba band. Nah, yang dipilih buat wakilin kelas sepuluh itu lo, sama Reza." jelas salah satu senior.

"Lah, bisa gitu, kak" ujar Faza bingung, "aku bisa nyanyi juga nggak ..." lanjutnya.

"Bisa, woi. Gue tau suara lo bagus banget! Pak Gun yang ngasi tau!" Serunya bersemangat.

"Oh iya, kita semua belom kenalan disini. Anak kelas dua belasnya ada Gue-Oka, Dita, Dian, sama Roni. Kelas sebelasnya, nah tuh, Lia and the gank. Kelas sepuluhnya lo sama Reza, deh. Manggilnya jangan aku-kamu, kesannya formal banget. Gue-lo aja. Kalo mau juga jangan pake kak." Oka menjelaskan.

"Oke, kak."

"Latihan, gih. Mana tuh si Reza. Nah itu, yang megang gitar. Gih, sana." perintah Oka.

Faza menghampiri Reza.

"Hai," sapa Faza.

"Hai." sapa Reza balik.

***

"Suara lo bagus, Za." puji Reza.

"Makasih," sahut Faza salting.

Hampir semua orang sudah pulang. Bahkan sekarang Faza sendirian karena Reza sudah ke parkiran. Faza menunggu taksi yang akan lewat.

"Buset, taksi pada kemana, gila." Gumam Faza.

Tin - Tin.

"Nunggu apaan, Za?" Tanya seorang laki - laki sambil membuka jendela mobilnya.

"Taksi, Rez," jawab Faza.

Suasana hening sebentar.

"Bareng aja yuk, rumah lo dimana?" tanya Reza.

"Di Jalan Teratai Indah I" jawab Faza sambil naik ke mobil Reza.

"Searah, kok. Malah sama." Ujar Reza.

"Hah? Demi apa?" Tanya Faza.

"Iya. Hm lo tau rumah putih ada kayu - kayunya? Yang pagernya kayu?" tanya Reza.

"Iya, tau. Jangan bilang itu rumah lo." Tanya Faza horror.

"Iya" jawab Reza.

"Itu rumah lo pas banget di depan rumah gue," ucap Faza.

***

"Makasih, Rez, maaf ngerepotinn." ucap Faza.

"Iya, selo, jir. Rumah gue cuman tinggal ngesot aja dari sini." sahut Reza.

Saat Faza membuka pagar, ada motor Raffi terparkir rapi di halaman rumahnya.

***

a/n

Oke, gue stuck sama cerita pertama, Hideaway.

Jadi gue coba bikin cerita lain. Hehe ...

Jangan lupa vomments kalian berarti banget loh buat gue! (:

Oiya, bentar lagi tahun baru loh!

Rabu, 31 Desember 2014.

Say you like meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang