dua.

350 16 1
                                    

Karena Faza mulai pulang sore dan tidak ingin merepotkan siapapun, ia akhirnya membawa mobilnya sendiri. Terpaksa. Walaupun ada kakaknya yang sekarang duduk di kelas 12.

Karena supirnya sedang pulang kampung. Untung jalan dari rumahnya ke sekolah tidak terlalu jauh dan jarang ada polisi.

Seperti biasa, Faza datang pukul 05.30. Satu setengah jam sebelum bel masuk.

Faza memarkirkan mobilnya di parkiran yang masih kosong.

"Eh, Neng Faza, udah dateng aja, saya baru mau buka pintu," ujar Pak Wira--penjaga sekolah dengan logat jawa yang khas.

"Hehe, iya, Pak." sahut Faza dengan seukir senyuman manisnya.

Faza berjalan melalui koridor sekolah yang masih gelap dan sepi. Bahkan hampir setiap pagi, Faza lah yang menyalakan lampu - lampu di koridor yang ia lewati.

Keadaan benar - benar sunyi sampai Faza mendengar suara langkah kaki selain miliknya.

Ia mencari siapa yang sedang berjalan dan sudah datang selain dirinya.

"Reza?" Panggil Faza.

Seseorang itu mengangkat wajahnya.

"Eh, Faza? Lo pagi - pagi buta gini udah dateng?" Tanya Reza.

"Ya, biasanya juga gue dateng jam segini, Za. Lo sendiri, ngapain dateng pagi - pagi gini?" Tanya Faza balik.

"Biasanya gue dateng 15 menit lagi. Tapi hari ini kepagian." Jawab Reza sambil melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya.

Setelah itu, mereka berjalan bersama ke kantin.

"Bang Temon, nasi goreng dua sama air putih dua, ya." ujar Faza.

"Siap, Neng!" Sahut Bang Temon--penjual makanan di kantin.

Setelah suasana kantin mulai ramai, Faza dan Reza memutuskan untuk kembali ke kelas masing - masing.

"Linaa, akhirnya lo masuk, Jir." Seru Faza saat melihat teman sebangkunya telah masuk setelah izin selama satu minggu karena acara keluarga.

"Iyeee, Nyettt. Kangen lo, ya?" Tanya Lina.

"Kagak, najis. Itu soal emteka susah, Jir." jawab Faza.

"Yeh. Kutu kupret lu dasar. Sepik, Nyett. Gue tau lu pinter. Udah gausah muna, lu kangen ah sama gue." Sergah Lina.

Faza mulai bercerita pada sahabatnya tentang lomba akustik dan Reza.

"Inget Raffi, woi!" Ucap Lina setelah mendengar cerita Faza.

KRIIIIIINGGGGG!!!!

Suara bel masuk terdengar. Tidak lama kemudian, para guru masuk ke kelas untuk mengajar.

Pelajaran pertama hari ini di kelas Faza adalah Sejarah. Guru Sejarah Faza adalah Pak Haris. Pak Haris adalah guru tersantai. Dan hal ini membuat pelajaran Sejarah tidak membosankan.

Tepat 5 menit sebelum bel istirahat berbunyi, Bu Indri, pengurus perpustakaan masuk ke kelas Faza.

"Fazzahra Maharani, nanti kamu jadi penjaga perpus untuk hari ini, ya ..." ucapnya.

"Siapp, Buu!" Sahut Faza.

Yes! Madol fisika, emteka, yes! Batin Faza senang.

***

"Dasar lo manusia madol!" Ujar Lina sambil menaruh tasnya di dekat Faza yang sedang duduk di kursi penjaga perpustakaan.

"Untuk Bu Konde kagak masuk. Fisika susah amir, gila!" Seru Lina yang dibalas kikikan penuh kemenangan Faza.

"Yeee, kodok lu dasar. Ketawa di atas penderitaan orang!" Seru Lina sebal.

"Jam pulang masih sejam lagi. Haduh masi lamaa!" Rutuk Faza.

"Eh, penjaga perpus hari ini elo." Ucap seseorang saat baru memasuki perpustakaan.

"Eh, Reza. Lo ngapain disini? Wah! Jangan - jangan lo madol, ya?" Tuduh Faza.

"Yakali." Sergah Reza, "Gue disuruh ngambil globe sama Pak Arif." Tambahnya.

"Ooh, bentar." Faza mengambil sebuah bola dunia yang cukup besar.

"Nih," ujar Faza sambil memberikan globe itu pada Reza.

"Sip, makasih."

"Ohh, itu yang namanya Reza! Ganteng, cuy!" Celetuk Lina tanpa dosa.

***

Sabtu, 2 Januari 2015.

Say you like meTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang