1 | GADIS YANG MENARIK

787 52 40
                                    

Holaaa, jangan lupa masukkan cerita ARASHEA ke library kalian ya, gaes.

Berikan jejak agar dapat update cerita ini terus, dengan cara vote, komen, dan follow. Maaciiih.
_____

Arashea bergegas menuju kelasnya, wajah gadis berlesung pipit itu tampak galau.

"Gaes, pinjam kimia dong, gue belom ngerjain, nih," pintanya sambil mengedarkan pandangan memelas ke teman sekelas.

Sayangnya, tidak ada yang menanggapi permintaan gadis dengan iris cokelat tersebut hingga membuatnya menghentakkan kaki karena kesal. Arashea keluar dari kelas diiringi godaan teman-temannya.

"Sekolah yang bener, Shea. Kerjain tugas, jangan nyalin mulu," teriak Dewa.

"Emang tuh anak. Gue heran Shea nggak bosen-bosennya nyontek. Padahal, otaknya encer," ujar Liam.

"Udah nggak minjemin, berisik lagi. Diem lo pada," gerutu gadis tersebut sambil mengerucutkan bibirnya.

Dewa tertawa terbahak-bahak. Ia memang paling suka membuat Arashea marah. Hal itu merupakan kesenangan tersendiri baginya. Shea siswi yang cerdas, semua pelajaran dapat diterimanya dengan baik. Sayangnya, gadis itu lebih banyak malas daripada rajinnya. Arashea menggerutu karena dua puluh menit lagi pelajaran akan dimulai dan ia belum mengerjakan tugas. Gadis itu mencoba mencari pinjaman tugas ke kelas lain. Saat hendak menuju kelas sebelah, ia bertabrakan dengan Wren, salah satu pemuda populer di sekolah.

"Ouch."

"Sorry, lo sekelas ama Aarav? Boleh titip tugas kimianya ke ketua kelas? Aarav nggak masuk karena sakit," ucap Wren sambil menatap heran karena wajah Arashea yang mendadak ceria.

"Sini gue bantuin submit. Mana tugasnya?" tanya Arashea antusias, yang langsung membuat Wren curiga.

"Lo nggak punya niat nyontek'kan?"

"Ya nggak mungkinlah seorang Shea bakal nyontek. Mana tugasnya? Mau dibantuin submit, nggak? Buruan," desak Arashea.

Wren memberikan buku tugas itu dengan ragu. Arashea mengambil buku Aarav dari tangan Wren dan segera menuju ke tempat duduknya. Gadis berlesung pipit itu menyalin tugas Aarav dengan hati yang gembira, diakhiri dengan memalsukan tanda-tangan orang tua. Sementara itu, Wren menatap semua perbuatannya dengan dahi berkerut dari luar jendela kelas.

'Gadis ini ...,' batin Wren jengkel.

Pemuda tampan tersebut terus menatap Arashea sedangkan gadis berambut sebahu itu sama sekali tidak menyadari jika ada Wren sedang menatapnya dengan jengkel. Mereka hanya dipisahkan oleh kaca jendela besar yang tembus pandang. Sementara itu, beberapa teman sekelas Arashea tampak antusias menatap pemuda populer tersebut.

"Wren! Oemji, ganteng banget ...," ujar Damayanti menatap pemuda itu tanpa berkedip.

"Ngapain Wren liatin Shea terus? Sebel, ih," tukas Indira dengan wajah masam.

Sudah menjadi rahasia umum jika Indira sangat mengidolakan Wren. Gadis kaya itu selalu mencoba menarik perhatian pemuda idola itu di setiap kesempatan. Malangnya, Wren tidak menggubris Indira maupun gadis-gadis lainnya. Pemuda tampan itu mengetuk jendela yang berada tepat di samping meja Arashea dan memberi tanda agar gadis itu keluar. Arashea terlonjak sambil mengelus dadanya.

'Ketauan deh, nggak seru amat,' batinnya kesal.

"Cie, dicari cogan karena ketauan nyontek. Mateng lo, Shea," ejek Dewa.

"Wa, lo suka ama gue? Tembak dong, jangan caper begitu," tukas Arashea sambil melangkah keluar kelas.

Perkataan Arashea mengundang ejekan massal pada Dewa. Pemuda tampan itu hanya mengelus dada, kesal karena tidak pernah dapat mengalahkan mulut tajam gadis cerdas tersebut.

"Napa? Tugas Aarav udah gue kasih ke ketua kelas," ujar Arashea berdiri tepat di depan Wren.

"Ngapain lo nyalin tugas Aarav?" cecar Wren yang jengkel karena dibohongi.

"Cuma dikit, upah submit. Hidup tuh santai aja biar awet muda, Bro," jawab Arashea cengengesan.

Wren menatap gadis di hadapannya. Baru kali ini Wren menemukan ada gadis yang tidak memujanya.

"Lo siapanya Aarav? Kelas berapa?"

"Sepupunya. Gue kelas 1²."

"Pantes, sama-sama kayak kulkas. By the way, thanks banget tuk pinjaman tugasnya. Better lo ga usah info Aarav kalo nggak mau diomelin. Gue ama tu kulkas musuh bebuyutan," ucap Arashea lalu cekikikan saat melihat wajah Wren yang tidak bersahabat.

"Lo ...," tukas Wren sambil menggepalkan tangan.

"Sana balik, bentar lagi masuk. Jangan sampai ada gosip tentang lo ama gue. Males gue ngadepin cewek-cewek yang nggak ada urat malu," ujar Arashea menunjuk para gadis yang melihat interaksi mereka dengan dagunya.

Arashea langsung meninggalkan Wren dan masuk ke kelas tanpa perasaan bersalah. Pemuda itu membelalakkan mata tak percaya. Banyak gadis di sekolah yang mengejarnya, Namun, Arashea malah mengusirnya. Sebuah lengkungan hadir di wajah tampan tersebut walau hatinya masih kesal.

'Gadis yang menarik.'

Sejak kejadian tersebut, Wren mulai mendekati Shea. Apalagi saat ia mendengar sebagian cerita tentang gadis itu dari Aarav, sepupunya.

"Lo tertarik ama Shea? Lupain, Wren. Tuh anak bandel dan tukang bolos," saran Aarav.

"Gue nggak ngira badungnya ampe segitu," ujar Wren sambil mengerutkan dahi.

"Lo bayangin aja, ia sengaja minta izin ama guru BP untuk fotocopy di luar sekolah, nyatanya malah pergi makan bareng Tania. Anehnya, Pak Ahmad percaya aja. Jujur aja, gue sebel banget ama tuh anak. Hari pertama sekelas, udah rebutan tempat duduk. Shea sama sekali nggak mau ngalah," ucap Aarav dengan muka bertekuk.

"Di mana-mana cowok kali yang ngalah, Bro," senyum Wren, "lagian jangan terlalu benci, ntar lo malah jatuh cinta ama Shea."

"Nggak bakalan. Masih banyak gadis yang lebih cantik," ucap Aarav jengkel.

Arashea memang bukan gadis yang populer secara fisik. Kalaupun ada yang mendekatinya, hanya karena gadis itu memang asyik untuk diajak berteman. Satu-satunya teman yang akrab dengannya hanyalah Tania. Berbeda dengan Shea, Tania termasuk gadis yang populer. Wajahnya cantik, tutur katanya lembut, dan selalu juara kelas. Jika mereka sedang bersama, selalu saja Tania yang mendapatkan perhatian. Awalnya Shea merasa iri. Namun, seiring waktu, gadis itu tidak lagi memedulikan hal tersebut.

Shea duduk di depan kelas sambil membaca semua novel yang sudah tampak lusuh. Ia begitu serius sampai tidak menyadari kehadiran Dewa. Tanpa susah payah, Dewa berhasil merebut novel tersebut.

"Dewa dodol, balikin novel gue!" teriak Shea mengejar Dewa.

"Ambil sendiri. Tampang boleh preman, bacaannya melow," ejek Dewa.

"Balikin dodol!"

Perbuatan mereka menarik perhatian siswa lainnya. Dewa memang selalu mengganggu Arashea di setiap kesempatan. Aarav menatap mereka dengan sinis. Ia tidak suka pada gadis yang berisik seperti Arashea.

"Tangkap, Rav!" teriak Dewa sambil melemparkan novel Shea ke arah Aarav.

Bukannya menangkap novel itu, Aarav malah menghindar hingga novel Shea masuk ke parit di depan kelas. Shea terdiam saat menyadari novelnya basah. Seketika bulir bening mengalir dari sudut mata gadis itu. Ia mengambil novel lusuh itu dan mendekapnya di dada.

"Shea, maafin gue. Nanti gue ganti novel lo ama yang baru," pinta Dewa dengan perasaan bersalah.

"Novel itu pemberian Bokap sebelum Bokap gue pergi selamanya. Bisa lo gantiin? Gue benci banget ama lo Dewa. Mulai saat ini, menjauh lo dari hidup gue!" teriak Shea berurai air mata.

"Dan lo, gue akan ingat perbuatan lo hari ini. Sampai mati, gue akan ingat!" tuding Shea ke wajah Aarav.

Arashea - When Love ComesWhere stories live. Discover now