Wren terpaku mendengar semua penjelasan Pak Suhaimi. Ada rasa menyesal saat mengingat salah satu kekacauan itu terjadi karena dirinya. Bayangan wajah Zora yang bahagia saat mereka bersama membuat rasa bersalah itu makin dalam. Aarav menepuk bahu sepupunya, seakan mengerti apa yang sedang dipikirkan oleh Wren.
"Untuk itu Bapak memberikan kesempatan bagi Zora dan Angelia untuk berubah. Bapak berharap kalian juga berbesar hati untuk menerima keputusan ini," ucap Pak Suhaimi menatap dua wajah tampan di hadapannya.
"Baik, Pak. Terima kasih atas informasinya," sahut Aarav.
"Kalian bisa kembali ke kelas. Bapak harap kejadian ini tidak bocor ke mana-mana agar Zora dan Angelia tahu jika kita semua mendukung keinginan mereka untuk berubah."
"Baik, Pak. Kami berjanji."
Wren keluar dari ruang Pak Suhaimi dengan wajah muram. Aarav mengajak sepupunya ke kantin untuk meredakan emosi yang ada.
"Gue nggak nyangka jika mereka berdua mengalami hal sulit dalam keluarga," ucap Wren, yang masih merasa bersalah.
"Banyak anak mengalami masalah dengan orang tua walau mereka saling menyayangi. Tidak semua anak beruntung kayak lo, bisa dapet orang tua yang mengerti dan sayang. Contohnya gue, Shea, Zora, dan Angel. Kami produk-produk dari kurangnya kasih sayang orang tua."
"Rav, setelah ini bagaimana gue harus putus dari Zora?" ungkap Wren gelisah.
"Saran gue, bicara apa adanya kalau lo deketin dia lagi hanya untuk membongkar kejadian ini. Lo nggak cinta dia, kalau kalian bersama hanya menyiksa lo, Zora, dan Shea. Jadi, pilih gadis yang menjadi prioritas lo."
"Gue akan cerita dulu pada Shea, eh, tidak! Kalau gue cerita, Shea pasti akan mundur dan membiarkan gue tetap bareng Zora. Tidak bisa!" ucap Wren panik sendiri.
Aarav mentertawakan sepupunya yang galau. "Makanya belajar yang benar kalau di sekolah, jangan tebar pesona saja."
"Sapi lo!"
"Gue ganteng begini disamain dengan sapi. Dodol, lo!" umpat Aarav.
"Nanti mau bareng untuk jemput Shea?" tawar Wren.
"Lo yakin gue harus ikut? Bukannya lo mau berdua doang dengan Shea?" goda Aarav.
"Rav, maafin gue, ya. Maafin karena gue cinta sama Shea hingga dia nggak tertarik dengan lo," ucap Wren lirih.
"Monkey! Lo minta maaf, prihatin, atau ngejek gue?" tanya Aarav dengan nada tinggi.
Wren yang baru menyadari perkataannya tertawa terbahak-bahak sampai air matanya keluar.
"Duh, perut gue kram," ucap Wren yang sesekali masih tertawa.
"Otak gue kram liat lo," balas Aarav.
"Udah, balik kelas. Nanti gue jemput Shea sendiri saja."
"Oke."
-o0o-
Wren bergegas menuju tempat parkir setelah lonceng jam pelajaran berakhir. Pemuda idola itu telah berjanji untuk menjemput Shea. Wren masih sempat singgah di toko bunga untuk membeli buket mawar merah kesukaan Shea, dia juga membeli cupcakes untuk gadis tercinta.
"Gue nggak nyangka kalau bisa romantis begini. Kalau ketauan Kak Davesh atau Aarav, habis gue di-bully mereka."
Wren telah sampai di depan kamar inap Shea. Pemuda itu tampak salah tingkah. Beberapa kali dia batal untuk mengetuk pintu sampai pintu terbuka dari dalam dan seorang perawat keluar sambil tersenyum saat melihat buket bunga tersebut.
"Dilan kalah romantisnya sama kamu," goda perawat yang membuat wajah Wren memerah.
"Wren, kok bengong di situ? Ntar kesambet lo," ucap Shea yang terdengar sangat menyebalkan di telinga Wren.
Pemuda bertubuh atletis itu lalu masuk dengan dua belah tangan tersembunyi di belakang tubuhnya. Shea menatap Wren dengan saksama.
"Lo sembunyiin apa?" desak Shea.
Wren menutup pintu kamar dengan kakinya, lalu menyodorkan cupcakes yang langsung disambut gembira oleh Shea.
"Ah, akhirnya gue makan cupcakes juga ...."
"Lebay lo," ejek Wren.
Shea tidak peduli, dia melahap satu per satu cupcakes tanpa menawarkannya pada Wren.
"Udah gede, tapi makan masih kayak bocah," ucap Wren membersihkan sudut bibir Shea dengan tangannya.
Perbuatannya langsung membuat tubuh Shea membeku, apalagi jarak mereka begitu dekat. Wren yang terbawa suasana, langsung memangkas jarak dan mencium dahi serta pipi Shea dengan penuh perasaan. Dia memberikan buket mawar itu pada gadis pujaan dengan mata penuh cinta.
"Aku cinta dan sayang padamu, Arashea Kaluna."
Wren seakan tidak sadar dan terus mengecup dahi Shea dengan lembut. Manik mata teduh dan bibir sensual di hadapannya membuat Wren mengecup bibir Shea. Shea seakan terhipnotis dan membalas hingga kecupan berubah menjadi lumatan mesra.
"Humf ..."
Suara itu membuat mereka kembali ke alam nyata. Wajah keduanya memerah, Shea bahkan tidak berani menatap Wren. Dia merasa sangat malu.
'Ciuman pertama gue ...,' batin Shea.
'Ciuman pertama gue ...,' batin Wren.
Wren berdehem untuk menghilangkan rasa canggung di antara mereka. Sesaat Wren dan Shea saling menatap.
"Aku cinta dan sayang padamu, Shea. Mulai sekarang kamu resmi menjadi yang paling istimewa di hati, pikiran, dan jiwaku," ucap Wren sambil menatap Shea lembut.
"Gue ...."
"Kita biasakan dengan aku-kamu, ya, Sayang," bisik Wren mesra.
Shea sudah tidak berani lagi mengangkat wajah karena malu. Gadis itu hanya mengangguk lalu menutup wajahnya dengan selimut. Wren tertawa, ingin rasanya dia kembali mengecup gadisnya yang terlihat sangat menggemaskan.
"Sini ...," ucap Wren menarik Shea ke dalam pelukan.
"Wren, malu ...," ucap Shea lirih.
"Aku jadi pengen cium kamu terus. Bibirmu manis," bisik Wren yang membuat tubuh Shea panas dingin.
Gadis itu langsung mendorong dada kekasihnya. Wren tertawa melihat ketakutan gadisnya.
"Baju-bajumu sudah beres? Aku urus pembayaran dulu, ya."
Wren keluar tanpa menunggu jawaban Shea. Satu jam kemudian, pemuda itu kembali dan mengajak Shea untuk pulang.
"Hati-hati," ucap Wren sambil memapah Shea.
"Wren, aku udah sehat," ucap Shea sambil mengerucutkan bibirnya.
"Bibirnya jangan begitu, bikin pengen cium," bisik Wren yang membuat Shea melongo.
"Wren mesum," ucap Shea seraya melotot.
Wren tertawa. Hari-harinya menjadi indah karena cintanya tidak bertepuk sebelah tangan. Untuk saat ini, Wren ingin egois. Dia tidak mau memikirkan perasaan Davesh atau Aarav. Wren hanya ingin bahagia bersama gadis yang dicintainya.
"Tunggu di lobi, aku akan ambil mobil."
Wren membawa tas yang berisi baju Shea dan buket bunga. Tidak lama kemudian, pemuda itu sudah sampai di lobi. Wren turun dari Porsche 911 Turbo S Exclusive Series yang harganya luar biasa.
"Lo bawa Porsche ke sekolah? Nggak diomelin Pak Suhaimi?"
Wren tidak menjawab, pemuda itu malah mengecup bibir Shea yang telah menjadi candunya.
"Wren ...."
"Setiap kali kamu mengucapkan lo-gue, hukumannya adalah cium bibir. Demikian juga sebaliknya," ucap Wren tersenyum lebar.
"Menang banyak kamu," ucap Shea sebal.
"Tadi bicara apa?" tanya Wren mendelik.
"Tadi aku bilang kalau kamu ganteng."
"Banyak yang bilang begitu," ucap Wren, lalu tersenyum lebar.
"Wren ...," teriak Shea kesal.
Pemuda itu tertawa terbahak-bahak saat melihat wajah kekasihnya yang cemberut.
YOU ARE READING
Arashea - When Love Comes
JugendliteraturTerjebak dalam cinta dua pemuda yang paripurna? Mana yang akan dipilih Arashea? Cinta yang dewasa atau sebuah cinta yang berawal dari sebuah kekesalan? Dapatkah Shea memutuskan saat hatinya bimbang karena memiliki cinta yang sama pada kedua kakak be...