7 | TRUTH OR DARE

155 24 69
                                    

Nara tersenyum manis, matanya menatap pada para lelaki yang berada di pestanya. Rata-rata adalah teman sekolah dan anak dari rekan bisnis orang tuanya. Hampir sebagian besar dari mereka menunjukkan kekaguman, kecuali Wren.

Nara memang cantik dengan tubuh proporsional. Gadis itu sangat menyadari kelebihan fisiknya hingga menjadi tinggi hati dan memandang rendah pada Kakak tirinya. Shea tidak secantik Nara. Akan tetapi, sifatnya yang peduli pada orang lain membuat Shea lebih disukai.

Nara menatap Wren lekat-lekat. Rasa percaya diri yang tinggi membuatnya yakin jika Wren tidak akan menolak, sama seperti lelaki lainnya.

"Aku ingin berdansa dengan Kak Wren," ucap Nara sambil mengerling manja ke arah pemuda itu.

"Wow! Wren sungguh beruntung karena dipilih langsung oleh Nara. Silakan ke floor untuk menemani gadis cantik yang berulang tahun hari ini," ucap MC yang mendapat tepuk tangan meriah.

Shea dan Wren saling menatap. Emosi Shea rasanya memuncak saat Nara tidak menghargainya dan Wren. Tanpa izin secara pribadi, Nara langsung mengumumkan akan berdansa dengan Wren di depan umum.

"Kurang ajar kamu, Nara," gerutu Shea.

"Kita ikuti permainannya. Lo tenang aja, biar gue yang jawab. Adek lo sepertinya lupa kalau gue udah bilang hanya akan berdansa dengan lo," bisik Wren, lalu menggandeng tangan Shea menuju tempat Nara.

Saat menuju ke arah MC, mereka mendengar bisik-bisik dari tamu lainnya. Wren tampak tenang, tidak demikian dengan Shea. Gadis itu terlihat muram.

"Wren tampan sekali. Tuhan, tolong ciptakan satu untukku."

"Menikah dengan anak kecil jadinya, ya? Mikir dulu sebelum minta," ucap temannya yang mendatangkan senyuman pada orang di sekitar mereka.

"Wah, bakal kusut. Nara parah juga berani menggoda kekasih orang lain, mungkin cita-citanya jadi pelakor," sinis lainnya.

"Bakal seru, nih. Perang dunia ketiga," bisik lainnya.

Nara menatap Wren dengan kekaguman yang tidak disembunyikannya. Ia merasa bahagia karena pemuda itu menghampirinya. Wren menatap tajam pada gadis yang tidak tahu malu tersebut.

"Terima kasih karena Nara berkenan mengajak saya berdansa. Maafkan jika tidak dapat memenuhinya. Saya hanya akan berdansa dengan kekasih sendiri. Bagi saya, sebuah hubungan harus dilandasi dengan saling menghargai, bukan hanya etika, keinginan untuk menjaga perasaan atau pendapat orang lain. Sekali lagi, terima kasih atas atensinya. Kami sekaligus pamit karena masih ada janji lain," tegas Wren tanpa melepaskan tautan jemarinya pada Shea.

Tubuh Nara membeku. Keinginannya untuk mempermalukan Shea di depan umum malah menghujam dirinya sendiri. Shea dan Wren keluar dari tempat pesta. Air mata Shea mengalir karena Kinan sama sekali tidak menegur Nara, bahkan terkesan membiarkan.

"Buat apa lo nangis untuk orang yang nggak pantas lo tangisi?"

"Thanks udah bela gue," ucap Shea lirih dengan buliran bening yang masih mengalir di pipinya.

Mereka diam sepanjang perjalanan menuju kos. Wren memberi waktu bagi Shea karena hal ini tidak mudah. Ia berharap Shea segera bangkit dari sakit hati terhadap Kinan dan Nara.

"Nggak usah sedih. Masuk dan istirahatlah. Gue langsung balik, ya."

Wren berjanji pada dirinya untuk menjaga Shea sekuat tenaga. Ia akan berusaha menggantikan air mata gadis itu dengan kegembiraan.

"Bagaimana pestanya?" tanya Rika pada Wren yang baru tiba di rumah.

Wren menceritakan semua, termasuk perbuatan Nara dan Kinan. Rika menghela napas.

Arashea - When Love ComesWhere stories live. Discover now