"Kamu sedang ada masalah?" tanya Raymond sambil melirik gadis yang duduk di sebelahnya.
"Agh, apa, Kak?" tanya Shea gelagapan.
"Kamu sedang ada masalah?"
"Tidak ada, Kak. Aku turun di sini saja karena sudah dekat," pinta Shea yang tidak ingin Raymond mengetahui kosnya.
Pemuda yang jago basket itu tidak memberikan tanggapan, ia terus menyetir ke arah yang ditunjuk Shea.
"Sekarang ke kiri apa kanan?"
"Aku turun di sini saja, Kak. Mobil Kakak tidak akan bisa masuk."
"Shea ...."
"Kiri ...."
Raymond mengantar Shea sampai ke kos. Ia masih sempat meraba dahi gadis itu.
"Kakak minta nomor ponselmu, Shea."
Shea memberikan nomornya karena Raymond pasti dapat memaksanya kembali. Tidak lama kemudian, ponselnya berbunyi.
"Itu nomor Kakak. Kamu simpan saja, jika ada kesulitan jangan sungkan untuk menghubungi. Masuk dan istirahatlah, Kakak pulang dulu. Esok Kakak jemput."
"Tidak usah, Kak. Aku bisa sendiri," tolak Shea.
"Tidak ada penolakan, Kakak akan jemput sampai kamu benar-benar sehat."
"...."
Shea masuk membersihkan diri, lalu membaringkan tubuhnya ke kasur. Terlintas wajah Wren, sahabat sekaligus pemuda yang disayanginya.
'Gue harap lo bahagia bersama Zora. Sayang persahabatan kita harus berakhir bersamaan dengan kehadiran Zora. Sejujurnya, gue nggak yakin lo bakal bahagia bersama Zora yang pencemburu. Namun, jalanin saja pilihan lo. Gue cuma bisa berdoa lo selalu bahagia.'
Terlintas lagi wajah Davesh yang tampan, romantis, dan dewasa. Berganti dengan wajah Raymond yang sangat memperhatikannya.
'Gue nggak mau jatuh cinta. Nilai gue pada turun gara-gara beberapa masalah akhir-akhir ini. Gue harus berusaha mendapatkan beasiswa lagi. Kalau nggak, bisa-bisa putus sekolah.'
Shea terlelap dengan masalah yang masih berputar di sekitarnya. Gadis itu telah memilih untuk mengabaikan cinta dan fokus pada pendidikan.
Sesuai janjinya, Shea benar-benar fokus pada pelajaran hingga membuat Tania kesal karena tidak punya teman bolos lagi.
"Shea, yuk kabur. Gue males."
"Nggak bisa, Nia. Gue harus berusaha dapetin beasiswa lagi. Lo enak punya ortu tajir, lha gue? Ortu gue aja lupa siapa gue. Sorry ya, Cinta. Gue mau jadi anak baek dulu," ucap Shea.
"Kusut lo," tukas Tania kesal.
Kerja keras Shea membuahkan hasil. Nilai-nilainya kembali cemerlang tanpa menyontek. Ada rasa bangga dalam dirinya saat mencapai semua target yang telah ditetapkannya.
Shea kembali menjadi Shea yang usil dan ceria. Ia telah merelakan cinta pertamanya untuk Zora. Jika tanpa sengaja bertemu dengan Wren, Shea akan bersikap seperti teman biasa.
[Shea, ntar pulang bareng gue. Mama nanyain lo terus.]
[Sorry, Wren. Tolong bilang Tante kalau gue nggak bisa ke sana lagi. Maaf, ya. Udahan dulu, gue mau ngerjain tugas.]
Wren menatap nanar pesan di ponselnya. Pemuda itu merasa telah kehilangan Shea sejak mengungkapkan cinta pada Zora. Mirisnya, pengorbanannya tidak membuat Davesh dan Shea pacaran malah membuat Shea menarik diri dari keluarga Wren.
"Shea, tolong ajarin gue part ini. Susah beut," pinta Dewa.
Hubungan Shea dan Dewa kembali seperti semula. Dewa telah mencoba mematikan perasaan cinta karena tahu jika Shea sama sekali tidak mempunyai perasaan padanya. Dewa cukup bahagia karena dapat bercanda dengan gadis yang telah merebut hatinya.
YOU ARE READING
Arashea - When Love Comes
Teen FictionTerjebak dalam cinta dua pemuda yang paripurna? Mana yang akan dipilih Arashea? Cinta yang dewasa atau sebuah cinta yang berawal dari sebuah kekesalan? Dapatkah Shea memutuskan saat hatinya bimbang karena memiliki cinta yang sama pada kedua kakak be...