Wren mengirimkan pesan pada Arrav mengenai perbuatan Zora dan Angelia.
[Rav, kejadian Shea ternyata memang sudah direncanakan oleh Zora dan Angelia. Esok temani aku untuk menindak kedua gadis kejam tersebut.]
Sepuluh menit kemudian Aarav membalas pesan Wren.
[Gue hubungi lo sekarang.]
"Halo, Rav."
"Bagaimana lo bisa tau jika kejadian itu direncanakan Zora dan Angelia?"
"Shea terakhir kali ke toilet itu bareng Angelia. Gue percaya semua itu ulah Zora. Gadis licik itu sungguh membuatku muak."
"Lo jangan langsung ambil tindakan, Wren. Lebih baik lo deketin Zora dan setelah mendapatkan keterangan, rekam, kemudian baru kita bertindak. Jika ini direncanakan, bisa masuk ranah hukum."
"Sampai bertemu esok. Sorry udah repotin lo malam-malam."
-o0o-
"Zora, gue mau bicara bentar," bisik Wren di telinga gadis itu.
"Mau bicara apa, Wren?" sambut gadis itu dengan wajah merona.
"Susul gue ke taman belakang."
Wren segera meninggalkan Zora dengan wajah muak. Dia benci karena harus bersandiwara di depan gadis yang dulunya terkesan lembut.
"Mau ke mana, Ra?" tanya Angelia dengan nada cemburu.
Angelia tidak suka saat melihat Wren kembali mendekati Zora karena gadis itu juga menyukai pemuda idola tersebut.
"Wren sepertinya mau balikkan ama gue. Dia ngajak ketemuan di taman belakang. Gue ke sana dulu ya. Wish me luck, dear," ucap Zora dengan mata berbinar.
Angelia menatap Zora dengan dengki. "Kali ini gue nggak akan mengalah ke lo, Zora. Gue cinta sama Wren dan akan merebutnya dari lo. Lo nggak pantas bareng Wren, gadis licik."
Zora melangkah ke taman belakang dengan wajah berseri-seri. Gadis itu sama sekali tidak menyangka jika Angelia mengikutinya dari belakang."Gue yakin Wren pasti minta balikan," gumam Zora yang masih terdengar oleh Angelia.
'Dalam mimpimu,' batin Angelia.
Angelia langsung bersembunyi di balik pohon di taman belakang itu. Gadis yang memiliki sifat yang hampir sama dengan Zora tersebut bersyukur karena Wren membelakangi mereka.
"Wren ...," panggil Zora dengan lembut.
"Sini, Ra. Ada yang pengen gue bicarain ama lo," pinta Wren menahan amarah dalam dirinya mengingat kejahatan gadis yang pernah dekat dengannya.
"Ya, Sayang," sahut Zora yang membuat Wren dan Angelia mual.
"Gue minta maaf udah nyakitin hati lo, Ra. Setelah kita berpisah, ternyata gue nggak bisa lupain lo begitu saja. Gue udah terbiasa ama lo."
"Sayang, aku juga merasakan hal yang sama denganmu. Peluk ... aku kangen, Yang," pinta Zora tanpa malu.
"Lo nggak marah ama gue, Ra?" tanya Wren menatap gadis itu lekat-lekat.
"Aku tidak bisa marah padamu. Yang, boleh tidak jangan memakai lo-gue. Bahasakan aku-kamu, ya."
'Belum apa-apa udah banyak yang lo pinta. Jika bukan untuk tau menangkap basah lo, gue nggak akan sudi,' batin Wren.
"Baik, maafkan aku, Yang," ucap Wren lalu mengusap rambut Zora.
"Aku kangen kamu," ucap Zora lalu mendekap Wren erat.
Wren tampak terkejut, dia menahan segenap kemarahannya agar gadis licik itu tidak menyadari jika semuanya hanya sandiwara.
"Kamu mau memulai yang baru lagi denganku, Ra?" pinta Wren sambil menatap Zora lembut hingga membuat tubuh gadis itu panas dingin.
"Ma-mau ...," ucap Zora lalu menjinjit hendak mencium Wren.
Pemuda itu pura-pura menunduk untuk membenarkan tali sepatunya hingga Zora tidak dapat menciumnya.
'Gadis agresif, sial aja kalau gue kena cium dia.'
"Wren, jam pelajaran sudah mulai. Balik ke kelas, yuk," ajak Zora sambil mengalungkan tangan di lengan Wren.
"Kamu duluan saja, aku masih harus ke ruang guru."
"Baik, bye, Sayang."
"Bye."
Angelia menghindar agar Zora tidak melihatnya. Gadis itu menghela napas gusar setelah sahabatnya itu pergi.
"Keluar, Angel. Gue tau lo nguping pembicaraan gue dan Zora!" bentak Wren yang membuat Angelia terkejut.
Dengan langkah gontai dan wajah memerah karena malu, Angelia keluar dari tempat persembunyiannya.
"Sorry, Wren. Gue nggak sengaja denger pembicaraan lo berdua."
"Jangan lo ulangi lagi, Angel. Gue nggak suka. Satu lagi, jawab gue dengan jujur. Lo bareng Shea di toilet deket gudang? Kenapa lo celakain dia? Shea salah apa ama lo? Lo siap-siap kena pidana kalau Shea tidak sembuh. Sekarang dia lagi dirawat di rumah sakit!" sentak Wren seraya menatap gadis itu dengan muak.
"Gu-gue nggak ngerti maksud lo," elak Angelia.
"Maafin kalau gue nethink ama lo. Gue balik," ucap Wren tersadar jika dia hampir membocorkan rahasianya sendiri.
Angelia hanya dapat menatap sendu kepergian pemuda yang telah merebut seluruh cintanya. Gadis itu dapat melihat jika Wren masih perhatian pada Shea.
"Wren sangat memperhatikan Shea, tapi dia juga mengajak Zora untuk balikkan. Apa rencana lo, Wren?" gumam Angelia, lalu meninggalkan tempat itu.
-o0o-
Shea sudah diizinkan pulang dari rumah sakit. Namun, Rika tetap menginginkan gadis itu menginap semalam lagi karena tidak ada yang mengurusnya di kos. Hal itu membuat Wren berusaha secepat mungkin untuk mengungkapkan dalang yang membuat Shea dalam bahaya. Dia yakin jika hal itu dibiarkan maka tidak tertutup kemungkinan jika Shea akan mengalami kejadian yang lebih buruk lagi.
Wren menugaskan Aarav untuk memperhatikan Angelia. Pemuda itu yakin jika sahabat Zora itu pasti terlibat dalam pengurungan Shea. Wren lalu mempergunakan waktu yang ada dengan sebaik-baiknya.
Angelia tampak murung saat Wren datang ke kelas dan mengajak Zora ke kantin. Wajah bahagia sahabatnya itu membuat Angelia muak.
'Apa yang akan terjadi pada hubungan lo dengan Wren jika dia tau kalau lo yang mencelakakan Shea?' batin Angelia seraya tersenyum licik.
Angelia segera mengubah raut wajahnya saat melihat Zora kembali.
"Bahagia banget yang mesra-mesraan di kantin," ejek Angelia.
"Huaaah, gue bahagia banget, Ngel. Setelah pacaran lagi, Wren tuh tambah mesra. Dia suapin gue tadi di kantin. Anak-anak langsung heboh dan godain kita dan Wren tidak peduli. Dia malah mengecup tangan gue. Angel, gue mimpi apa semalam," pekik Zora dengan mata berbinar.
Angelia membuang muka, hatinya sangat iri melihat kebahagiaan Zora. Gadis itu menahan air mata saat membayangkan pemuda yang dicintainya bersikap begitu manis dan mesra pada Zora yang sangat dibencinya sekarang.
Di kelas sebelah, Wren tampak putus asa karena esok Shea sudah pulang dari rumah sakit dan tidak mungkin dia mendekati Zora saat Shea ada di sekolah.
'Tuhan, tolong agar aku menemukan pelakunya dan Shea tidak akan celaka lagi. Aku yakin Zora yang melakukan semua ini, hanya bagaimana cara membongkarnya?' batin Wren.
Pemuda itu lalu mengirimkan pesan pada Aarav, sepupunya.
[Rav, ada yang mencurigakan?]
[Tidak ada sama sekali. Lo apain Zora hingga tuh anak bahagia banget?]
[Gue suapin dan cium tangannya. Sumpah, gue jijik.]
[Gila, lo. Jangan sampai kedengaran Shea aja. Mikir panjang, Bro.]
[Lo bukannya bantuin malah ngerecokin. Si a lan, lo.]
[Congratulations.] Aarav lalu mengirimkan emoji tertawa.
YOU ARE READING
Arashea - When Love Comes
Teen FictionTerjebak dalam cinta dua pemuda yang paripurna? Mana yang akan dipilih Arashea? Cinta yang dewasa atau sebuah cinta yang berawal dari sebuah kekesalan? Dapatkah Shea memutuskan saat hatinya bimbang karena memiliki cinta yang sama pada kedua kakak be...