"A-apa maksud kamu dengan putus, Wren? Bukankah selama ini tidak ada masalah di antara kita?" desak Zora penasaran.
"Gue mau putus karena lo nggak jujur dan kasar. Gue pikir lo lembut dan sopan, nyatanya sangat bertolak belakang. Gue anter pulang dan mulai detik ini kita udah nggak ada hubungan lagi."
"Aku nggak mau putus dari kamu, Sayang," ucap Zora yang tidak terima keputusan Wren.
Gadis itu memegang tangan Wren yang langsung dihempaskan pemuda itu. Walaupun tidak ada cinta, Wren telah berusaha menjadi kekasih yang setia dan perhatian. Ia terus menahan rasa kecewa saat melihat sifat asli dari Zora.
"Terserah, yang pasti gue nggak ada hubungan lagi ama lo."
"Ini pasti karena gadis sia lan itu!" tukas Zora dengan suara tinggi.
Wren menatap mantannya dengan tajam. Ia tidak suka jika Shea dijelek-jelekkan. Namun, pemuda itu tidak mau membuang waktu untuk meladeni Zora.
"Gue mau pulang, kalau lo mau ikut silakan. Kalau nggak juga silakan," ucap Wren melangkah menuju mobil.
Zora terus menangis di mobil. Gadis posesif itu sungguh-sungguh mencintai Wren. Dadanya terasa sesak saat harus menerima jika ia tidak akan bersama lagi dengan pemuda yang dicintainya. Pemuda yang merupakan cinta pertamanya.
'Awas lo, Shea. Gue pastiin lo akan membayar semua ini.'
"Sayang, aku tidak mau putus. Aku akan berubah seperti yang kamu mau," pinta Zora berlinang air mata.
"Keputusan gue tetap sama. Sifat kita bertolak belakang, gue udah nggak sanggup hidup bareng lo. Bukan sekali gue minta lo berubah lebih baik. Nyatanya hanya masuk telinga kiri keluar telinga kanan. So, gue give up."
"Aku akan berubah, Wren. Please ...."
"Sorry ... kita sendiri-sendiri saja."
Wren langsung pergi setelah mengantar Zora sampai di rumahnya. Pemuda itu bahkan tidak memberikan perpisahan yang baik. Sikap Zora sungguh-sungguh membuatnya muak.
Zora menangis dan menghempaskan benda-benda yang ada di kamarnya. Hatinya hancur saat Wren mengakhiri kisah cinta mereka. Zora menutup mata atas kesalahan yang diperbuatnya dan terus menyalahkan Shea.
"Jangan panggil gue Zora jika nggak sanggup buat lo menderita, gadis murahan!"
Gadis licik dan manja itu lalu menghubungi Angelia. Ia menceritakan semua yang telah terjadi dan meminta Angel untuk membantu balas dendam pada Shea. Tanpa sepengetahuan Zora, Angelia sama sekali tidak ikut berempati atas masalahnya.
'Lo emang layak dibuang, Zora. Sikap lo sangat buruk. Bo doh banget hingga nggak bisa jaga Wren. Sekarang gue yang akan menarik perhatian Wren.'
--o0o--
"Lo pancing Shea ke toilet nomor tiga. Pas buka pintu, air comberan ini akan menyiramnya."
Angelia mengangguk, gadis itu sama liciknya dengan Zora. Ia juga ingin membuat Wren membenci Shea. Saat jam istirahat, Zora telah membayar seseorang untuk membuat jebakan air comberan tersebut. Ia juga membayar petugas pembersih agar mengunci toilet depan hingga Shea akan menuju toilet sepi di dekat gudang.
"Shea buru-buru amat. Mau ke mana lo?" tanya Angelia.
"Barengan. Tadi gue ke toilet biasa, rupanya rusak. Kata petugasnya ke toilet deket gudang aja. Barengan ya, gue takut."
Shea mengangguk, lalu mereka berjalan berdampingan. Angelia segera membuka toilet nomor satu dan dua yang ternyata terkunci. Gadis itu lalu menuju toilet nomor empat, otomatis Shea harus masuk ke toilet nomor tiga. Begitu pintu dibuka, seember air comberan langsung membasahi tubuh Shea dan ujung kepala sampai kaki. Gadis itu sudah mau menangis saat menyadari tubuhnya bau sekali.
YOU ARE READING
Arashea - When Love Comes
Teen FictionTerjebak dalam cinta dua pemuda yang paripurna? Mana yang akan dipilih Arashea? Cinta yang dewasa atau sebuah cinta yang berawal dari sebuah kekesalan? Dapatkah Shea memutuskan saat hatinya bimbang karena memiliki cinta yang sama pada kedua kakak be...