"Jangan berpikiran pendek karena masa depanmu masih sangat panjang, Shea. Lagi pula Tuhan sangat benci perbuatan itu."
'Apa yang telah kamu alami hingga berpikir pendek seperti ini, Shea. Inikah sisi rapuhmu?' batin Davesh.
"Jika ada masalah, kamu bisa cari Kakak atau Wren. Kami telah menganggapmu seperti keluarga sendiri. Kamu juga bisa cerita pada Mama."
"Terima kasih, Kak. Maafkan jika selama ini aku selalu mengganggu keluarga kalian."
"Omongan apa itu?" tanya Davesh kesal, "ayo pulang karena sudah malam. Kakak tidak enak sama Ibu kos."
Shea merasa sedikit tenang karena ada Davesh yang akan membantunya, selain Wren. Ia merasa memiliki keluarga yang menyayanginya.
Sementara itu, Davesh menyetir mobil sambil sesekali melirik ke arah gadis yang duduk di sebelahnya. Seorang gadis yang cantik dan menarik. Tidak lama kemudian, mereka sampai kos.
"Istirahatlah. Ingat nasihat Kakak tadi, Shea. Perbanyak doa."
"Baik, Kak. Terima kasih dan hati-hati di jalan."
Gadis manis itu masuk ke kamar, lalu membersihkan diri. Shea membaringkan tubuhnya di kasur dan menatap langit-langit kamarnya.
'Mengapa dada gue berdegup kencang saat bareng Kak Davesh? Beneran gue jatuh cinta padanya tapi di saat yang sama gue juga mikirin Wren. Argh!' batin Shea.
Gadis itu tidak dapat membaca hatinya sendiri. Ia merasa nyaman saat bersama Davesh dan Wren. Kedua kakak-adik itu bersikap baik dan sangat memperhatikannya.
'Entahlah. Biarin aja semua mengalir.'
--o0o--
Shea tampak kesal karena Wren terlihat menjauhkan diri darinya. Ia lalu mencegat sahabat baiknya tersebut.
"Kenapa lo jauhin gue, Wren? Kalau gue punya salah, bilang dong. Jangan main diem aja, gue nggak suka. Sekarang lo jelasin!"
"Gue nggak jauhin lo, Shea. Perasaan lo aja itu, sih."
"Mau jelasin, nggak? Gue udah tau sifat lo, ya," ancam Shea.
"Ayo madol, gue jelasin di jalan."
Wren dan Shea mengendap-endap ke arah pintu kecil di samping kelas Shea. Pintu itu terbuka karena ada kantin. Shea tidak suka kantin itu karena bau asap rokok dan hampir semuanya adalah anak laki-laki.
"Buruan, Shea. Nggak lucu kalo ketangkep."
"Diem, bawel."
Akhirnya mereka berhasil bolos. Wren mengajak Shea ke pantai. Pikiran pemuda itu penuh dengan Shea dan Davesh.
'Bolehkah aku egois untuk memiliki Shea sendiri? Namun, ada hati Kak Davesh yang harus kujaga.'
"Sekarang ceritain semua," ucap Shea sambil menyeruput es kelapa.
"Gue jatuh cinta ...."
"Sama?"
"Lo kenal Zora? Anak baru, pindahan dari Bandung di kelas lo? Sejak pertama lihat tuh anak, gue udah suka. Bantuin gue tuk jadian ama Zora dong," pinta Wren.
Shea merasa ada bagian hatinya yang hilang saat mendengar permintaan Wren. Ia tidak rela Wren mencintai gadis lain. Shea tidak suka jika perhatian Wren terbagi untuk Zora. Selama ini, ia terlalu nyaman dengan keadaan mereka.
"Lo mau dibantuin apa?"
"Tolong kirim surat cinta gue tuk Zora."
"Kenapa nggak samperin sendiri?" tanya Shea menahan untuk tidak menangis.
"Gue takut ditolak, Shea. Ini pertama kalinya gue jatuh cinta. Nggak lucu jika pertama kali jatuh cinta terus langsung patah hati. Lo promosi gue agar Zora juga tertarik. Please."
"Ya sudah, mana suratnya? Gue boleh baca?"
"Baca saja," ucap Wren menyerahkan sepucuk surat beramplop love tersebut.
Shea mulai membaca surat Wren untuk Zora. Hatinya terasa pedih saat sahabat yang disayangi ternyata menyayangi orang lain.
Dear Zora,
Mungkin kamu kaget mendapat surat ini. Aku terlalu takut menerima penolakanmu hingga menitipkan surat ini pada Shea, sahabatku.
Zora, aku telah merasakan sesuatu yang berbeda saat pertama kali menatapmu. Saat itu aku tidak berpikir itu perasaan yang lebih dari teman sampai wajahmu terbawa dalam pikiran dan mimpiku.
Zora, sungguh tidak menyenangkan menyimpan rasa ini sendiri. Aku bukanlah lelaki romantis hingga rasa ini begitu menyiksa. Aku tidak dapat memendam rasa ini lebih lama lagi.
Zora, maukah kamu menjadi gadis istimewa dalam hidupku? Ya, aku mencintaimu.
Love,
Wren AngsakaShea merasa hatinya teriris, ia harus mempersiapkan diri untuk kehilangan Wren. Shea tahu jika Zora pasti akan menerima cinta sahabatnya karena Zora juga mengagumi Wren yang tampan. Gadis itu bahkan sering bertanya tentang Wren pada Shea.
"Isinya terlalu alay nggak, Shea?" tanya Wren khawatir.
"Gue nggak mengira kalau lo bisa romantis juga. Tenang aja, gue akan sampaikan surat ini ke Zora. Gue bisa pastikan ia juga akan menerima cinta lo. Sekarang lo harus traktir gue makan sepuasnya," ucap Shea ceria, mencoba menutup kegundahannya.
"Apa sih yang nggak buat lo?" ucap Wren mengacak rambut Shea.
"Lo ya ...," gerutu Shea sambil menepis tangan Wren.
'Aku mulai harus mempersiapkan diri jika Wren akan lebih memperhatikan Zora.'
"Wren, jika sudah jadian, lo harus jaga sikap. Kita berdua udah nggak bisa dekat karena harus jaga perasaan Zora. Ngerti lo?"
'Maafkan gue, Shea. Ini satu-satunya cara agar lo bisa mengalihkan keterikatan lo ama gue.'
"Balik, yuk. Capek gue," ajak Shea, tidak bersemangat.
Shea duduk tanpa suara di belakang Wren. Sebenarnya hatinya tidak rela jika Wren menjauh. Namun, hal itu pasti terjadi. Zora tidak mungkin akan membiarkan mereka bersama seperti dulu.
Wren sendiri ragu dengan cara yang dipilihnya. Namun, pemuda itu menepiskan semua. Rasa sayangnya pada Davesh mengalahkan keinginan hatinya sendiri.
'Maafin gue, Shea. Ini jalan terbaik untuk kita bertiga,' batin Wren.
Pemuda itu lupa jika cinta tidak dapat memilih dan direkayasa dengan cara apa pun. Wren menatap Shea dari spion motornya. Gadis yang biasa cerewet tampak diam.
'Kenapa Shea diem aja? Apa Shea cinta gue dan sekarang terluka saat tau gue nembak Zora?'
"Lo lagi sakit gigi, Shea? Diem aja lo dari tadi, biasanya bawel," ucap Wren.
Shea hanya tersenyum tanpa menjawab. Wren menghela napas. Pemuda itu mematikan mesin motor saat sudah tiba di kos Shea.
"Gue masuk dulu. Surat lo bakal gue kasih esok ke Zora. Malem ini doa lo kudu kenceng biar dapat jawaban bagus. Bye, hati-hati di jalan."
'Shea bahkan nggak nawarin gue tuk mampir seperti biasa. Kenapa dada gue sakit rasanya?'
Wren pulang dengan hati galau. Satu sisi, ia ragu untuk melangkah bersama Zora. Sisi lainnya, perasaan Davesh di atas segala-galanya.
'Kak, gue udah ngelepasin cewek yang paling gue sayang. Awas kalau lo nyakitin hatinya,' batin Wren.
Sementara itu di kos, bantal Shea sudah basah oleh air mata. Dibukanya lagi surat dari Wren untuk Zora. Ingin rasanya ia menyobek surat tersebut. Shea sungguh tidak rela jika harus kehilangan Wren.
'Tuhan, apa yang harus aku lakukan? Mengapa rasanya sedemikian sakit? Benarkah aku mencintai Wren?'
Malam itu malam yang panjang bagi Shea dan Wren. Keduanya tidak dapat tidur nyenyak. Wren yang terus memikirkan Shea, tetapi harus menjaga perasaan Davesh. Shea juga dalam dilema karena harus mulai melepaskan Wren pada Zora. Hal yang paling menyakitkan baginya.
YOU ARE READING
Arashea - When Love Comes
Teen FictionTerjebak dalam cinta dua pemuda yang paripurna? Mana yang akan dipilih Arashea? Cinta yang dewasa atau sebuah cinta yang berawal dari sebuah kekesalan? Dapatkah Shea memutuskan saat hatinya bimbang karena memiliki cinta yang sama pada kedua kakak be...