"Saya harap kamu dapat bersikap sopan apalagi di sini ada orang tua kalian, Zora!" tukas Pak Suhaimi dengan raut wajah taksuka.
Kedua orang tua Zora tampak menahan amarah, terutama ayah Zora. Rahang Anton mengeras karena malu atas perbuatan putrinya. Tampak Adisti menahan tangan suaminya agar tidak melakukan hal yang di luar batas.
Pak Suhaimi tidak mengatakan apa pun selain memutar rekaman suara Angelia termasuk pengakuan cinta gadis itu pada Wren. Zora memberikan tatapan membunuh pada sahabat yang telah mengkhianatinya.
"Bajing an lo, Angel. Gue sama sekali nggak menduga kalau bisa pelihara pengkhianat kayak lo!" teriak Zora mencoba menampar Angelia.
"Jangan coba-coba menyakiti anak saya atau saya tidak akan berlaku sungkan," ucap Henry sambil mencengkeram lengan Zora.
"Zora, jangan mengulur waktu. Apa kamu mengakui rekaman tersebut?" desak Pak Suhaimi yang jengkel dan malu karena perbuatan kedua orang siswinya.
"Ya, saya yang melakukannya. Apa yang Bapak mau?" tantang Zora dengan mata melotot tanpa ada hormat sama sekali pada kepala sekolahnya.
Sebelum Pak Suhaimi menjawab, sebuah tamparan keras terdengar. Anton tidak dapat menahan diri lagi dan menampar anak tunggalnya. Dia merasa gagal dalam mendidik anak hingga Zora dapat berbuat sejauh itu hanya karena cinta.
"Zora membuat kalian malu, kan? Tampar aja lagi, Pi. Bikin Zora mati sekalian. Rasanya lebih bahagia jika cepat menyusul Oma daripada tinggal bersama kalian!" teriak Zora dengan air mata bercucuran.
Tindakan Zora tentu membuat Pak Suhaimi, guru BP, Angelia, dan kedua orang tuanya terpaku. Mereka menyayangkan tindakan keras Pak Anton.
"Jangan salahkan jika Zora liar. Ke mana Papi dan Mami selama Zora membutuhkan kalian? Papi sibuk mencari uang, padahal kekayaan kita tidak pernah habis sampai tujuh turunan. Untuk apa, Pi? Kalau mati, kekayaan itu juga tidak dibawa sedangkan Mami sibuk arisan dan kegiatan sosialita. Zora ini anak Bi Ina, bukan anak Papi dan Mami. Zora juga ingin seperti anak-anak lain yang dapat menghabiskan waktu bersama keluarga. Kapan terakhir Zora memeluk kalian dan kapan terakhir kali kalian memeluk Zora? Zora tidak butuh semua kekayaan ini, Zora hanya ingin Papi dan Mami menyayangi dan selalu ada untuk Zora seperti orang tua lainnya. Apakah permintaan ini terlalu sulit untuk dilakukan? Sekarang terserah Papi dan Mami jika ingin membawa Zora ke polisi. Mungkin lebih baik membusuk di penjara daripada membusuk dalam kemewahan!" teriak Zora yang membungkam semua mulut orang dewasa di sana.
Angelia merasa sangat menyesal karena telah mengkhianati sahabatnya. Gadis itu merasa egois. Mereka bersahabat, tapi dia sama sekali tidak tahu penderitaan Zora. Tidak heran jika Zora selalu mencari masalah di sekolah.
"Maafin gue, Zora. Maafin gue yang udah khianatin lo. Maafin gue yang tidak menjadi sahabat yang baik," isak Angelia menutup mata dengan kedua tangannya.
Anton menghela napas, demikian juga dengan orang tua Angelia. Perkataan Zora telah menampar wajah mereka yang terkenal sukses di dunia bisnis. Namun, pecundang dalam kehidupan keluarga. Anton bangkit dari duduk dan menghampiri anak tunggal yang sesungguhnya sangat disayanginya.
"Maafkan Papi, Zora. Maafkan Papi, Sayang," ucapnya berurai air mata.
Zora mendekap erat tubuh yang sangat dirindukannya. Pelukan seorang Ayah yang sangat sulit didapatkannya. Adisti menghampiri suami dan anaknya, kemudian mendekap mereka dengan air mata yang mengalir deras.
"Maafkan Mami, Zora. Mami janji mulai detik ini akan selalu ada buat Zora. Kita sama-sama berubah, ya, Sayang."
"Mami, Papi ... Maafkan Zora yang sudah membuat kalian malu," isak Zora yang membuat orang dewasa di ruangan itu harus mengusap air mata mereka.
Isak tangis masih terdengar selama beberapa saat. Pak Suhaimi membiarkan mereka untuk mengadakan rekonsiliasi sendiri. Orang tua Angel tidak mengatakan apa pun. Namun, mereka terlihat memeluk erat Angelia. Pak Suhaimi yakin, rekonsiliasi juga terjadi pada Angelia dan keluarganya.
"Bapak tetap akan memberikan kalian surat peringatan, Zora, Angel. Bapak berharap setelah ini tidak ada kenakalan-kenakalan yang dapat membahayakan nyawa orang lain. Siang ini Arashea sudah diperbolehkan pulang dari rumah sakit. Bapak percaya kamu berdua akan meminta maaf secara langsung pada Shea."
"Ya, Pak," ucap Zora dan Angelia serentak.
"Maaf, Pak Suhaimi. Saya berniat memindahkan Zora ke sekolah lain."
"Zora?" tanya Pak Suhaimi yang melihat gadis itu menatap kosong pada orang tuanya.
"Zora?" panggil Pak Suhaimi sekali lagi.
"Zora tetap ingin sekolah di sini, Pi, Mi. Kejadian kami ini hanya diketahui Wren, Aarav, Shea, Angelia, aku, Pak Suhaimi, Pak Herman, dan guru BP. Jika pindah sekolah, aku hanya melarikan diri dan mungkin akan berbuat sama di kemudian hari. Izinkan aku tetap sekolah di sini, aku janji akan berubah. Setelah Shea pulang, aku dan Angel akan menemui Shea untuk meminta maaf," ucap Zora.
"Saya rasa apa yang dikatakan Zora benar, Pak Anton. Zora harus belajar bertanggung-jawab atas semua perbuatannya, bukan mengelak. Angel, Bapak juga berharap kamu melakukan hal yang sama."
"Ya, Pak."
"Baik jika itu kehendak Zora. Kami akan memenuhinya," ucap Anton sambil menatap putri tunggalnya. "Papi berharap kita semua berubah menjadi yang lebih baik, Nak."
Zora kembali menangis dan membenamkan wajah di dada cinta pertamanya. Gadis itu bersyukur kejadian Shea membawa perubahan dalam kehidupan keluarga mereka. Zora berharap Anton dan Adisti akan menepati janji untuk meluangkan waktu baginya.
"Saya bersyukur semuanya berakhir dengan baik. Guru BP nanti akan mengawasi kalian berdua. Sekarang, kalian boleh pulang bersama orang tua."
"Kami permisi, Pak Suhaimi. Maaf telah membuat repot," pamit orang tua Zora dan Angel.
Zora dan Angel keluar dari ruangan Pak Suhaimi dengan bergandeng tangan. Lewat tatapan mata, mereka telah saling mengerti dan berjanji untuk saling menjaga.
Setelah dua keluarga itu pergi, Pak Suhaimi memijat pelipisnya yang sakit.
"Ini tamparan untuk kita sebagai guru di sini agar lebih memperhatikan anak didik," ucap Pak Suhaimi yang diikuti anggukan dari guru BP dan Pak Herman. "Saya harap cerita hari ini sampai di sini saja. Tidak usah dijelaskan pada siapa pun, termasuk guru-guru yang ada."
"Baik, Pak. Kami mengerti."
"Kembalilah. Tolong panggilkan Aarav dan Wren."
-o0o-
Aarav dan Wren berjalan berdampingan menuju ruangan kepala sekolah. Mereka penasaran dengan hasil pertemuan tadi.
"Masuk," ucap Pak Suhaimi saat mendengar pintu ruangannya diketuk.
"Siang, Pak," salam Wren dan Aarav bersamaan.
"Siang, duduklah."
Pak Suhaimi lalu menceritakan penyebab Zora melakukan perbuatan itu. Wren dan Aarav terpaku, mereka sama sekali tidak menyangka bahwa dibalik liarnya Zora ternyata karena kurang kasih sayang dari orang tua.
"Tadi orang tua Zora berniat memindahkan Zora ke sekolah lain. Namun, Zora menolak karena dia merasa harus bertanggung-jawab, bukan melarikan diri."
YOU ARE READING
Arashea - When Love Comes
Roman pour AdolescentsTerjebak dalam cinta dua pemuda yang paripurna? Mana yang akan dipilih Arashea? Cinta yang dewasa atau sebuah cinta yang berawal dari sebuah kekesalan? Dapatkah Shea memutuskan saat hatinya bimbang karena memiliki cinta yang sama pada kedua kakak be...