TENG TENG TENGSeorang gadis membuka mata pertama kali untuk menemukan kegelapan yang lebih pekat dibandingkan saat ia menutup mata. Ruangan yang ia temukan tidak hanya diselimuti oleh kegelapan. Juga penuh oleh bayang-bayang yang terburai, menyembunyikan dirinya dengan sangat hati-hati.
Ada kehidupan yang sedang mengendap diam-diam di dalam gelap. Ia menyadari hal itu. Bagaimana telinganya menangkap sebuah napas pelan tidak berirama yang berpindah-pindah di tengah hamparan hitam pekat.
"Hhhhh ...."
"Hhhhh ...."
Desah halus yang menghampirinya membuat sang gadis dengan cepat menarik kedua kaki merapat. Tidak ada sedikit pun bagian darinya yang penasaran pada makhluk yang sedang menghantui ruangan ini. Sehingga ia mengeratkan pelukan dalam selimut tebal, mengatur napas perlahan, serta tetap fokus untuk membaur kehadirannya dalam gelap.
Membutuhkan waktu yang cukup lama bagi mata itu untuk menangkap detail pada ruangan yang terlalu pekat. Di mana secara menakjubkan, sebuah bentukan tertangkap oleh pandangannya, yang ia percaya adalah jalan keluar. Ia bergerak, menyibak selimut kemudian menarik tubuh.
KREEEK
Lantai kayu yang lapuk akibat lembab mengerang saat beban tubuh menekan lantai. Suara itu menyebar dengan cepat, terlalu jelas, sama jelasnya bila sebuah lilin menyala secara ajaib di tengah ruangan. Ini adalah ruangan yang sangat besar, terdengar dari bagaimana suara itu tidak terpantul kembali kepadanya.
Di mana tidak lama, sebuah momen muncul dalam sehentak menghilangkan segala suara yang sedang menjelajah setiap sisi. Gadis itu ikut terdiam, tidak untuk menenangkan diri, tetapi pada rasa takut yang kini perlahan menyelimuti. Karena ruangan ini terlalu sunyi. Benar, tidak ada suara apa pun di dalam sini, yang membuat dirinya sadar bahwa apa pun yang ada bersamanya kini menyadari kehadirannya.
"Hhhhh ...."
Ia kembali menangkap desah yang selalu mampu membuat setiap bagian tubuh itu bergetar. Sebuah helaan halus dari arah kanan membuat mata sang gadis melirik sangat tajam ke sumber. Namun, tidak ada yang ia tangkap. Entah karena ruangan ini terlalu gelap atau memang ia hanya menangkap pojok ruang monoton.
"Hhhhh ...."
Kini desahan itu kembali terdengar, tepat dari belakang, yang membuatnya dengan cepat berbalik dengan panik. Tetap sebuah hamparan gelap. Keringat dingin kini mulai membasahi pelipis. Karena sang gadis kini menyadari, apa pun yang sedang bersamanya cukup teliti mempermainkan rasa takut di tengah kesunyian dan kepekatan.
Ketika sang gadis masih sangat awas mencari sebuah suara di tengah gelap, sesuatu menetes mengenai bahu. Dengan tangan yang bergetar, ia mendapatkan sentuhan lengket dari cairan yang melumuri pundak. Sangat lengket hingga ia dapat membuat benang panjang darinya. Merasa cukup jijik, sang gadis kemudian perlahan mendongak mencari sumber.
Matanya membulat sempurna ketika menangkap satu per satu gigi keluar dari kegelapan. Pupil mata yang warnanya pudar dalam gelap bergetar panik menangkap detail dari setiap gerigi kecil tajam yang berbaris rapi di hadapannya. Kini seberapa pun ia memaksa tubuh itu untuk bergerak, sudah sangat terlambat untuk melarikan diri.
Karena kini kegelapan memutuskan untuk menunjukkan diri.
Satu detik yang terasa bagai ribuan malam berlalu penuh ketegangan. Air mata pun menyelinap keluar, sangat menyakini ini adalah akhir bagi hidupnya.
Hanya dalam satu kedipan mata, seluruh gigi itu kemudian menancap sepanjang bahu. Menembus dengan mudah setiap bagian kulit yang rapuh bagai butter. Di mana seluruh kepala sang gadis kini sepenuhnya berada di dalam mulut sebuah makhluk. Tangannya pun bergerak dengan panik mendorong-dorong malapetaka yang melahapnya. Hanya membuat sang makhluk semakin merasa jengkel hingga ia kencangkan gigitan mematikan itu.
"AAAAAAAKH!"
Teriakan sang gadis sepenuhnya teredam. Di mana banyak aliran darah terbentuk bagai puluhan anak sungai dari setiap gerigi yang menancap sepanjang bahu.
Makhluk itu kini mengadu gigi perlahan, mengiris setiap tulang yang tersentuh. Kulit indah dan lembut milik seorang gadis kini tersibak menampilkan arti dari daging segar. Lapis demi lapis jaringan tersingkap sangat menggiurkan hingga menelanjangi tulang seputih gading di baliknya. Cairan kental mengalir keluar dari setiap pembuluh-pembuluh halus yang bersembunyi di antara daging yang terbuka. Hangatnya sebuah nyawa meresap keluar menyentuh setiap sisi mulut sang makhluk, yang kini membuatnya lebih banyak mengeluarkan liur. Sang gadis meronta lebih panik, didorong oleh rasa sakit yang semakin mendekatkan dirinya pada akhir.
Merasa permainan ini berlalu cukup lama. Sesuatu yang menenggelamkan gigi tajam pada tubuh sang gadis akhirnya bergerak dengan brutal ke kanan dan kiri, membuat tubuh mungil itu terombang-ambing pasrah. Semakin keras gerakan yang ia buat, semakin banyak otot yang robek, sendi yang berputar, serta tulang yang semakin mudah untuk dipatahkan.
KRAK!
Lalu dalam satu hentakan ganas, segala hal yang membentuk tubuh itu akhirnya menyerah dan putus dalam satu suara retakan yang memekik. Makhluk ini mengangkat kepalanya tinggi, menunjukkan dirinya yang berakhir sebagai pemenang. Lalu dengan mudah melempar santapannya ke udara sebelum menelan seluruh kepala itu dalam satu kali usaha.
✦ ✦ ✦
TENG TENG TENG
Mata sang gadis kembali terbuka saat lonceng berbunyi tepat tiga kali. Tubuhnya bergetar hebat mengingat seluruh kejadian yang ia kira sebuah mimpi. Setiap rasa sakit, setiap daging yang robek, hingga tarikan menyakitkan yang mengakhiri hidupnya. Terasa sangat nyata hingga air mata pun tidak absen menemani.
"Hhhhhhh ...."
Namun, desahan yang kembali merangkak pelan membuat dirinya sadar bahwa semua yang ia rasa, jauh dari sebuah mimpi.
Ketika gadis itu mengira bahwa ia akan menemukan akhir dari segalanya, maka secara mengejutkan ia akan kembali membuka mata pada sebuah ruangan pekat. Dengan selimut tebal menutup sebagian tubuh dan kembali mendengar desah pelan tidak teratur yang berpindah-pindah dalam gelap.
Seandainya ini hanya mimpi, ia sangat ingin terbangun dari semua mimpi buruk ini. Namun, ia kini terperangkap di tengah repetisi kejadian di mana semua berawal dari suara lonceng sebanyak tiga kali dan berakhir pada kematian. Kematian yang semakin lama semakin menyakitkan, seakan menunggu pada setiap sisi untuk menerkam. Putus asa kini menjadi sebuah nanah mengganggu yang senantiasa menemani luka dari setiap kematian. Membuatnya menyerah pada ikatan takdir yang mengikat erat dirinya dengan tempat ini.
Pula monster yang berada bersamanya selalu membunuh dengan berbagai cara.
'Aku tidak ingin mati, kumohon.'
Itulah doa yang ia panjatkan pada setiap bunyi lonceng yang membangunkan.
Next: Opening
Jangan biarkan ini menjadi akhir, tinggalkanlah sebuah jejak agar cerita ini dapat terus hidup.
Photo on banner by Petr Ovralov at Unsplash.
Edit by me.
KAMU SEDANG MEMBACA
For Her Eternal Nights [END]
Mystery / Thriller[Reading List WIA Indonesia Periode #5] | Dark Fantasy | High Fantasy | Thriller | Adventure | Dalam gelapnya malam, seorang gadis terbangun dari mimpi untuk menemukan mimpi buruk yang terus menghantui. Tidak ada cahaya yang memandu di dalam istana...