"...-a.""...-na."
"...-ana."
"... kau baik-baik saja, sayang?"
Sebuah suara lembut penuh akan kasih menggapai telinga Ana. Pemiliknya adalah seorang wanita yang raut wajahnya penuh akan khawatir. Ana menarik wajah dan menyapu pandangan.
Ini bukanlah sebuah pemandangan menyedihkan dari istana kelam yang setiap sisi termakan oleh kegelapan dan waktu. Setiap pasang mata yang menatapnya tidak mengunci dengan tatapan lapar. Bahkan setiap bayang yang bergerak pada tepian mata bukanlah ragam monster yang menunggu untuk menerkam.
Karena sebuah jamuan makan malam kini menyapa.
Terdapat lima orang yang duduk bersamanya dalam sajian megah, di mana posisi duduk menjadi penentu masing-masing posisi. Ana menjawab setiap tatapan yang tertuju padanya dengan satu sapuan cepat. Tidak ada lagi lubang-lubang memori yang mengganggu dan ia mengenal setiap bentuk yang tertangkap oleh pandangan. Lengkap dengan pemilik setiap pasangan mata yang membalas tatapannya.
Wanita paruh baya yang baru saja menatapnya khawatir adalah Ratu Nathalia Olive Andressa. Rambut cokelat bergelombang yang disusun sederhana tanpa permata kini beberapa pudar. Namun, wajah cantik tegas itu masih mengencang seakan waktu tidak pernah sedikit pun menyentuhnya. Dua manik mata almond tertangkap pandangan Ana. Sebuah tatapan penuh kasih dari seorang ibu.
Ana dengan cepat menunduk, menatap potongan ikan panggang beserta sayur tumis.
"Tidak ada masalah, Ibu," jawab Ana sambil menusuk satu potongan kecil kentang.
"Itu bukan etika yang baik bagi seorang putri."
Satu kalimat datar menusuk telinga Ana, datang dari seorang wanita yang duduk di antara ia dan ibunya. Dibandingkan dirinya, wanita ini merupakan replika dari Ratu Andressa. Keduanya memiliki manik almond dengan sedikit percik surya. Di mana kedua manik itu menilik Ana sangat tajam pada setiap gerak yang menyalahi etika.
Ana yang terbiasa dengan berbagai omelannya sepanjang hidup, dengan cepat menarik tubuh yang sedikit membungkuk.
"Ya, Ingrid," jawab Ana tanpa sedikit pun menoleh.
Ingrid Thais Andressa adalah tuan putri pertama yang menyalin semua kecantikan sang ratu. Terlalu banyak kemiripan dengan ratu membuat Ingrid dan Ana minim akan persamaan. Rambut bergelombang yang memiliki warna senada dengan Ana pun menyala lebih merah. Di mana dalam perjamuan ini ia ikat penuh dengan pita satin ungu muda yang senada dengan gaunnya.
Ia dan Ana hanya memiliki selisih dua tahun, tetapi tidak ada satu pun di antara mereka yang menunjukkan sebuah hubungan. Tidak dari perilaku bahkan cara berpikir. Keduanya memang sudah sangat lama menarik diri menjauhi satu sama lain, tidak ada keinginan untuk memiliki hubungan. Sehingga perselisihan kecil seperti ini selalu menjadi interaksi hari-hari bagi keduanya.
"Ehem!" Suara yang sangat dalam menghantam seisi ruangan, datang dari pusat perjamuan.
"Kuharap kau mendengar berita yang baru saja kubagi."
Satu tatapan kuat diberikan dari seorang pria yang tempat duduknya menunjukkan kuasa tertinggi dalam perjamuan ini.
Raja Xilias Theo Andressa adalah raja dengan julukan Penjaga Laut Besi, akibat besarnya kekuatan serta kuasa dalam menjaga perairan Andressa. Satu luka besar sepanjang bahu menjadi bukti nyata kekuatannya saat mengalahkan monster laut yang dilepas oleh Demon. Rambutnya yang disisir rapi memiliki warna merah yang dulu menyala membara. Kedua manik yang menatap Ana adalah permata safir paling bersinar yang sama sekali tidak tersentuh oleh waktu. Wajahnya kini beberapa dipenuhi kerutan, tetapi bersih dari kumis yang seharusnya menjadi gaya bagi pria paruh baya seusianya.
KAMU SEDANG MEMBACA
For Her Eternal Nights [END]
Misterio / Suspenso[Reading List WIA Indonesia Periode #5] | Dark Fantasy | High Fantasy | Thriller | Adventure | Dalam gelapnya malam, seorang gadis terbangun dari mimpi untuk menemukan mimpi buruk yang terus menghantui. Tidak ada cahaya yang memandu di dalam istana...