TENG TENG TENGPenuh akan perasaan baru, gadis itu kembali membuka mata pada kegelapan. Meski ratusan debar menemani setiap langkah, ia mampu bergerak cepat tanpa menghasilkan suara. Pengulangan yang sudah hampir mencapai seratus benar-benar membuahkan hasil. Karena kini sang gadis dapat keluar dari selimut dengan gesit, kemudian mengambil langkah dengan pasti pada setiap bukaan lantai yang sudah ia hafal.
Satu, dua, tiga, empat, lima langkah ia lewati dengan lincah di mana siapa pun yang melihatnya akan terkagum-kagum pada setiap gerakan indah itu. Ia kini berdiri menghadap pintu, kemudian menenangkan seluruh jiwa. Karena sangat jelas akhir dari takdirnya bila ia kembali mengulang hal bodoh, layaknya pada pengulangan sebelumnya. Ia meraih gagang pintu dengan kedua tangan dan dengan cepat memutarnya.
'Baiklah. Ini dia.'
Secara mengejutkan, pintu terbuka dengan mudah tanpa menghasilkan suara.
Semburan rasa bahagia meledak-ledak bagai kobar perapian. Akhirnya ia dapat terbebas dari malam gelap yang tidak pernah berakhir, meski pemandangan yang ia dapatkan dari balik pintu tidaklah jauh dari ruangan ini.
Rasa senang dengan cepat menghilang, karena kini kegelapan ini membuatnya memiringkan kepala. Ini bukanlah sebuah kegelapan yang akan membutakan siapa pun dalam kepekatan, tetapi hitam yang ada di depannya ini mampu memantulkan cahaya sedikit apa pun itu. Sesuatu menghalangi tepat di depan pintu. Itu sangatlah besar, melihat bagaimana sang gadis perlu menarik kepalanya jauh ke belakang untuk memahami sesuatu yang ada di hadapannya.
Itu adalah sebuah baju zirah hitam.
Zirah hitam itu tidaklah berbentuk layaknya manusia. Ukurannya dua kali lebih besar dari sang gadis, di mana ia harus mendongak cukup tinggi untuk melihat bagian kepala dari bongkahan besi ini. Di sana, tempat seharusnya terdapat rumbai sekarang terganti menjadi api yang terus berkobar. Tidak menghasilkan cahaya hanya berkobar liar bagai hiasan. Soket matanya hanyalah sebuah jurang gelap, seakan tidak pernah terisi apa pun di dalam sana.
Tidak ada sedikit pun kehidupan yang tertinggal pada baju zirah itu. Hal inilah yang menarik keberanian sang gadis untuk memperhatikan setiap detail lekukan dengan tekun. Lalu yang paling mengerikan adalah kedua tangan yang seharusnya dihiasi sepuluh jari, kini hanyalah kepanjangan potongan tubuh yang memanjang sepanjang pedang. Tidak ada keinginan untuk memastikan ketajaman kedua tangan itu. Karena cukup melihatnya saja membuat sang gadis menjadi sangat waspada.
Tidak ada jalan keluar baginya karena baju zirah itu menghalangi seluruh bagian pintu dan black dog pun menunggu di belakang sana. Ketika ia masih terperangkap dalam gundah, kedua tangan mengerikan perlahan bergerak. Hal yang paling menakutkan terjadi. Ini bukanlah sebuah baju zirah kosong.
Melainkan monster lain seperti halnya black dog.
Sosok berzirah mengangkat kedua perpanjangan tangan yang menyerupai pedang itu, sangat tinggi di atasnya. Lalu dengan kecepatan yang menakutkan menebas apa pun yang ada di hadapannya. Sang gadis sempat melirik dari tepi mata. Bagaimana bingkai kayu pintu kini terkoyak seakan kedua tangan itu dapat menebasnya dengan mudah, layaknya mengiris mentega.
Tanpa ia sadari tubuhnya pun sudah terpotong-potong menjadi potongan kecil. Tubuh sang gadis kemudian terjatuh menjadi puluhan bagian dan menggelinding ke berbagai arah. Kembali lagi, kematian menghampirinya pada tempat yang tidak terduga.
✦ ✦ ✦
TENG TENG TENG
Ketidakberdayaan serta rasa kesal menyelubungi tubuh bagai lapisan embun tipis di pagi hari, tepat ketika mata itu kembali terbuka. Bagaimana semua semangat yang menggebu kini menguap dengan adanya monster baru. Ia menyadari harapan dan putus asa bagai dua sisi koin berseberangan yang sangat mudah untuk terbolak-balik.
![](https://img.wattpad.com/cover/297069149-288-k290893.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
For Her Eternal Nights [END]
Детектив / Триллер[Reading List WIA Indonesia Periode #5] | Dark Fantasy | High Fantasy | Thriller | Adventure | Dalam gelapnya malam, seorang gadis terbangun dari mimpi untuk menemukan mimpi buruk yang terus menghantui. Tidak ada cahaya yang memandu di dalam istana...