TAK TAK TAKJemari tulang mengetuk dengan tempo perlahan pada daun pintu, di mana setiap ketukan menggema kencang di dalam aula. Tepian mata Ana pun menangkap wajah ngeri dari The Invisible akibat pemandangan menakutkan jauh di pojok sana. Lalu satu detak jantung kemudian, ekspresi yang terpasang pada setiap manusia penuh akan kemewahan serentak berubah menjadi histeria tanpa satu pun suara tertangkap. Memaksa Ana kembali melirik ke asal petaka.
Di sana, ia menemukan tengkorak besar yang mencuat keluar dari kegelapan. Menatap tajam hanya pada Ana.
Tulang-tulang tua terlihat lebih keruh di bawah gemerlap cahaya pesta. Di mana tepat pada bagian kulit kepala, tersisa beberapa rambut kasar panjang yang terbelit kusut serta lepek oleh lumut. Rambut hitam kelam itu menggantung dengan sangat menjijikan, menghiasi wajah tengkorak yang tertekuk-tekuk canggung keluar dari pintu.
DRAK! DRAK! DRAK!
Tanpa ada yang mampu memahami apa yang terjadi, beberapa tulang terpelintir mencuat keluar dari lantai dansa. Beberapa melukai The Invisible. Meninggalkan cipratan darah di lantai dansa kosong serta kekacauan pada pantulan dalam cermin.
Insting Ana membantu tubuhnya bergerak menghindari berbagai serangan mengerikan. Meski begitu, ia pun kesulitan bergerak di tengah lautan manusia tidak kasatmata yang sama-sama menghindari setiap tulang mematikan dari lantai marmer.
Sering sekali ia tersandung dan menabrak tubuh tidak kasatmata di tengah kekacauan. Beruntung Ana sempat melirik pada salah satu cermin, sehingga ia sempat merunduk menghindari salah satu yang mencoba memotong tulang itu dengan anggota tubuh tambahan mereka. Ana tidak terlalu peduli dengan hasil pertarungan dan kembali berlari menjauh.
"MATI!!!!!!"
Suara yang dihasilkan tengkorak memekik kencang di dalam pikiran Ana. Menghasilkan rasa perih yang mampu memecahkan kepala mungilnya. Langkah Ana terhenti, yang kini memaksa kedua tangan memeras kepala, berharap dapat menghilangkan denyut nyeri ini. Perih memecah-mecah isi kepala sang gadis hingga dari hidung dan lubang telinga mengalir darah segar.
"... jubah ... itu ...."
"... tidak ... tidak akan ... kubiarkan ...."
"Aaaaaakh!"
Ana kembali memekik pada rasa perih yang terus melumat pikiran. Sebuah kebencian yang sangat kuat keluar dari suara yang terus menerus menusuk kesadaran. Hingga membuat tubuh mungil itu tidak lagi mampu menahan beban dan kini tersungkur di lantai, membiarkan dirinya terkapar tanpa perlindungan.
Di tengah perjuangan menahan rasa sakit, Ana menatap hamparan kosong di hadapannya. Ia melihat banyaknya darah yang menyembur di beberapa tempat berasal dari sesuatu yang tidak terlihat. Membuat lantai yang selama ini bergelimang oleh emas kini terisi penuh oleh genangan darah dan ia bergerak perlahan menguasai setiap sisi. Namun, heningnya pesta darah ini sangat bertolak belakang dengan histeria yang terekam dalam cermin. Sulit bagi sang gadis menangkap setiap ekspresi dari gerakan cepat yang terpantul dari dalam cermin selain satu kata, kekacauan.
Kening sang gadis kemudian berkerut, saat pemandangan berdarah di hadapannya perlahan terhalang oleh sulur-sulur hitam. Sadar akan kesialan yang menimpanya, bola mata biru laut bergerak cepat untuk menemukan tengkorak mengerikan menatap Ana tepat di atas tubuh yang terkapar.
![](https://img.wattpad.com/cover/297069149-288-k290893.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
For Her Eternal Nights [END]
Misterio / Suspenso[Reading List WIA Indonesia Periode #5] | Dark Fantasy | High Fantasy | Thriller | Adventure | Dalam gelapnya malam, seorang gadis terbangun dari mimpi untuk menemukan mimpi buruk yang terus menghantui. Tidak ada cahaya yang memandu di dalam istana...